BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Hormon adalah zat kimia
yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Kelenjar ini
merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk
aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai
pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada
umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh
hormon biasanya merupakan perubahan yang memerlukan waktu panjang. Contohnya
pertumbuhan dan pemasakan seksual.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Laporan
pendahuluan pada kelainan kelenjar tyroid ?
2.
Asuhan
Keperawatan pada kelainan kelenjar tyroid ?
I.3 TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai
tujuan sebagai berikut:
1.
untuk
memahami laporan pendahuluan pada kelainan kelenjar tyroid ?
2.
untuk
memahami asuhan keperawatan pada kasus kelainan kelenjar tyroid ?
I.4 MANFAAT PENULISAN
Dengan adanya makalah seminar ini,
diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien
dengan kelainan kelenjar tyroid serta mampu mengimplementasikannya dalam proses
keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Laporan Pendahuluan
A. Definisi kelenjar tyroid
Tiroid
(Kelenjar Gondok) merupakan kelenjar yang berbentuk cuping
kembar dan di antara keduanya dapat daerah yang menggenting. Kelenjar ini
terdapat di bawah jakun di depan trakea. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon
tiroksin yang mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu
tubuh. Tiroksin mengandung banyak iodium.
Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu panjang
mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja
keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan
metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini
terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme, yaitu
kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot.
Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan garam
iodium di dalam makanan.
B.
Hipoparatiroidisme
1. Definisi
Hipotiroidisme
terjadi akibat penurunan kadar hormone tiroid yang bersirkulasi. Hipotiroidisme
ditandai dengan miksedema, edema nonpitting dan boggy yang terjadi di sekitar
mata, kaki, tangan, dan juga menginfiltrasi jaringan lain. hipotiroidisme dapat
terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Kondidi
klinis yang ditandai dengan penurunan kadar hormone tyroid dalam sirkulasi atau
resistensi untuk membebaskan hormone tyroid (Tyroid Hormon, TH), dikelompokan
menjadi primer atau sekunder, hypotiroidisme yang berat disebut MIKSEDEMA.
(Kluwer Woltes, 2012).
2. Perkembanagn
Hipotiroidime
a. Perkembangan
pediatrik
Hipotyroidisme
pada bayi tampak sampai bayi berumur beberapa bulan. Bayi yang lahir tanpa
kelenjar tiroid atau dengan defek sintesis TH akan mengalami hipotiroidisme
congenital, suatu penyakit yang kadang-kadang disebut sebagai kreatinisme.
TH
bersifat permisif (penting) untuk menjalankan fungsi semua sel tubuh, termasuk
sel system saraf pusat (SSP). Perkembangan SSP terjadi sekitar satu tahun
setelah kelahiran. Karena bayi yang mengalami hipotiroidisme congenital
terpajan dengan TH maternal in utero, ia akan lahir tanpa kelainan neurologis.
Apabila kondisi tersebut tidak diidentifikasi setelah lahir dan TH tidak
diganti secara farmakologis, perkembangan SSP bayi lebih lanjut akan terganggu
dan terjadi retardasi mental berat. Pertumbuhan akan terhambat dan terjadi
deformitas skelet. Banyak Negara Bagian mengharuskan pengukuran kadar TH pada
saat bayi lahir. Dengan penggantian tiroksin, kerusakan SSP dapat dihindari.
Hipotiroidisme
pada saat lahir juga dapat terjadi jika antibody antitiroid maternal menyerang
tiroid janin selama kehamilan. Demikian pula, jika ibu hamil sangat kekurangan
iodida, bayinya juga mengalami hipotiroidisme setelah lahir. Prognosis
neurologis jangka panjang untuk salah satu kondisi tersebut bergantung pada
luas defisit tiroid.
Pada
dewasa gejala dini yaitu cepat lelah, letargi, merasa lemah sehingga tidak
dapat melakukan aktifitas. Pada wanita menstruasi tidak teratur, menoregia dan
infertilitas. Pada pria dan wanita hilangnya libido. Hipotyroidisme yang tidak
ditangani akan berakhir pada koma miksedema. Miksidema adalah hipotyroidisme
yang tidak diobati. Faktor pencetusnya adlah sedatif, narkotik, cuaca dingin,
infeksi dan trauma.
b. Perkembangan
geriatrik
Koma
miksedema biasanya dijumpai pada lansia yang mengalami hipotiroidisme dan tidak
mendapat pengobatanyang adekuat. Koma miksedema lebih sering terjadi pada
wanita lansia yang mengalami tiroiditis otoimun. Koma miksedema juga dapat
terjadi setelah penyakit akut pada populasi ini. Pajanan yang lama terhadap
cuaca
dingin pada individu lansia dapat menimbulkan gangguan ini.
3. Macam-macam
penyakit hipotyroidisme
a. Penyakit
hashimoto
yang juga disebut
tiroiditis otoimun, terjadi akibat destruksi autoantibodi jaringan kelenjar
tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan TH, disertai peningkatan kadar TSH dan
TRH akibat umpan balik negative yang minimal. Penyebab tiroiditis otoimun tidak
diketahui, namun tampak terdapat kecenderungan genetic untuk terjadinya
penyakit ini.
b. Goiter
endemic
adalah hipoyiroidisme
akibat defisiensi iodide dalam makanan. Goiter adalah pembesaran kelenjar
tiroid. Goiter terjadi pada defisiensi iodida karena sel tiroid menjadi over
aktif berlebihan dan hipertrofik (membesar) dalam usaha untuk memisahkan semua
iodida yang mungkin ada dari aliran darah. Kadar TH yang rendah disertai kadar
TSH dan TRH yang tinggi karena umpan balik negative minimal.
c. Karsinoma
tiroid
dapat menyebabkan
hipotiroidisme atau hipertiroidisme. Terapi untuk kanker yang jarang dijumpai
ini adalah tiroidektomi, obat supresi TSH, atau terapi iodine radioaktif untuk
menghancurkan jaringan tiroid. Semua terapi ini dapat menyebabkan
hipotiroidisme. Pajanan terhadap radiasi, terutama selama masa kanak-kanak,
adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodine juga dapat meningkatkan risiko
perkembangan kanker karena defisiensi iodine menstimulasi proliferasi dan
hyperplasia sel tiroid.
