Kamis, 25 Mei 2017

MAKALAH TENTANG PERITONITIS


BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG
Peritonium merupakan mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial. Pada permulaan mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu colon. Dari kedua rongga terdapat endoterm yang merupakan enteron. Enteron di daerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm tersebut menjadi peritonium. Dengan adanya kelinan pada organ-organ rongga peritonium, akan mempengaruhi dinding peritonium itu sendiri. Seperti apendisitis perforasi, perdarahan intraabdomen, obstruksi dan strangulasi jalan cerna. Peritonitis merupakan peradangan peritonium, peradangan sering disebabkan oleh bakteri atau infeksi jamur. Pada keadaan normal, peritonium resisten terhadap infeksi bakteri. Bakteri yang virulen merupakan faktor yang mempermudah peritonitis. Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggualangan tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan menggali lebih dalam mengenai peritonitis.

I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Laporan pendahuluan pada perikarditis ?
2.      Asuhan Keperawatan pada perikarditis ?






I.3 TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      untuk memahami bagaimana laporan pendahuluan pada peritonitis ?
2.      untuk memahami asuhan keperawatan pada kasus peritonitis ?

I.4 MANFAAT PENULISAN
Dengan adanya makalah seminar ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekrasan serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.























BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Laporan Pendahuluan
A.    Konsep peritonitis
1.      Pengertian
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium (lapisan membran serosa rongga abdomen). peradangan peritonium merupakan komplikasi yang berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen(misalnya apendiksitis, salpingitis) ruptur saluran cerna atau dari luka tembus abdomen. organisme yang sering menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon pada kasus ruptura apendiks sedangkan stavilokok dan streptokok sering masuk dari luar.
reaksi awal peritonium terhadap infasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. kantong-kantong nanah( abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitanya membatasi infeksi. perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang telah dapat mengakibatkan obstruksi usus.
bila bahan menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritonium atau bila infeksi menyebar dapat timbul peritonitis umum. dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik. usus kemudian menjadi atoni dan meregang. cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
gejala berbeda-beda tergantung luas peritonitis, beratnya peritonitis dan jenis organisme yang bertannggung jawab. gejala-gejala yang utama adalah sakit perut (biasanya terus menerus), muntah dan abdomen yang tegang, kaku, nyeri dan tanpa bunyi. demam dan leukositosis sering terjadi, prognosis baik pada bentuk peritonitis lokalj dan ringan, dan mematikan pada peritonitis umum akibat organisme pirulen.
prinsip umum pengobatan adalah pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik/intestinal, penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena, pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
2.      Klasifikasi peritonitis
peritonitis dibagi menjadi 3:
a.       peritonitis primer/spontan
gambaran:
-          biasa terjadi pada masa anak-anak dengan sindrom nefrotik atau sirosis hati,
-          tidak ada sumber infeksi pada intraperitonial
-          lebih banyak diderita perempuan daripada laki-laki
-          kuman masuk melalui aliran darah atau alat genital
-          rasa sakit dan lemas
-          dehidrasi dan nyeri tekan
-          otot abdomen tegang
-          kembung
-          bunyi peristaltik usus sulit ditemukan
penatalaksanaan:
-          Pembedahan
-          Antibiotik
b.      peritonitis sekunder
gambaran:
-          kuman yang masuk banyak, biasa dari GIT dan imun klien
-          kuman campuran, aerob dan anaerob
-          adanya sumber infeksi intaperitonial, apendiksitis, difertikulitis, salpingitis, kolesistitis, pankreatitis dan sebagainya
-          dapat dari trauma yang menyebabkan ruptur dan GIT/perforasi setelah endoskopi, biopsi/kolikpetomi endoskopik
-          dapat terjadi keganasan GIT
-          tertelannya benda asing dan tajam
-          sangat nyeri
-          tidak berani bergerak saat tidur
-          nafas pendek
-          awalnya tensi turun sedikit dan nadi lebih cepat, kemudian masuk dalam renjatan dengan nadi kecil dan lebih cepat
-          hipovolemia
-          abdomen terganggu
pengobatan :
-          supertiv
-          infus darah plasma atau whole blood dan albumin, larutan ringer, dekstrosa 5% atau Nacl fisiologis
-          kortikosteroid
-          oksigen untuk hipoksia
-          antibiotik untuk bakteri aerob dan anaerob
-          pembedahan(mencari penyebab, menutup kebocoran dan membersihkan rongga peritonium)
c.       peritonitis yang disebabkan pemasangan alat
gejala klinis:
-          sakit
-          panas
etiologi:
-          kateter fentrikulo peritonial yang dipasang pada pengobatan hidrochepalos
-          kateter peritonium jugular untuk mengurangi asites
-          kontinous ambulatory peritonea dialysis
penatalaksanaan:
-          antibiotik
-          kateter dcabut
-          bila terjadi kista, ganti dengan fentrikulo atrial/reposisi kateter dirongga peritonium
-          penyuluhan penggunaan kloset fluid sistem untuk diganti peritonial dialisa



