Kamis, 25 Mei 2017

MAKALAH tentang HNP (hernia nucleus pulsosus)



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat  mengganggu aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat.
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung  bawah selama hidupnya. Kelompok studi  nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani.
 Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya  agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP  dapat maksimal.
Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan menggali lebih dalam mengenai konsep, tata laksana (prosedur) dalam patofisiologi neurologi pada HNP .

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.   Apakah  pengertian HNP ( hernia nukleus purposus)?
2.   Bgaimana asuhan keperawatan HNP ?




C.    TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk memahami pengertian HNP ?
2.      Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan HNP ?

D.    MANFAAT PENULISAN
Sebagaimana mempunyai tujuan seperti yang tersebut diatas, penulis mempunyai manfaat sebagai berikut :
1.   Manfaat secara teoristis sangat diharapkan karya ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para khalayak.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi Pembaca
Sebagai bahan wacana yang dapat di gunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam mempelajari makalah tentang penatalaksaan dalam HNP.
b.    Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menambah pengalaman dalam penulisan makalah,serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang penatalaksaan dalam HNP.
c.    Bagi Penulis lain
     Dapat menjadi bahan yang dapat digunakan sebagai tambahan informasi,dan referensi apabila penulis lain melakukan penelitian serupa agar mampu membuat makalah yang lebih sempurna.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI
1.    DEFINISI HNP ( Herniasi Nukleus Pulposus)
Herniasi nukleus pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan olwh proses patologik di koluma vertebralis pada diskus intervebralis/diskorgenik.
Protrusi atau rupur nukleus biasanya didahului dengan perubahan degenatif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein dalam polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pertahanan pada herniasi nukleus.
HNP terjadi kebanyakan karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai diskus intervebralis sehingga menimbulkan robeknya anulus fibrosus.  
Pada kebanyakan klien, gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau tahun. Kemudian pada generasi diskus, kapsul mendorong ke arah medula spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
2.      ETIOLOGI
a.       Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra
b.      Spinal stenosis.
c.       Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
d.      Pembentukan osteophyte.
e.       Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.



3.      TANDA DAN GEJALA
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, matu rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif.
Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring. 
Manifestasi klinis:
a.       Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.
b.      Nyeri tulang belakang
c.       Kelemahan satu atau lebih  ekstremitas
d.      Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.
4.      PATOFISIOLOGI
Pada tahap pertama robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Oleh karena adanya gaya traumatis yang berulang, robekan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Jika hal ini terjadi, maka risiko herniasi nukleus pulposus hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatis ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.
Penonjolan (Herniasi) nukleus pulposus dapat ke arah porpus vertebra diatas atau dibawahnya. Dapat juga menonjol langsung ke kanalis vertebralis. Penonjolan sebagian nukleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl.
Robekan sirkumferensial dan radial pada anulus fibrosus diskuus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus Schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronik atau kronik yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskialgia atau skiatika.
Penonjolan nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti nukleus pulposus menekan pada radiks yag bersama-sama dengan arteria radikularis berada pada dura. Hal itu terjadi kalau tempat penjebolan di sisi lateral. Jika tempat hernasi di tengah-tengah tidak ada radiks yang terkena.  Selain itu, karena pada tingkat L2 dan terus ke bawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa diskus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan. bagian lateral, di dorsum pedis. Kekuatan  ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
HNP terbagi atas HNP sentra dan HNP lateral:  
a.       HNP sentral
akan menimbulkan paraparesis flasit, parestesia dan retensi urine.
b.      HNP lateral
bermanifestasi pada rasa nyeri yang terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiles negatif pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan dipunggung bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah.











a.     
Trauma dan stress fisik
Ruptur diskus 
Aliran darah ke diskus berkurang,
respon beban yang berat,
ligamentum longitudinalis post menyempit
Pemisahan lempeng tulang rawan dari korpus vertebrae yang berdekatan
Nuklous pulposus keluar melalui serabut-serabut anulus yang robek
Jepitan saraf spinal 
Reaksi peradangan  
Reaksi peradangan  
Edema pembengkakan