4. Etiologi
1) penurunan
kadar hormone
tiroid yang bersirkulasi.
2)
malfungsi kelenjar tiroid,
hipofisis, atau hipotalamus
-
Apabila hipotiroidisme disebabkan oleh
malfungsi kelenjar tiroid, kadar TH yang rendah disertai oleh kadar TSH dan TRH
yang tinggi karena tidak adanya umpan balik negative oleh TH pada
hipofisis dan hipotalamus
-
Apabila hipotiroidisme terjadi akibat
malfungsi hipofisis, kadar TH yang rendah disebabkan oleh kadar TSH yang
rendah. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negative
pada pelepasannya oleh TSH atau TH.
-
Hipotiroidisme yang disebabkan oleh
malfungsi hipotalamus menyebabkan kadar TH, TSH, dan TRH yang rendah.
3)
akibat pengobatan
dapat terjadi setelah
terapi atau pembedahan tiroid sebelumnya, terapi radioiodine, atau obat-obatan
seperti sitokin, amiodaron, dan litium.
4) Hilangnya
atau atrofi jaringan tiroid
Pembedahan tiroidektomi
total, obat tirotoksik, terapi radiasi pada kepala atau leher yang mengalami
makignasi, tiroiditis autoimun
5) Faktor
lingkungan: defisiensi yodium
Berdasarkan (Kluwer Wolters,
2012), etiologi hipotyroidisme adalah :
1) Tyroiditis
autoimun (penyakit Hashimoto) merupakan penyebab yang paling umum
2) Pembedahan
kelenjar tyroid
3) Terapi
iodine radioaktif
4) Kondisi
inflamasi
5) Defisiensi
iodine yang endemic
6) Obat
anti tyroid
7) Defec
congenital
8) Amiloidosis
9) Sarkoidosis
10) Radiasi
eksterna pada leher
11) Obat,
seperti : iodide dan litium
12) Kegagalan
hipofisis menghasilkan TSH
13) Kegagalan
kelenjar hipofisis untuk menghasilkan hormone pelepas tyrotropin
14) Nekrosis
hipofisis pasca partum
15) Tumor
hipofisis
16) Idiopatik
5.
Fungsi, patofisiologi dan manifestasi hipotyroidisme
Fungsi
|
Patofisiologi
|
Manifestasi klinis
|
Mengatur
kecepatan metabolik dan Kalori Genesis Konsumsi oksigen
|
-
Pengurangan kecepatan metabolik,
produksi panas, konsumsi oksigen, dan kebutuhan nutrisi.
-
Fungsi kelenjar sebasea dan
keringat menurun.
-
Miksidema
|
-
Penurusan suhu tubuh, intoleransi
terhadap cuaca dingin, rambut sedikit kering dan anoreksia.
-
Kulit tampak kering, tebal,
dingin, pucat dan bersisik
-
Muka : miksedema dan lidah
membesar ada edema periver
|
Mengatur
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
|
-
Perubahan metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak.
-
Pengurangan sintesis protein,
glukoneogenesis dan penyimpanan glikogen.
-
Peningkatan cairan interstisial
-
Pengurangan absorbsi glukosa dan
ambilan selular
-
Pengurangan metabolisme lipid
-
Pengurangan produksi
eritropoietin
-
Hiperkarotenemia
|
-
Metabolik : anoreksia, berat
badan bertambah karena edema, dan luka lambat sembuh
-
Miksedema jaringan pada lidah dan
pita suara
-
Hipoalbuminemia dan penurunan
glukosa darah
-
Peningkatan trigliserida serum
dan kolesterol
-
Anemia : kulit pucat dan kuning
(bukan ikterik)
|
Membuat
sel peka terhadap katekolamin
|
-
Perubahan fungsi kardiovaskular
-
Penurunan curah jantung,
kontraktilitas dan kecepatan,
-
Peningkatan cairan interstisial
dan cairan ruang ketiga
|
-
Bradikardia
-
jantung membesar
-
efusi perikardial dan
-
hiponatremia
|
Mengatur
kecepatan fungsi selular interaksi multipel dari hormon tiroid terhadap
hormon yang lain dan sistem tubuh
|
-
Perubahan fungsi SSP
-
Perubahan fungsi reproduksi
|
-
SSP : apatis, bicara tidak jelas,
letargi, somnolen, koma, parastesia dan refleks tendon lambat
-
Reproduksi : penurunan libido,
ereksi, infertilitas, anovulasi dan oligosprermia (kurang sperma)
|
-
Patofisiologi
-
Malfungsi kel tyroid, hipofisis,
hipotalamus
-
Pengobatan
Gangguan perfusi jaringan
|
Gangguan perfusi jaringan
|
HDR
|
Nutrisi kurang dari keb tubuh
|
Intoleransi aktifitas
|
6.
Tanda dan gejala
-
Kelambanan, berfikir lambat, dan gerakan
yang canggung dan lambat.
-
Penurunan frekuensi jantung, pembesaran
jantung (jantung miksedema), dan penurunan jurah jantung.
-
Pembengkakan dan edema kulit, terutama
dibawah mata dan dipergelangan kaki.