B.     Etiologi
Invasi kuman ke lapisan peritoneum dapat disebabkan oleh berbagai kelainan pada sistem gastrointestinal dan penyebaran infeksi dari organ didalam abdomen. (Rotsein. 1997). Atau perforasi organ pascatrauma abdomen. (invatuy, 1998). Penyebab terjadinya peritonitis adalah invasi kuman bakteri ke dalam rongga peritonium. Kuman yang paling sering menyebabkan infeksi meliputi:
-          Gram negatif    :escherichia coli (40%), klebsiella pneumoniae (7%), pseudomonas species, proteus species, gram negatif lainya (20%).
-          Gram positif     :streptococcus pneumoniae (15%), streptococccus lainya (15%), dan stapylococcus (3%). Mikroorganisme anaerob kurang dari 5%.. (Cholongitis 2005)

C.     Patofisiologi
Infasi kuman ke lapisan peritonium
Sebagai kelainan pada sistem gastrointestinal
Dan penyebaran infeksi dari organ di dalam abdomen

Respon peradangan pada peritonium organ di dalamnya
Reaksi awal peritonium terhadap invasi oleh


Keluarnya eksudat fibrosa                   kantong-kantong nanah (abses)


Peritonitis primer         peritonitis sekunder                 peritonitis tersier
-       Rasa sakit dan lemas                 - Sangat nyeri perut                      - Peritonitis disebabkan
-       Dehidrasi dan nyeri                    - Tidak bisa gerak saat tidur           pemasangan alat
Tekan                                           - napas pendek                             - Panas
-       Otot abdomen tegang                   - Awal tensi menurun                  - sakit perut
-       Kembung                                         sedikit dan nadi lebih cepat
-       Bunyi  peristaltik sulit                     kemudian masuk dalam renjatan
Ditemukan                                        dengan nadi kecil dan cepat
-       Kuman masuk melalui                   - Hipovolemia
 aliran darah/alat genital                 - Abdomen tegang
-       Lebih banyak perempuan                - Kuman masuk dari GIT
Daripada laki-laki                              dan imun klien




Respon lokal             syok sepsis               gangguan GIT           respon sistemik
Saraf terhadap
Inflamasi
            Distensi abdomen      respon kardiovaskuler  mual dan muntah(anoreksia)      suhu tubuh         
hipertermi

                 Nyeri                       curah jantung               intake cairan                                                                                                    Suplai darah otak         Makanan         
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Ketidakseimbangan nutrisi dan cairan
                                                        kesadaran                  Dan cairan
                                                         Perfusi serebral       Tidak adekuat         
                                                        Perubahan tingkat    
                                                        kesadaran               