Penekanan saraf dan pembuluh darah
4.   Penurunan fungsi jaringan
Disfungsipersepsi spasial dan kehilangan sensori
11. Perubahan persepsi sensorik
Blok saraf parasimpatis   
Kerusakan jalur simpatetik desending    
Kelumpuhan otot pernapasan
Iskemia dan hipoksemia
1.  Gangguan pola napas
Hipoventilasi
Gagal napas
Kematian
Koma
14. Perubahan proses peran keluarga
15. Kecemasan klien dan keluarga
16. Risiko penurunan pelaksanaan ibadah spiritual
Reaksi anastesik
Ileus paralitik, gangguan fungsi redum dan kandung kemih
6.   Gangguan eliminasi urine dan alvi
Penurunan
tingkat kesadaran
9.   Resiko trauma (cedera)
Syok spinal

Respons nyeri hebat dan akut

5.   Nyeri
Terputus jaringan saraf di medula spinals 

Kehilangan kontrol tonus vasomotor persarafan simpatis ke jantung
Paralis dan paralegi
Reflek spinal
7. Kerusakan mobilitas fisik
Mengaktifkan sistem saraf simpatis
Kelemahan fisik umum
Konstriksi pembuluh darah
Resiko infark pada miokard 
Penekanan jaringan setempat 
Kemampuan batuk menurun, kurang mobilitas fisik 
10.           Risiko terhadap  kerusakan integritas kulit
2.   Risiko ketidak-bersihan jalan napas
8.   Ketidak mampuan perawatan diri (ADL)

Intake nutrisi tidak adekuat
3.   Perubahan pemenuhan nutrisi
12. Koping individu tidak efektif
13. Risiko ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan

Bagan patofisiologi HNP






















B.     ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
a.    Anamnesia
Anamnesis pada HNP meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan pengkajian psikososial.
b.      Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis. HNP terjadi pada usia pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat barang atau mendorong benda berat).
c.       Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah.
Untuk lebih lengkap pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST.
1)      Provocking Accident
 Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
2)      Quality and Quantity
Merupakan sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri alih (referred pain). Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin nyeri.
Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang batuk atau mengejan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu dan nyeri berkurang jika istirahat berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari bokong dan terus menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah. Nyeri bertambah jika ditekan area L5-S1 (garis antardua krista liraka).
3)      Region, Radiating , and Relief
Letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan tepat sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.

4)      Scale of Pain
Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
5)      Time
Sifatnya akut, subakut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lam makin nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun).
d.      Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda yang berat. Pengkajian yang didapat, meliputi keluhan paraparesis flasid, parastesia dan retensi urine. Keluhan nyeri pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra bokong dan betis, belakang  tumit dan telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia) atu baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persyaratan yang terlibat.
Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronik, yang juga dapat menimbulkan nyeri punggung bawah yang keluhan hampir mirip dengan keluhan nyeri HNP sangat diperlukan agar penegakan masalah klien lebih komprehensif dan memberikan dampak terhadap intervensi keperawatan selanjutnya.
e.       Riwayat Penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita TB tulang, osteomalitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis) yang sering berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya herniasi nukleus pulposus (HNP).
Pengkajian lainnya untuk mendengar adanya riwayat hipertensi, riwayat cidera tulang belakang sebelumnya, diabetes militus, penyakit jantung yang berguna sebagai tindakan lainnya untuk menghindari komplikasi.


f.       Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang mengalami hipertensi dan diabetes melitus.
g.      Pengkajian Psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien yang berguna untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara maksimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami gangguan tulang belakang dari HNP. Semakin lama klien menderita paraparase tersebut bermanifestasi pada koping yang tidak efektif.
C.    PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik meliputi:
a.      Keadaan umum
b.      Pada keadaan HNP umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran.
Adanya perubahan pada tanda-tanda  vital, contohnya bradikardi yang menyebabkan hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparese.
c.       Macam-macam pemeriksaan
1)      B1 (Breathing)
Jika tidak mengganggu sistem pernafasan biasanya didapatkan : pada inspeksi, ditemukan tidak ada batuk, tidak ada sesak nafas, dan frekuensi pernafasan normal. Palpasi, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada perkusi, terdapat suara resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi tidak terdengar bunyi napas tambahan.
2)      B2 (blood)
Jika tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya nadi kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal,dan nada auskultasi tidak ditemukan bunyi jantung tmbahan.
3)      B3 (brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya, diantaranya meliputi:
a)      Keadaan umum
Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.
b)     Tingkat kesadaran
Tingkat keterjagaan klien biasanya compos metis.
c)      Pengkajian fungsi serebral
Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klie yang telah lama menderita HNP biasanya status mental klien mengalami perubahan.
d)     Pengkajian saraf kranial
Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII
·         Saraf I, biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi penciuman.
·         Saraf II, tes ketajaman pengelihatan pada kondisi normal.
·         Saraf III,IV, dan VI. Biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
·         Saraf V,  pada klien HNP umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan reflek kornea biasanya tidak ada kelaianan.
·         Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
·         Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
·         Saraf XI dan X. Kemampuan menelan baik.
·         Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidmastoideus dan trapezius.
·         Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