-
Intoleransi terhadap suhu dingin.
-
Penurunan laju metabolism, penurunan
kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan absorbsi zat gizi yang melewati
usus.
-
Konstipasi
-
Perubahan fungsi reproduksi
-
Kulit kering dan bersisik serta rambut
kepala dan rambut tubuh yang tipis dan rapuh.
Berdasarkan
(Kluwer Wolters, 2012), diantaranya:
-
Keterlambatan mental/retardasimental
-
Lidah tebal dan kering
-
Suara serak: bicara lambat dan tidak
jelas
-
Kulit kering, mengelupas, dan tidak
elastic
-
Wajah, tangan, tungkai membengkak
-
edema periorbital: kelopak mata atas
turun
-
rambut kering dan tipis, kadang disertai
dengan rambut rontok
-
sepertiga alis mata ;luar mengalami
kerontokan
-
kuku tebal dan rapuh disertai dengan
lekukan yang melintang dan membujur
-
ataksia, tremor yang tidak beraturan,
nistagmus
-
kulit kenyal yang terasa dingin, nadi
lemah dan bradikardi
-
kelamahan otot, edema sacrum/perifer
-
keterlambatan waktu relaksaasi reflek,
kemungkinan goiter
-
tidak ada/penurunan bissing usus
-
hipotensi, bunyi jantung gallop/teraba
jauh, suara napas tambahan, asites/distensi abdomen
7. Penatalaksanaan
a. Uji
Diagnostik
Pemeriksaan dilakukan
terhadap T4 dan T3 serum dan TSH assay. Penurunan T4 dan T3 serta peningkatan
TSH dapat menunjukkan adanya hiposekresi tiroid primer. Apabila dicurigai
adanya penyakit hashimoto, dokter bisa
meminta pemeriksaan uji antibodi tiroid dan biopsi jarum halus untuk
mengesampigkan malignansi.
b. Medikasi
(Terapi suli hormon)
Hipotiroidisme
ditangani dengan pemberian hormon tiroid. Obat pilihannya adalah Sodium
Levo-Thyroxine. Dosis pertama tidak boleh melebihi 12,5-25 µg. Dosis
ditingkatkan secara bertahap, 25-50µg. Setiap 2-4minggu hingga kecepatan
metabolisme yang diinginkan tercapai. Dosis rumatan yang optimal bisa
ditentukan oleh keadaan klinis pasien. Pasien memerlukan dosis rumatan ini
selama hidupnya respon klinis yang paling sering adalah diuresis, yang
menyebabkan berat badan menurun dn mengurangi edema. Selain itu, kecepatan nadi
akan bertambah, nafsu makan pulih, konstipasi hiolang, serta kegiatan fisik dan
mental meninggkat.
c. Supresi
goitter
fokus tindakan medis
ini adalah menyingkirkan stimulus yang menyebabkan tiroid membesar. Supresi
peningkatan TSH perlu dilakukan untuk menghentikan pembesaran tiroid. Ada
faktor-faktor ekstrinsik yang perlu dihindari, misalnya obat goitrogenik atau
makanan tertentu. Apabila terdapat defisit iodin, iodin yang kurang perlu
diganti. Pembedahan dapat dilaksanakan apabila pengobatan tidak berhasil.
d. Pembedahan
Pembedahan dilakukan
jika terdapat tumor hipofisis.
e. Tyroidektomi
dilaksanakan apabila
goitternya besar dan menekan jaringan sekitar. Tekanan pada trakea dan esofagus
dapat mengakibatkan inspirasitidor dan disfagia. Tekanan pada laring dapat
mengakibatkan suara serak.
f. Diet
Makan yang seimbang
dianjurkan. Diet rendah lemak, rendah
kolesrterol, tinggi serat dan rendah natrium. Asupan kalori disesuaikan apabila
berat badan perlu dikurangi. Apabila pasien mengalami letargi dan defisit
perawatan diri, perawtan perlu memantua asupan cairan .
g. Aktivitas
Klelahan akan
menyebabkan pasien tidak bisa melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan
kegiatan lainnya. Kegiatan dan istirahat perlu diatur agar pasien tidak menjadi
sangat lelah.
8. Perangkat
Diagnostik
-
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik
akan membantu mendiagnosis hipotiroidisme.
-
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar TH
(T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memungkinkan diagnosis kondisi dan lokalisasi
masalah di tingkat system saraf pusat atau kelenjar tiroid
-
9. Komplikasi
-
Koma miksedema adalah situasi yang
mengancam jiwa yang ditandai dengan eksaserbasi (perburukan) semua gejala
hipotiroidisme, termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia,
hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang menyebabkan koma.
-
Kematian dapat terjadi tanpa penggantian
TH dan stabilisasi gejala.
-
Ada juga risiko yang berkaitan dengan
terapi defisiensi tiroid. Risiko ini mencakup penggantian hormone yang
berlebihan, ansietas, atrofi otot, osteoporosis, dan fibrilasi atrium.
Berdasarkan (Kluwer
Wolters, 2012), diantaranya:
1) Komplikasi
kardiovaskuler
- Hiperkolestrolemia
- Arteriosklerosis
- Penyakit
jantung iskemik
- Penyakit
vaskuler perifer
- Kardiomegali
- Gagal
jantung
- Efusi
pleura
- Pericardium
2) Komplikasi
gastrointestinal :
-
Akloridria
-
Anemia
-
Kolon dinamik
-
Megakolon
-
Obstruksi intestinal
-
Cenderung mengalami perdarahan
3) Komplikasi
lain :
-
Tuli konduktif atau sensori neural
-
Gangguan sikatrik
-
Syndrome karpal tunner
-
Hipertensi intracranial benigna
-
Gangguan vertilitas (miksedema)
C. Hipertiroiditisme
1. Definisi
Hipertyroiditisme
Hipertiroiditisme
merupakan suatu ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi
berlebihan hormon tiroid. Hipertiroidisme (Hipersekresi
hormon tyroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid.