D.    Manifestasi klinis
-          Nyeri abdomen, nyeri ketuk dan bunyi timpani peningkata suhu tubuh, mual, muntah
-          peningkatan kecemasan
-          suhu badan pasien akan naik > 38o, dan terjadi takikardi, hipotensi
-          pasien tampak latergi, serta syok
-          distensi abdomen (kekakuan dinding perut)
-          Pasien dengan peritonitis berat menghindari semua gerakan dan menjaga pinggul tertekuk untuk mengurangi ketegangan dinding perut
-          perut sering mengembung di sertai tidak adanya bissing usus.
-          hilangnya bising usus
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik:
-          Inspeksi                       :
pasien terlihat kesakitan dan lemah
-          Auskultasi                   :
penurunan atau hilangnya bising usus
-          Palpasi             :
nyeri tekan abdomen (tanderness), peningkatan suhu tubuh. Adanya darah atau cairan dalam rongga peritoneum akan memberikan tanda-tanda rangsangan peritoneum. Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri tekan dan defens muscular. Pekak hati dapat menghilang akibat udara bebas dibawah diafragma.pemeriksaan rectal dapat memunculkan nyeri abdomen, colok dubur kearah kanan mungkin mengindikasikan apendisitis, dan apabila bagian anterior penuh dapat mengindikasikan sebuah abses.
-          Perkusi                        :
nyeri ketuk dan bunyi timpani terjadi akibat adanya flatulen

E.     Penatalaksanaan .
Secara umum tujuan dari penatalaksanaan medis, meliputi hal-hal sebagai berikut (Bandy, 2008).
-          Untuk mengontrol sumber infeksi.
-          Untuk menghilangkan bakteria dan toksin.
-          Untuk menjaga fungsi sistem organ
-          Untuk mengontrol proses inflamasi.
Intevensi yang dilaksanakan, meliputi hal-hal sebagai berikut (Peralta, 2006).
-          Terapi antibiotik sistemik.
-          Perawatan intensif dengan pemantauan hemodinamik, paru-paru dan ginjal.
-          Nutrisi dan metabolik suport.
-          Terapi modulasi respons peradangan.

F.      Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian pemeriksaan diagnostik terdiri atas pemeriksaan laboraturium, pemeriksaan radiografik, dan USG.
1)      Pemeriksaan laboraturium, meliputi (Laroche, 1998) hal – hal sebagai berikut.
-          Sebagian besar pasien dengan infeksi intra-abdomen menunjukkan leukositosis (>11.000 sel/µL).
-          Kimia darah dapat mengungkapkan dehidrasi dan asidosis.
-          Pemeriksaan waktu pembekuan dan perdarahan untuk medeteksi disfungsi pembekuan.
-          Tes fungsi hati jika diindikasikan secara klinis.
-          Urinalisis penting untuk menyingkirkan penyakit saluran kemih ( misalnya: pielonetritis, batu ginjal penyakit), namun paasien dengan perut bagian bawah dan infeksi panggul sering menunjukkan sel darah putih dalam air seni dan mikrohematuria.
-          Kultur darah untuk mendeteksi agen infeksi septikemia.
-          Cairan peritonial ( yaitu paracentesis, aspirasi cairan perut dan kultur cairan peritonial). Pada peritonitis tuberkulosa, cairan peritoneal mengandung banyak protein ( lebih dari 3 gr/100 ml) dan banyak limfosit: basil tuberkel diidentifikasi dengan kultur.
2)      Pemeriksaan radiografik
-          Foto polos abdomen
kondisi ileus didapatkan usus halus dan usus besar berdilatasi. Udara bebas hadir dalam kebanyakan kasus anterior perforasi lambung dan duodenum, tetapi jauh lebih jarang dengan perforasi dari usus kecil dan usus besar, serta tidak biasa dengan appendiks perforasi. Tegak film berguna untuk mengidentifikasi udara bebas di bawah diafragma ( paling sering di sebelah kanan)  sebagai indikasi adanya viskus berlubang (Bandy, 2008).
-          Computed tomography scan
CT scan abdomen dan panggul tetap menjadi studi diagnostik pilihan untuk abses peritoneal. CT scan ditunjukkan dalam semua kasus dimana diagnosis tidak dapat dibangun atas dasar klinis dan temuan di foto polos abdomen. Abses peritoneal dan cairan lain dapat diambil untuk diagnosis atau terapi bawah bimbingan CT (Kleinhaus, 1982).
-          Magnetic Resonance Imaging (MRI)
suatu modalitas pencitraan muncul untuk diagnosis dicurigai abses intra-abdomen. Abses abdomen menunjukkan penurunan intensitas sinyal dan hemogen atau peningkatan intensitas sinyal heterogen (Peralta, 2006). 
-          USG
USG abdomen dapat membantu dalam evaluasi kuadran kanan atas ( misalnya perihepatic abses, kolesistis, bioloma, pankreatitis, pankreas pseudocyst), kuadran kanan bawah, dan patologi pelvis (misalnya: apendisitis, abses tuba – ovarium, abses Douglas), tetapi terkadang pemeriksaan menjadi terbatas karena adanya nyeri, distensi perut, dan gangguan gas usus. USG dapat mendeteksi jumlah kurang dari 100 ml sangat terbatas (Peralta, 2006).