e)      Pengkajian sistem motorik
Kekuatan fleksi dan ekstensi atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakuakn gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan. Atrofi otot pada meleobus atau kapur fibula dengan membandingkan anggota tubuh kanan-kiri. Fakulasi (kontraksi involumter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
f)       Pengkajian reflex
Refleks achiles pada HNP lateral L 4-5 negatif, sedangkan refleks lutut/patela pada HNP lateral di L4-5 negatif.
g)      Pengkajian sistim sensorik
Pemeriksaan sensasi raba, nyeri, suhu, profunda, dan sensasi getar (vibrasi)untuk menentukan dermatom yang terganggu sehingga dapat ditentukan pula radiks mana yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau cermat sehingga tidak membinggungkan klien. Palpasi dimulai dari area nyeri yang ringan ke arah yang paling terasa nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun) nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skhiatik. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari bokong dan terus menjalar
Ke bagian belakang lutut, kemudian di tungkai bawah. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang batuk atau mengejan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang jika berbaring. Penderita sering mengeluh kesemutan (parestesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat. Nyeri bertambah jika ditekan daerah L5-S1 (garis antara krista liraka).
Pada percobaan lesque test atau tes mengangkat tungkai yang lurus (straight leg raising), yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang (tanda laseque pisitif).
4)      B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah , dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
5)      B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang. Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi.
6)      B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas dan menggerakkan badan karena adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istitahat.
a)      Look
 Kurvaturan yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/ asimetris, muskulatur paravertebralis atau pantat yang asimetris, dan postur tungkai yang abnormal.
b)      Feel
Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior. Palpasi dari area dengan rasa nyeri ringan ke arah yang paling terasa nyeri.
c)      Move
Adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.

D.    PENATALAKSAAN MEDIS
a.      Terapi konservatif
1)      Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk, yaitu tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas sehingga tempat tidur harus dari papan yang lurus dan ditutup dengan lembar busa tipis.
Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring bergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring dianggap cukup maka dilakukan latihan/ dipasang korset untuk  mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
2)      Medikamentosa
·         Simtomatik
·         Kausal, kolagen
3)      Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diartemi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
4)      Tidur selama 1 – 2 mg diatas kasur yang keras
5)      Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf.
6)      Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik.
7)      Terapi panas dingin.
8)      Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau korset
9)      Terapi diet untuk mengurangi BB.
10)  Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides
11)  Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS).
b.      Terapi operatif ( Pembedahan)
Terapi operatif dikerjakan jika dengan tindakan konsevatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologis.
Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.
Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran atau pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki luka pada spinal. Laminectomy adalah pengangkaan sebagian dari discus lamina (Barbara C. Long, 1996). Laminectomy adalah memperbaiki satu atau lebih lamina vertebra, osteophytis, dan herniated nucleus pulposus.
c.       Rehabilitas
Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula agar tidak mengutamakan dari pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (activity of daily living)serta klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sebagainya.
E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.       Rontgen foto lumbosakral
Tidak banyak didapatkan kelainan. Kadang-kadang didapatkan artrosis, menunjang tanda-tanda devormutas vertebra, penyempitan diskus intervertibralis.
b.      Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati
c.       Sken tomografi
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.
F.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)      Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2)      Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi.
3)      Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
4)      Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