Goiter
nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan
akan hormone tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormone tiroid akan terjadi
selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi. Misalnya,
pubertas atau kehamilan. Dalam kasus ini, peningkatan TH disebabkan oleh
aktivasi hipotalamus yang didorong oleh proses metabolism sehingga disertai
oleh peningkatan TRH dan TSH. Apabila kebutuhan akan hormon tiroid berkurang,
ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali ke ukuran sebelumnya. Kadang-kadang
terjadi perubahan yang ireversibel dan kelenjar tidak mengalami regresi. Tiroid
yang membesar dapat terus memproduksi TH dalam jumlah berlebihan. Apabila
individu dapat mengalami hipertiroid, pada hal ini disebut goiter nodular toksik.
Adenoma hipofisis pada sel-sel penghasil TSH atau penyakit hipotalamus jarang
terjadi.
Tirotoksikosis
adalah sindrom klinis yang diakibatkan oleh peningkatan tiroksin (T4) atau
triodotironin (T3). Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hipertiroidisme,
tetapi ada dua yang paling lazim ditemukan, yaitu penyakit Grave dan goiter
multi noduler toksik.
Penyakit
graves penyebab tersering hipertiroidisme, adalah gangguan otoimun yang
biasanya ditandai dengan produksi autoantibody yang mirip kerja TSH pada
kelenjar tiroid. Autoantibody IgG ini, yang disebut tiroid stimulating
immunoglobulin, menstimulasi produksi TH yang meningkat. Kadar TSH dan TRH
rendah karena keduanya dihambat karena kadar TH yang tinggi. Penyebab penyakit
graves tidak diketahui akan tetapi, tampak terdapat predisposisi genetic pada
penyakit otoimun. Wanita yang berusia 20 an dan 30 an paling sering
terdiagnosis penyakit ini walaupun penyakit ini mulai terjadi selama usia
belasan tahun.
Pada
penyakit Grave, oftalmopati dapat menyertai hipertiroidisme. Pada oftalmopati,
ada pembesaran jaringan ikat retrobulber dan otot ekstraokuler disebabkan oleh
retensi gejala cairan, volume jaringan
dan otot yang meningkat mendorong bola mata ke depan (eksoftalmus), edema
periorbital dan kelopak mata. Tanda, gejala, dan komplikasi
oftalmopati:
Tanda
-
Bright-eyed stare, yang terjadi akibat
retraksi kelopak mata atas
-
Lid lag, bila melihat ke bawah, kelopak
mata atas lambat mengikuti bola mata
-
Mata setengah terbuka ketika tidur
-
Edema periorbital
Gejala
-
Ada iritasi pada mata dan mengeluarkan
banyak air
-
Merasa ada tekanan pada bagian belakang
mata
-
Penglihatan kabur, penglihatan ganda,
mata merasa cepat lelah
Komplikasi
-
Ulserasi korne (ulkus korne)
-
Neuropati optik
-
Miopati otot ekstraokuler
-
2. Fungsi,
patofisiologi dan manifestasi klinis hipertyroidisme
Fungsi
normal
|
Hipertiroidisme
|
Manifestasi
klinis
|
Mengatur kecepatan metabolisme,
kalaorigenesis,dan konsumsi O2
|
-
Peningkatan kecepatan metabolisme dan
konsumsi O2, vasodilatasi perifer
-
peningkatan kebutuhan nutrisi
|
-
Umum, suhu tubuh meningkat dan
intoleransi terhadap panas.
-
Kulit : hangat dan basah
-
Rambut: sangat halus dan rapuh.
-
Nafsu makan meningkat, tetapi beratbadan
menurun
|
Mengatur metabolisme lemak, protein,
karbohidrat
|
-
Ganguan metabolisme lemak, protein, dan
karbohidrat
-
Peningkatan sintesis protein,
glikogenesis, dan lipolisis
-
Peningkatanabsorpsi glukosa dan degradasi
protein
-
Peningkatan absorbsi glukosa dan
degradasi protein
-
Peningkatan metabolisme lipid degradasi
lipid
-
Peningkatan motilitas usus
|
-
Penurunan BB, otot lemah dan jalan cepat
-
Peningkatan glukosa darah pada pasien
dengan diabetes mellitus
-
Penurunan trigliserida dan kolesterol
-
Sering bung air
|
Membuat sel peka terhadap katekolamin
|
-
Gangguan fungsi kardiovaskuler
-
Peningkatan konsumsi O2 oleh miokardium
-
Peningkatan curah jantung
|
-
Takikardi, palpitasi, TD meningkat
-
Dyspnea
-
angina, fibrilasi atrial, gagal jantng
kongestif
|
Mengatur resorbsi kalsium dan fosfor oleh
tulang
|
-
Peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor
serta demineralisasi tulang
|
-
Hiperkalsemia, osteoporosis ringan,
fraktur
-
kelemahan dan pengecilan otot proximal
|
Mengatur sistem reproduksi
|
-
Gangguan fungsi sistem reproduksi
-
sekresi dan metabolisme, gonadotropin
serta steroid gonad
|
-
Prepubertas dan perkembanagn seksual
terlambat
-
Pasca pubertas: libido meningkat,
menstruasi terganggu, dan infertilitas
|
-
Patofisiologi
-
Penyakit graves (autoimun)
-
Goiter
nodular (hipertrofi)
-
Intake yodium
-
Stress,
obat-obatn
Hipertermi
|
Intoleransi aktifitas
|
Gangguan pola napas
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan Tubuh
|
3. Etiologin
-
Peningkatan residen kehamilan kembar monozigot,
yang menunjukan adanya faktor herediter, kemungkinan gen autoson resensif
-
Koeksistensi yang terjadi kadang-kadang bersama
kelainan endokrin lain
-
Defek pada fungsi limfosit-T supresor, yang
memungkinkan produksi autoantibody
-
Tirotoksikosis klinis di picu oleh asupan
yodium berlebihan dari makanan atau mungkin pula stress
-
Obat-obatatan
-
Tumor
Berdasarkan (Kluwer
Wolters, 2012), diantaranya:
-
Goiter multi noduler toksik
-
Kanker tyroid
-
Peningkatan sekresi TSH
-
Faktor genetic dan imulogi
-
Penyakit graves
Paling
sering terjadi antara usia 30 dan 60 tahun, lebih sering terjadipada wanita
dibandingkan dengan pria
Penyakit
graves dikenal juga dengan goiter difus toksik, yaitu penyakit autoimun yang
merupakan jenis hipertyroidisme yang paling sering terjadi. Pada penyakit
graves antibody penstimulasi tyroid saling berikatan dan menstimulasi reseptor
TSH dikelenjar tyroid. Pemicu penyakit autoimun ini masih belum jelas namun penyakit
graves dikaitkan dengan produksi autoantibody yang kemungkinan disebabkan oleh
defec fungsi limfosit T suppressor yang memungkinkan pembentukan autoantibody
ini,
Factor presipitasi:
-
Asupan iodine yang berlebihan
-
Stress, pembedahan, infeksi toksemia
dalam kehamilan ketoasidosis diabetic.