II. 2 Asuhan Keperawatan
A.    Contoh kasus dengan peritonitis
Ny M usia 25 tahun masuk RS pada tanggal 3 juni 2014, datang dengan keluhan  nyeri abdomen sejak 4 hari yang lalu setelah Ny M post op Apendixitis. Pasien mengatakan rasa nyeri terlokalisasi kadang rasa nyeri ringan kadang juga berat, skala nyeri 7 (nyeri sangat mengganggu dan berat), ketika kambuh nyeri disertai panas tubuh yang tinggi dan kembung. sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh sering mual dan muntah 4x/hari disertai pusing, tidak nafsu makan, porsi makan tidak pernah habis, klien tampak cemas dan lelah, minum hanya 700 cc/hari. Klien mengatakan tubuh terasa panas sehingga klien sering keluar keringat. Klien mengatakan BAB jarang satu kali dalam 5-6 hari, sehingga perutnya terlihat membesar dan terasa tidak nyaman.
Hasil inspeksi: membran mukosa kering, mata cowong, turgor kulit menurun., wajah tampak kemerahan, pasien terlihat menghindari semua gerakan dan menjaga pinggul tertekuk untuk mengurangi ketegangan dinding perut, hasil palpasi terdapat nyeri tekan abdomen, akral hangat. hasil perkusi terdapat nyeri ketuk dan bunyi hipertimpani. bissing usus tidak terdengar (Bunyi peristaltik = O). BB menurun sebelum sakit 75 kg waktu sakit 60 kg
Berdasarkan observasi TTV dihasilkan TD: 130/80 mmHg, N: 120 x/menit, S: 40OC. Hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan leukosit: 15.000 sel µ/l. HB: 10 g/dl, dari hasil foto polos abdomen di dapatkan usus halus dan usus besar berdilatasi, nilai elektrolit normal. Dx Medis: Peritonitis

B.     Pengkajian
1.      Data subyektif
a.       Identitas pasien      :
-          Nama               : Ny. M
-          Umur               : 25 tahun
-          MRS                : 03 Juni 2014
-          Pekerjaan         : Ibu rumah tangga
-          Dx Medis        : Peritonitis
b.      Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri abdomen setelah post op apendixitis.

c.       Riwayat penyakit sekrang
Ny M usia 25 tahun masuk RS pada tanggal 3 juni 2014, datang dengan keluhan  nyeri abdomen sejak 4 hari yang lalu setelah Ny M post op Apendixitis, Pasien mengatakan rasa nyeri terlokalisasi kadang rasa nyeri ringan kadang juga berat, skala nyeri 7 (nyeri sangat mengganggu dan berat), ketika kambuh nyeri disertai panas tubuh yang tinggi disertai kembung. 2 hari yang lalu pasien mengeluh sering mual dan muntah 4x/hari disertai pusing, tidak nafsu makan, porsi makan tidak pernah habis, klien tampak cemas dan lelah, minum hanya 700 cc/hari. Klien mengatakan tubuh terasa panas sehingga klien sering keluar keringat. Klien mengatakan BAB jarang satu kali dalam 5-6 hari, sehingga perutnya terlihat membesar dan terasa tidak nyaman. Karena kondisi tersebut klien MRS pada tanggal  03 Juni 2014
d.      Riwayat penyakit dahulu
pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit apendixitis
e.       Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarga mempunyai riwayat apendixitis dan gastritis  