G.    INTERVENSI
NYERI AKUT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPRESI SARAF TEKANAN DI DAERAH DISTRIBUSI UJUNG SARAF
Tujuan            : dalam waktu 3x24 jam nyeri berkurang atau beradaptasi
Kriteria Hasil : secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Dapat mengidentifikasi aktivitasyang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Klien tidak gelisah . skala nyeri 0-1 atau teradaptasi
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4
Nyeri merupakan respons subjektif yang bisa dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera
Bantu klien dalam identifikasi factor pencetus
Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan noninvasif
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri
Ajarkan relaksasi :
Teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka,yang dapat menurunkan intesitas nyeri dan juga tingkatan relaksasi masase
Akan melancarkan  peredaran darah,sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal menyenangkan
Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; missal waktu tidur,belakangnya dipasang bantal kecil
Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan
Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung
Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik
Observasi tingkat neri dan respons motorik klien,30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya dan setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari
Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat
Kolaborasi dengan dokter,pemberian analgetik
Analgetik memblok lintasan nyeri,sehingga nyeri akan berkurang

HAMBATAN MOBILITAS FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN  KERUSAKAN NEUROMUSKULAR
Tujuan           : dalam waktu 3x24 jam klien mampu melaksanakan  aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria Hasil : klien dapat ikut serta dalam program latihan. Tidak terjadi kontraktur sendi sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan  tindakan untuk meningkatkan mobilitas
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
Ubah posisi klien tiap 2 jam
Menurunkan risiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit
Gerakan aktif memberikan massa, tonus  dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan
Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
Otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
Inspeksi kulit bagian distal setiap hari . pantau kulit dan membrane mukosa terhadap iritasi,kemerahan atau lecet
Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi
Bantu klien melakukan latihan ROM,perawatan diri sesuai toleransi
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Peningkatan kemampuandalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan  dengan latihan fisik dari tim fisioterapis









BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)

B.     SARAN
Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan yang cemerlang.
Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskletal (HNP).










DAFTAR PUSTAKA
Dongoes M. dkk. 2000. Rebcana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Nettina Sandra M. 2002. Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta: EGC 

4 komentar:

  1. Saya dahulu juga terkena HNP di bagian lumbal, rasa nya sangat sakit dan nyeri, kaki kebas dan kadang ada rasa ngilu... Sudah melakukan fisiotrapi tapi tak kunjung ada perubahan dan akhir nya saya ketemu sesama pasien yg dia cerita waktu kami sama sama fisotrapi di rumah sakit kalau dia selain melakukan trapi beliau juga ada minum obat dari dokter yang kata nya sekarang kondisi ny jauh lebih baik dan sudah bisa br jalan agak lama.. Yg dulu nya buat brdiri saja rasa nya lemes dan sakit nya luar biasa... Dan beliau juga menyarankan untuk brobat ke dokter tr sebut dan beliau memberikan no hp dokter nya... Tapi waktu saya tlp jarak antara rumah saya dan beliau jauh banget... Dan alhasil beliau bilang gpp obat bisa di kirimkan yg penting harus tetap lakukan trapi rutin dll... Setelah 2 bulan saya rutin lakukan alhamdulillah lumbal saya sudah kembali ke posisi semula dan saya sudah bisa br aktifitas dng nyaman tanpa rasa sakit, pegel, dan ngilu di pinggang... Saya saran kan coba brobat juga ke dokter tr sebut... Nama dokter nya dokter eliza no hp nya 082269614664 semoga beliau mau dan bisa membantu untuk kesembuhan dari penyakit HNP yg sangat menyiksa ini... Amin...

    BalasHapus
  2. terimakasih mbak, saya baru tau ternyata Minyak Varash Untuk Syaraf Kejepit (HNP) bagus ya. Mungkin bisa juga untuk referensi untuk anda. terimakasih informasinya ya

    BalasHapus
  3. Coba brobat dengan Dr yusuf.
    Saya tadi baru saja menghubungi beliau ( Dr yusuf ) dan insyah Allah saya akan br ikhtiar dengan beliau melalui saran nya dan obat racikan beliau yang saya pesan langsung dengan beliau... Mohon bantu doanya agar saya bisa sembuh dari HNP tanpa oprasi seperti pasien beliau lain nya amin....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah saya sembuh dengan beliau melalui saran nya dan obat racikan beliau yang saya pesan langsung dengan beliau

      Hapus