5
Gambaran Klinis
-
Peningkatan frekuensi jantung.
-
Peningkatan tonus otot, tremor,
iritabilitas, peningkatan sensitivitas terhadap katekolamin
-
Peningkatan laju metabolism basal dan
produksi panas, intoleransi terhadap panas, keringat berlebihan
-
Penurunan berat badan, peningkatan rasa
lapar
-
Melotot
-
Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan
bola mata)
-
Peningkatan frekuensi buang air besar.
-
Gondok (biasanya), yaitu peningkatan
ukuran kelenjar tiroid
Berdasarkan (Kluwer Wolters, 2012),
diantaranya:
-
Gelisah, tremor, tidak toleransi
terhadap panas
-
Penurunan berat badab mesikpun nafsu
makan meningkat
-
Berkeringat, sering deikasi
-
Palpitasi, konsentrasi buruk
-
ketidakstabilan emosi atau mood
berubah-ubah, kurus, kuku rapuh
-
ada pembesaran tyroid
-
rambut halus dan tipis
-
miksedema pretibia, penuaan dini,
peningkatan kerontoka rambut, kulit menebal
-
takikardi saat istirahat, denyut nadi
besar, dyspneau, hepatomegali
-
bissing usus hiperaktif, atrofi
-
paralisis umum, ginekomasti
-
penurunan libido
-
mual,muntah
-
diplopia, oligomenore
7. Komplikasi
-
Aritmia biasa terjadi pada pasien yang
mengalami hipertiroidisme dan merupakan
gejalah yang terjadi pada gangguan tersebut
-
krisis tirotoksi ( badai tiroid )
Komplikasi
hipertiroidisme yang mengancam jiwa yang dapat terjadi secara spontan pada
pasien hipertiroidisme yang menjalani terapi atau selama pembedahan kelenjar
tiroid, atau dapat terjadi pada pasien yang tidak terdiagnosis hipertiroidisme,
akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan
takikardia, agitasi, tremor, hipertermia dan apabila tidak diobati,terjadi
kematian
-
Muscle
wasting, atrofil otot, dan paralisis, osteoporosis
-
Kehilangan penglihatan
-
Gagal jantung, aritmia. Gagal hati atau ginjal
-
Hipoparatiroidisme sesudah operasi pengangkatan
tiroid
-
Hipotiroidisme sesudah terapi radioidoin,
penurunan libido, ginekomasti
-
Vitiligo, hiperpigmentasi kulit, ulkus
pada kornea
8. Diagnosis
Penegakan
diagnosis ini tergantung pada hasil anamnesis riwayat klinik dan pemeriksaan
yang harus dilakukan dengan cermat, tingakat kecurigaan yang tinggi serta pengukuran
hormon secara rutin. Tes berikut ini memastikan gangguan tersebut :
-
Radioimmunoassay yang memperlihatkan
peningkatan kadar T3 dan T4 serum
-
Kadar TSH yang rendah
-
Pemeriksaan scan tiroid menunjukan peningkatan
ambilan radioaktif yodium pada penyakit Graves dan biasanya pada penyakit
goiter multinoduler yang toksik serta adenoma toksik tiroid; ambilan radioaktif
yodium yang rendah terlihat pada tiroiditis dan faktisia tiroktosik
-
USG yang memastikan oftalmopati subklinis
9. Uji
Diagnostik
-
Tiroksin serum (T4) yang meningkat pada
hipertiroidisme
-
T3 serum
-
TSH, rendah pada hipertiroidisme
-
Ambilan radiokatif iodin (absorbsi)
meningkat pada semua penyebab hipertiroidisme. Pemeriksaan ini tidak akurat
apabila pasien menerima iodin dalam beberapa hari sebelum pemeriksaan
10. Penatalaksanaan
a. Manajemen
kolaboratif
Tujuan terapi adalah
mengurangi pengeluaran hormon tiroid. Ada tiga macam terapi yang bis dipakai
yakni :
-
obat antitiroid
-
radioaktif iodin 131
-
pembedahan
Pembedahan dan
radioaktif mempunyai efek samping, yaitu hipotiroidisme. Biasanya, terlebih
dahulu pasien diberi obat terapi untuk mencapai keadaan eutiroid (fungsi tiroid
menjadi normal dulu), kemudian dilaksanakan pembedahan.