2.      Data Obyektif
a.       Kesadaran               : composmentis 3-4-5
b.      Kondisi umum        : lemah, lelah, kesakitan
c.       Skala nyeri              : Skala nyeri 7 (nyeri sangat mengganggu dan berat)
d.      Observasi TTV:
TD: 130/80 mmHg             S   : 40oC
N  : 120x/mnt                     RR: 20x/mnt
e.       Pemeriksaan fisik :
1)      B1 (Breating)  :
-       Inspeksi        : dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu napas  
-       Palpasi          : fokal fremitus kanan kiri sama
-       Perkusi         : sonor
-       Auskultasi    : vesikuler, tidak ada suara tambahan



2)      B2 (Blood)      :
-          Inspeksi                 : ictus cordis tidak terlihat
-          Palpasi                   : PMI teraba
-          Perkusi                  : pekak
-          Auskultasi             : S1, S2 terdengar bunyi tunggal 
3)      B3 (Brain)       :
Kesadaran composmentis (3-4-5)
4)      B4 (Bowel)     :
-          Inspeksi                 : Simetris, kembung  
-          Auskultasi             : Bissing usus menghilang (bunyi perstaltik = o)
-          Perkusi                  : Hipertimpani, hepar dan lien redup  
-          Palpasi                   :Hepar lien tidak teraba, gastritis positif, apendisitis negatif
-          Frekuebsi BAB     : 1 kali dalam 5-6 hari 
-          Konsistensi feses   :  Keras
5)      B5(Bladder)    :
-          Frekuensi BAK     : 1X/hari
-          Intake minum        : 700cc/hari
6)      B6 (Bone)       :
-          Inspeksi     :
Pasien terlihat kesakitan dan lemah, mata cowong, wajah memerah. pasien terlihat menghindari semua gerakan dan menjaga pinggul tertekuk untuk mengurangi ketegangan dinding perut
-          Palpasi       :
Akral hangat
f.       Pemeriksaan penunjang     :
-          Leukosit    : 15.000 sel µ/l.
-          foto polos abdomen di dapatkan usus halus dan usus besar berdilatasi, nilai elektrolit normal





C.     AnalisA Data
Symptom
Etiologi
Problem
Ds:
Ny M mengatakan nyeri abdomen sejak 4 hari yang lalu setelah post op Apendixitis. Pasien mengatakan rasa nyeri terlokalisasi kadang rasa nyeri ringan kadang juga berat, skala nyeri 7 (nyeri sangat mengganggu dan berat), perut terasa kembung.

Do:
-          pasien terlihat kesakitan dan lemah
-          O:
Nyeri dirasakan sejak 4 hari yang lalu
-          P:
Nyeri dirasakan setelah 4 hari  yang lalu setelah post op Apendixitis.
-          Q:
Nyeri terasa berat, seperti ditekan dan sanagt mengganggu
-          R:
Nyeri diarea seluruh dinding abdomen ( peritoneum )


-          S:
Intensitas nyeri 7 (nyeri berat)
-          T :
pasien terlihat menghindari semua gerakan dan menjaga pinggul tertekuk untuk mengurangi ketegangan dinding perut
-          Observasi TTV:
TD: 80/50 mmHg           
N  : 120x/mn
-          Foto polos:
usus halus dan usus besar berdilatasi,
Invasi kuman

Pertemuan Ag, AB

Respon inflamasi pada peritonium

Distensi abdomen  
 

Nyeri
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
DS:
pasien mengatakan tubuh terasa panas saat nyeri perut kambuh

DO:
-          Akral hangat
-          Wajah kemerahan
-          Observai TTV :
S: 40OC,
N: 120 x.mnt
TD: 130/80 mmHg
-          Hasil pemeriksaan laborat:
Leukosit: 15.000 sel µ/l.
Respon mediator kimia terhadap inflamasi
 

Vasodilatasi pembuluh darah
 

Peningktan suhu tubuh

Hipertermi






Hipertermi















DS:
pasien mengeluh sering mual dan muntah 4x/hari disertai pusing, tidak nafsu makan, porsi makan tidak pernah habis dan perut terasa kembung.  

DO:
-          BB menurun sebelum sakit 75 kg waktu sakit 60 kg
-          HB: 10 g/dl
Proses inflamasi peritonium
 

Anoreksia

Nausea, vomiting  

Intake nutrisi tidak adekuat
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ds:
Paien mengatakan sejak 2 hari yang lalu sering mual muntah 4x/hari, minum hanya 700cc/hari, sering keluar keringat akibat suhu tubuhnya yang tinggi
Do:
-          Pasien mengeluh pusing, membran mukosa kering, turgor kulit menurun, mata cowong.
-          N: 120x/mnt
-          TD: 130/80 mmHg
-          S: 400C

Peningkatan suhu tubuh, intake cairan kurang
 

Output cairan melalui keringat berlebih
 

Intake cairan tidak adekuat
Ketidakseimbangana cairan dan elektrolit
DS:
Pasien mengatakan BAB jarang satu kali dalam 5-6 hari, sehingga perutnya terlihat membesar dan terasa tidak nyaman.

DO:
-          Bunyi peristaltic = O
-          Frekuensi BAB=
1X dalam 5-6 hari
Peradangan pada peritonium

Vegetasi dan infiltrat mikroorganisme

Mempengaruhi peristaltik usus

Proses pencernaan makanan terganggu

Konstipasi
Gangguan eliminasi alvi

D.    Dignosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d peradangan/ inflamasi pada peritoneum
2.      Hipertermi b.d respon mediator kimia terhadap inflamasi pada peritoneum
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan yang tidak adekuat
4.      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake cairan yang kurang
5.      Gangguan eliminasi alvi b.d peristaltic usus yang menghilang

E.     Intervensi
a.       Diagnosa Keperawatan:
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses inflamasi peritoneum
1.      Tujuan                      :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri hilang.
2.      Kriteria Hasil            :
-          Nyeri tekan abdomen berkurang,
-          skala nyeri normal 0-1
-          Bissing usus normal (5-30x/mnt)
-          Observasi TTV (dalam batas normal):
TD: 90-140 mmHg  N: 60-80x/mnt S: 40OC
Intervensi
-                      Rasional
1.      Bina hubungan saling percaya



2.      Ajarkan teknik distraksi- relaksassi:
-          Mendengarkan music
-          Nafas dalam

3.      Observasi TTV: Td, N, S

4.      Observasi skala nyeri
-          1-3 nyeri ringan
-          4-6 nyeri sedang
-          7-9 nyeri berat
-          10 sangat nyeri
5.      Observasi bissing usus


6.      Pemberian obat sesuai advis dokte
-          Antibiotic  
-          Analgesic
1.      Membina hubungan kepercayaan untuk mempermudah memberikan pelayanan secara maximal

2.      Menurunkan rasa nyeri pasien






3.      mengetahui perkembangan kondisi pasien 
4.      mencegah perkembangan tingkat nyeri pasien





5.      menegtahui fungsi gerakan peristaltic lambung

6.      meringankan peradangan dan nyeri abdomen

b.      diagnosa keperawatan 2:
hipertemi b.d respon mediator kimia terhadap inflamasi peitonium
1.      Tujuan          :
Setelah dilakukan suhan keperawatan selam 2x24 jam panas tubuh berkurang
2.      Kriteria Hasil            :
-          Suhu tubuh menurun (N: 36,5 – 37,5 OC)
-          Akral dingin
-          Wajah tidak memerah
INTETVENSI
RASIONAL
1.      Anjurkan klien menggunakan pakaian yang mudah meresap keringat