b. Medikasi
Ada tiga macam obat:
1) antitiroid/thiomides
Antitiroid
atau tiroistatik adalah zat yang berkhasiat menekan produksi hormon-hormon
tiroid dan digunakan pada keadaan-keadaan hiperfungsi tiroid (hipertirosis)
yang
bisa menekan sintesis hormon tiroid, iodides untuk menghindari keluarnya hormon
tiroid, dan antagonis tiroid yang merupakan penyekat beta-adrenergik kalsium
yang menghalangi efek hormon tiroid dalam sel tubuh. Secara kimia
dapat dibagi dalam beberapa kelompok :
-
Derivat-derivat tioamida
yang terdiri dari derivat-tiourea
(metil- & propiltiourasil) serta
derivat-tioimidazol (karbimazol & tiamazol)
-
Iodida (NaI & KI)
yg merintangi pembebasan hormon ke
dlm da-rah; mulai kerjanya cepat tanpa masa latensi sebagai tioamida, juga
tidak mengakibatkan hiperplasia, pertumbuhan berlebihan dari tiroid; berhubung
kurang efektif, kini tak banyak digunakan
-
Kalium perkelorat (KClO4)
yang merintangi penangkapan iodida
dan pemadatannya oleh tiroid; meskipun kerjanya efektif, jarang digunakan
berhubung efek sampingnya (agranulositosis).
c. Terapi
iodin radioaktif
Terapi
iodin radioaktif 131 sering dipakai karena dapat diberikan pada pasien yang
berobat jalan. Perbaikan fungsi tioid lebih cepat tampak dibandingkan dengan
antitiroid.
RAI
dibeikan secara oral dalam dosis tunggal, setelah RAI dimakan, RAI akan dieliminasi
dalam tubuh dalam dua hari melalui urine, feses, keringat dan saliva.
d. Pembedahan
Pembedahan atau pengobatan dengan
obat antitiroid dipakai untuk ibu hamil dengan hipertiroidisme. Terapi RAI
tidak dipakai untuk ibu hamil. Pembedaha adalah pengobatan pilihan untuk pasien
dengan kanker tiroid. Termasuk adalam prosedur
bedah adalah pengngkatan satu lobus tiroid (75-80 kelenjar tiroid) yang disebut
tireidektomi.
Berdasarkan
pengobatan (medikasi) (Kluwer Wolters, 2012), diantaranya:
a. Terapi
dengan dosis oral tunggal, yaitu terapi pilihan untuk wanita yang sudah melewati
usia produktif atau pria dan wanita yang tidak berencana memilik anak
b. Antagonis
hormone tyroid, seperti: metimazol dan prophil tiourasil (PTU)
c. Penghhambat
beta adrenergic, seperti: atenolol dan metoprolol
d. Kortikosterol
e. Sedative,
seperti: diazepam dan lora sepam.
II.
2
Asuhan Keperawatan
A.
Contoh kasus dengan Hipertiroid
Ny
E adalah seorang pekerja pabrik di PT. Ajinomoto ia berumur 36 tahun masuk di rumah sakit pada
tanggal 24 Maret 2014 dengan keluhan nyeri di daerah leher anterior sejak 5
hari yang lalu. Klien mangatakan 1 tahun yang lalu klien pernah mengalami
gejala yang sama seperti ini sampai klien dirawat inap. Suami
klien mengaku kalau Ny E seringkali mengamuk dan emosinya tidak terkontrol
kadang sampai klien mengalami penurunan kesadaran,
mudah lemah ketika beraktifitas. Badannya kurus, suhu tubuh terasa panas, namun
nafsu makannya banyak, dan sering muncul sesak kalu sedang aktifitas. Ny E
mengaku suka yang namanya asin. Apabila dia makan makanan yang terasa kurang
asin, lidahnya terasa hambar. Ia juga
seringkali mengalami menstruasi yang tidak teratur, mudah lelah dan penurunan berat badan yang mencolok, klien mengatakan sering
buang air besar 4xhari dengan konsistensi ampas, minum hanya 700cc/hari
Hasil pemeriksaan ( TTV ) TD : 140/80 mmhg, N : 110x/mnt,
RR : 30x/mnt, Suhu : 40oC. Hasil inspeksi: tampak lemas, terdapat gondok pada
kelenjar tyroid, klien selalu berkeringat, kulit tampak semakin lembap dan
hangat serta kemerahan kalau terpapar dengan panas, mata terlihat menonjol
seperti orang terkejut (exopthalmos) dan cowong, BB : 44 kg Tb :164 cm.
Hasil pemeriksaan laboratorium: HB: 20 mmHg, peningakatan serum T3 (0,8 mg/dl ) dan T4 (20 mg/dl ). Dx Medis : Hipertyroid.
B.
PENGKAJIAN
1.
Data Subyektif
a.
Identitas
Nama :
Ny. E
Umur :
36 tahun
MRS :
24 maret 2014
Pekerjaan : pekerja pabrik PT. Ajinomoto
Dx Medis :
Hipertyroid
b.
Riwayat kesehatan
-
Keluhan utama
Pasien megeluh nyeri di daerah leher
-
Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 24 Maret 2014 pasien datang
dengan keluhan nyeri di daerah leher anterior, badannya terlihat
kurus, namun nafsu makannya banyak, suhu tubuh terasa panas, karena kondisi
tersebut keluarga membawa pasien ke RS.
-
Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan satu tahun yang lalu
pernah mempunyai riwayat penyakit seperti ini dengan gejala yang sama
-
Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak
mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya
2.
Data Obyektif
a.
Kondisi umum :
lemah
b.
GCS :
3-4-5 (composmentis)
c.
Observasi TTV :
TD: 140/80 mmhg RR: 30x mnt
N
: 110x/mnt S
: 38o
d.
Pemeriksaan Fisik
-
Sistem kardiovaskuler
Peningkatan kerja jantung (Takikardi,
palpitasi, TD meningkat)
-
Sistem respirasi
Dyspnea, Terdapat
retraksi dada, penggunaan otot bantu napas , suara wheezing
-
Sistem Eliminasi
Pasien sering buang air besar 4x/hari,
konsistensi: ampas
-
Sistem musculoskeletal
kelemahan dan pengecilan otot.
Mengalami menstruassi yang tidak teratur
(aminore)
-
Psikologi
Seringkali mengamuk, emosinya
tidak terkontrol, dan mengalami penurunan konsentrasi
e. Pemeriksaan
Penunjang
-
Hasil pemeriksaan laboratorium: HB: 20
mmHg
-
peningakatan serum T3 (0,8 mg/dl ) dan T4 (20 mg/dl ).
c. ANALISA
DATA
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
DS:
Pasien
mengatakan serig sesak saat aktifitas
DO:
-
-
Sesak
-
Terdapat retraksi dada
-
penggunaan otot bantu napas
-
suara wheezing
|
Peningkatan laju metabolisme
Gangguan pola napas
|
Gangguan
pola napas
|
DS:
Paseien
mengatakan sejak sakit frekuensi BAB lebih sering, BAB 4x hari, bentuk tinja ampas, sering
keluar keringat, minum hanya 700 cc/hari.
DO:
-
Pasien terlihat lemas
-
Turgor kulit lembap (diaphoresis)
-
Mata cowong
-
N : 110x/mnt , TD: 140/80 mmhg, S : 38o
|
|
Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
|
DS:
Pasien mengeluh nyeri di daerah leher anterior
dan terjadi inflamasi pada kelenjar tiroid
DO:
-
TD:140/80mmhg
-
N:110x/mnt
-
Skala nyeri 5
P :
nyeri muncul sejak 5
hari yang lalu
Q:
Nyeri seperti
tertekan
R:
Nyeri diarea anterior
leher (kelenjar tyroid)
S:
Intensitas nyeri 5
(nyeri sedang)
-
T :
Nyeri terasa hebat
saat dipakai menelan
|
Pembesaran kelenjar tiroid
Kompresi pada organ sekitarnya
gangguan rasa nyaman
|
Gangguan
rasa nyaman (nyeri )
|
DS:
pasien
mengatakan tubuhnya panas, sering berkeringat lebih, tidak tahan apabila
terpapar dengan panas.
DO :
-
turgor kulit kemerahan dan taraba panas
-
S : 40 °C
|
kebutuhan ATP yang lebih
mekanisme autoregulasi terganggu
pembuluh darah terus mengalami vasodilatasi
hipertermi
|
Hipertermi
|
DS:
Pasien mengatakan nafsu makan bertambah, namun berat
badan menurun dan sering buang air besar 4x/hari
DO:
-
BB: 44kg
-
HB: 20 mmHg
|
Penurunan
nafsu makan, peningkatan BB
|
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
DS:
Pasien
mengatakan mudah lemah dan lelah saat beraktifitas maupun tak
beraktifitas
DO:
-
Klien terlihat lemas
-
dyspnea
-
Mudah letih saat aktifitas
-
RR : 30 x/mnt
-
N
: 110 x/mnt
|
Intoleransi
aktifitas
|
Intoleransi
aktifitas
|
D. Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan pola napas berhubungan dengan
penurunan exspansi paru
2.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan peningkatan laju metabolism tubuh
3.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhungan
dengan kompresi mekanik pada organ sekitarnya
4.
Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme
5.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhungan dengan peningkatan laju metabolisme
6.
Intoleransi aktifitas berhungan dengan kelemahan otot
E. Rencana
Asuhan Keperawatan
1. Dx
keperawatan
Gangguan pola napas b.d penurunan
ekspansi paru
Ø Tujuan
Sesak berkurang setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama1x24 jam
Ø Kriteria
Hail :
-
RR normal (16-20x.mnt)
-
Tidak ada sesak
-
Tidak ada pnggunaan otot bantu napas
-
Tidak sianosis
-
tidak ada suara wheezing
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang teknik napas dalam
|
pasien
dan keluarga mengerti cara meningkatkan pola nafas.
|
2.
Berikan posisi semifowler
|
Membuka kepatenan jalan nafas
|
3.
Observasi TTV:
TD, N, RR
|
Deteksi dini mengetahui perkembangan pasien
|
4.
Kolaborasi dengan team medis pemberian:
-
Oksigenasi
-
Bronkodilator
|
Mempertahnakan kebutuhan o2 dalam tubuh
secara adekuat, dan memepertahankan kepatenan jalan napas
|
2. Daignosa
keperawatan
Ketidakseimbangan
cairan elektrolit b.d peningkatan laju metabolism tubuh
Ø Tujuan
:
Kebutuhan Cairan dan
elektrolit terpenuhi dengan baik setelah dilakukan tindakan keperatawan selama
1x24 jam
Ø Kriteria
Hasil :
-
Turgor kulit normal
-
Mata tidak cowong
-
Nadi normal (60-80x/mnt)
Intervensi
|
Rasional
|
1. Anjurkan
konsumsi makanan tinggi serat
2. Minum
banyak air minimal
8 gelas/hari
(1-2lt/hari)
|
Memenuhi
kebutuhan metabolic nutrisi dan cairan secara adekuat
|
3. Observasi
TTV : TD, N, S, RR
|
Mengetahui
perkembangan pasien
|
4. Kolaborasi
dengan team medis pemberian obat :
-
Infuse RL
-
Oralit
|
Mempertahankan
keseimbnagan cairan dan elektrolit
|
3. Dx
Keperawatan:
Nyeri berhubungan dengan kompresi
mekanik pada organ sekitarnya
Ø Tujuan
Nyeri berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam
Ø Kriteria
Hasil:
-
Observasi TTV (dalam batas normal):
TD:120 mmHg
N: 60-80 x/mnt
S: 36,5OC
-
Skala nyeri 1 (nyeri ringan )
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Bina hubungan saling percaya
|
.Membinahubungankepercayaan untukmempermudahmemberikanpelayanansecaramaximal
|
2. Ajarkanteknikdistraksi-
relaksassi:
-
Mendengarkan music
-
Nafasdalam
|
Menurunkan
rasa nyeripasien
|
3. Observasi
TTV: Td, N, S
|
mengetahui perkembangan kondisi pasien
|
4. Observasiskalanyeri
-
1-3 nyeriringan
-
4-6 nyerisedang
-
7-9 nyeriberat
-
10 sangatnyeri
|
mencegah
perkembangan tingkat nyeri pasien
|
5. Pemberian
obat sesuai advis dokter:
- Antibiotic
- analgesic
|
meringankan
peradangan dan nyeri leher (kelenjar tyroid)
|
4. Dx
keperawatan :
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d peningkatan laju metabolisme
Ø Tujuan:
Nutrisi seimbang setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 4x24 jam
Ø Kriteria
hasil:
-
BB meningkat
-
nafsu makan seimbang
-
suhu : 36,50C
-
HB normal (11,4 – 15 g/dl )
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Berikan
penjelasan kepada klien tentang diit yang benar sesuai dengan penyajian
- Anjurkan
makan sedikit tapi sering
|
Mengatur pola makan pasien lebih baik
lagi dan teratur
|
2. Ciptakan
suasana makan yang rileks
-
Sajikan makanan dalam keadaan
hangat
|
Membantu pencernaan pasien dan
meningkatkan nafsu makan
|
3. Observasi
TTV: TD, N, S,
4.
Ukur kadar HB secara berkala,
timbang BB
|
Mengetahui perkembnagan pasien
|
5. Kolaborasi
ahli gizi/para medis untuk menentuknan diit yang tepat dan pemberian vitamin antiemetic.
Terapi diit
diantaranya:
-
Makan dengan gizi yang seimbang,
Tinggi serat
-
Rendah lemak
-
Rendah kolesterol
|
Mempertahankan keseimbangan nutrisi
pasien
|
5. Dx
Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Ø Tujuan:
Suhu tubuh menurun setelah di lakuakan
tindakan keperawatan selama 1x24jam
Ø
Kriteria hasil
-
Suhu kembali normal (36,5°C)
-
Turgor kulit normal, akral dingin
-
Tidak kemerahan dan
-
tidak berkeringat lebih
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pemberian HE:
-
Anjurkan untuk kompres hangat
-
Gunakan pakaian yang bisa meresap
keringat
|
Untuk mengurangi evaporasi berlebih
|
2. Observasi TTV: (S,N)
|
Untuk memantau keadaan/kondisi pasien
|
3. Kolaborasi
team medis pemberian obat:
-
Paracetamol
-
Antibiotic
|
Suhu tubuh dalam kondisi normal
|
6.
Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan otot
Ø
Tujuan :
Pasien dapat melakukan aktivitas yang
diinginkan setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam
Ø
Kriteia Hasil :
pasien
mampu melakukan aktivitas yang diinginkan
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Anjurkan
klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan.
|
Melatih klien agar dapat beradaptasi dan mentoleransi
terhadap aktifitasnya.
|
2.
Bantu
klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan kemampuan.
|
Melatih klien agar dapat tolerananterhadap aktifitas.
|
3.
Berikan
periode istirahat setelah melakukan aktifitas
|
Mencegah kelelahan berkepanjangan
|
F. Implementasi
Didasarkan pada diagnose yang muncul baik secara
actual, resiko, atau pdilakukan otensial. Kemudian dilakukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
G. Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana
keberhasilan mencapai criteria hasil. Sehingga dapat diputuskan apakah
intervensi dapat dilanjutkan atau dihentikan atau diganti jika tindakan yang
dilakukan tidak berhasil.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Hipertiroiditisme
merupakan suatu ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi berlebihan
hormon tiroid. Hipertiroidisme (Hipersekresi hormon
tyroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar
tiroid. Tirotoksikosis adalah sindrom klinis yang diakibatkan oleh peningkatan
tiroksin (T4) atau triodotironin (T3). Ada beberapa faktor yang bisa
menyebabkan hipertiroidisme, tetapi ada dua yang paling lazim ditemukan, yaitu
penyakit Grave dan goiter multinoduler toksik.
Hipertiroiditisme
merupakan suatu ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi
berlebihan hormon tiroid
III.2 SARAN
Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk
masa depan yang cemerlang.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Baradero Mary. 2009. Seri Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC
2.
Gleadle J, 2003. At A Glance Anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: EMS
3.
Kluwers Wolters. 2012. Kapita Selekta
Penyakit. Jakarta: EGC
4.
Rumahorbo Hotma. 1997. Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jkarta: EGC
Slots: What Are the Best Casino Sites for Free Play?
BalasHapusWhat is the best slot machine? — You can 빡촌 후기 play 바카라 양빵 slot 할리우드 배우 노출 machine games without spending any 탱글다희 영구정지 real money. 윈조이포커 How does slot machines work? How does slot machines work?