2.      - Anjurkan kompres hangat

-    Anjurkan mengurangi aktivitas dan banyak istirahat 

3.      Observasi TTV: S, N, TD


4.      Kolaborasi dengan team medis pemberian :
-          Antibiotic
-          Paracetamol

Penguapan panas dari tubuh dapat diminimalisir oleh tubuh


Menstabilkan autoregulasi suhu dalam tubuh



Mengetahui perkembangan vital pasien

Inflamasi berkurang, suhu tubuh menurun 

c.       Diagnose keperawatan 3
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan nutrisi yang kurang
1.      Tujuan                      :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4x24 jam klien dapat memenugi asupan nutrisi yang seimbang 
2.      Kriteria Hasil            :
-          Mual muntah berkurang
-          BB meningkat
-          Porsi makan habis
-          Nafsu makan meningkat
-          HB: 11,4 – 15 g/dl
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Berikan penjelasan kepada klien tentang diit yang benar sesuai dengan penyajian
-    Anjurkan makan sedikit tapi sering

2.      Ciptakan suasana makan yang rileks
-    Sajikan makanan dalam keadaan hangat

3.      Observasi TTV: TD, N, S,
4.      Ukur kadar HB secara berkala, timbang BB

5.      Kolaborasi ahli gizi/para medis untuk menentuknan diit yang tepat dan pemberian vitamin antiemetic

Mengatur pola makan pasien lebih baik lagi dan teratur



Membantu pencernaan pasien dan meningkatkan nafsu makan



Mengetahui perkembnagan pasien



Mempertahankan keseimbangan nutrisi pasien  

d.      Dignosa Keperawatan 4
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake cairan makanan tidak adekuat
1.      Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan cairan terpenuhi dengan baik
2.      Turgor kulit normal 
   - Mata tidak cowong
   - Turgor kulit normal
   - mukosa lembap
Intervensi
Rasional
1.      Bina hubungan saling percaya



2.      Observasi TTV: (td, n, s, rr)


3.      Pemberian HE (healt education):
Anjurkan minum banyak (1-2 litr/hari)

4.      Berikan obat sesuai advis dokter:
Infus RL 
1.      Membina hubungan kepercayaan untuk mempermudah memberikan pelayanan secara maximal

2.      mengetahui perkembangan kondisi pasien 


3.      Mempertahankan cairan dalam tubuh


4.      Mengganti caian dan elktrolit secara adekuat dan cepat



e.       Diagnosa Keperawatan 5:
Gangguan eliminasi alvi b.d hilangnya peristaltic usus
1.      Tujuan             :
Konstipasi berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2.      Kriteria Hasil   :
-          Bunyi peristaltic normal: 5-30x/mnt
-          Frekuensi BAB normal 1-2X/hari
-          Konsistensi BAB padat dan lunak
Intervensi
Rasional
1.      Anjurkan klien makan-makanan yang tinggi serat: sayuran hijau dan buah-buahan

2.      Observasi TTV:
N. S, RR, TD


3.      Observasi peristaltic usus setiap selesai makan.
Norml: 5-30X/mnt

4.      Pemberian obat sesuai advis dokter :
-           
Memudahkan sistem pencernaan untuk mengolah makanan dengan baik.

Memantau perkembangan kondisi pasien


Memantau fungsi peristaltic dalam system pencernaan


Merangsang peristaltic usus dan memudahkan proses BAB yang normal

F.      Implementasi
Didasarkan pada diagnose yang muncul baik secara actual, resiko, atau pdilakukan otensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.

G.    Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai criteria hasil. Sehingga dapat diputuskan apakah intervensi dapat dilanjutkan atau dihentikan atau diganti jika tindakan yang dilakukan tidak berhasil.

















BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium (lapisan membran serosa rongga abdomen). peradangan peritonium merupakan komplikasi yang berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen(misalnya apendiksitis, salpingitis) ruptur saluran cerna atau dari luka tembus abdomen. organisme yang sering menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon pada kasus ruptura apendiks sedangkan stavilokok dan streptokok sering masuk dari luar.

III.2 SARAN
Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan yang cemerlang.
















DAFTAR PUSTAKA

1.         Inayah Iin. 2004. ASKEP pada Klien Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
2.         Muttaqin Arif, dkk. 2011. Gangguan GIT Aplikasi ASKEP Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
3.          Price AS, dkk. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar