BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diantara gangguan darah, anemia
merupakan kejadian yang paling banyak, terutama terjadi pada negara-negara
berkembang dan Negara miskin, hal ini sangat berkaitan dengan tingkat konsumsi
gizi Msyarakatnya.
Sehubungan dengan beberapa hal diatas, penulis
mengangkat judul “Anemia”. Hal ini
dimaksudkan agar pembaca mengetahui lebih luas tentang masalah anemia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah pengertian Anemia ?
2.
Apa
pengertian Anemia Persiosa?
3.
Apa pengertian Anemia
Hemolitik ?
4.
Apa pengertian Anemia Siderophenia ?
5.
Bagaimana asuhan keperawatan dengan
masalah anemia ?
C. TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai
tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk
memahami pengertian Anemia ?
2.
Untuk
mengetahui pengertian Anemia Persiosa ?
3.
Untuk
memahami pengertian Anemia
Hemolitik?
4.
Untuk
memahami pengertian Anemia Siderophenia?
5.
Untuk
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dengan kasus anemia ?
D. MANFAAT PENULISAN
Sebagaimana
mempunyai tujuan seperti yang tersebut diatas, penulis mempunyai manfaat
sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoristis sangat diharapkan karya ini
dapat memberikan informasi yang berguna bagi para khalayak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembaca
Sebagai bahan wacana yang dapat di
gunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam mempelajari makalah tentang
masalah anemia.
b. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menambah pengalaman
dalam penulisan karya tulis,serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
Anemia.
c. Bagi Penulis lain
Dapat menjadi bahan yang dapat digunakan
sebagai tambahan informasi,dan referensi apabila penulis lain melakukan
penelitian serupa agar mampu membuat makalah yang lebih sempurna.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
ANEMIA
1.
Pengertian
Anemia
adalah kondisi dimana berkurangnya sel drah merah dalam sirkulasi darah atau
massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan
2.
Kriteria Anemia
Penentuan
anemia menurut WHO (1968) adalah:
·
Laki-laki : Hemohlobin <13g/dl
·
Perempuan : Hemoglobin <12g/dl
·
Wanita hamil : Hemoglobin <11g/dl
·
Anak umur 6-14 tahun : Hemoglobin <12g/dl
·
Anak umur 6 bulan-6tahun : Hemoglobin <11gr/dl
3.
Klasifikasi Anemia
Klasifikasi
anemia berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu:
a. Anemia
karena hilangnya sel darah merah
Terjadi akibat perdarahan karena
berbagai sebab seperti: perlukaan, perdarahan, pendarahan uterus, perdarahan
akibat opersai.
b. Anemia
karena menurunya produksi sel darah merah
Disebabkan karena kekurangan unsure
penyusun sel darah merah (asam folat, vitamin B12 dan zat besi), gangguan
fungsi sumsum tulang(adanya tumor, toksin), tidak adekuatnya stimulasi karena
berkurangnya eritropoietin (pada penyakit ginjal kronik)
c. Anemia
karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah
Dapat terjadi karena overaktifnya Reticuloendothelial System (RES).
B.
KLASIFIKASI
ANEMIA BERDASARKAN PATOFISIOLOGI
1.
Anemia
Persiosa
Merupakan gangguan
autoimun karena tidak adanya intrinsik faktor (IF) yang di produksi di sel parietal lambung, sehingga
terjadi gangguan absorpsi vit B12.
Anemia pernisiosa
disebabkan oleh ketidakmampuan saluran pencernaan menyerap vitamin B12 dalam jumlah
adekuat. Seperti asam folat, vitamin B12
penting untuk pembentukan DNA serta peran terkaitnya dalam proliferasi dan
pematangan eritrosit. Dengan demikian anemia pernisiosa juga ditandai oleh
penurunan jumlah eritrosit yang berukuran lebih besar dan lebih rapuh daripada
normal.
Pada anemia pernisiosa,
masalahnya adalah defisiensi faktor intrinsik, suatu zat khusus yang
dikeluarkan oleh dinding lambung. Vitamin B12
dapat diserap dari saluran usus oleh mekanisme transportasi khusus hanya jika
berikatan dengan faktor intrinsik. Apabila terjadi defisiensi faktor intrinsik,
vitamin B12 yang diserap
juga berkurang. Akibatnya terjadi gangguan pembentukan dan pematangan sel darah
merah yang menimbulkan anemia. Kelainan ini diterapi dengan menyuntikkan
vitamin B12 untuk
menghindari gangguan mekanisme penyerapan.
Vitamin B12 penting
untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan dan pematangan sel. Faktor
intrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport khusus absorbsi B12 dari usus.
Anemia pernisiosa bukan karena kekurangan Intake B12 melainkan karena
defisiensi faktor intrinsik yg mengakibatkan absorbsi B12 terganggu.Adalah
suatu penyakit yang di sebabkan oleh defisiensi vitamin B12 akibat kurangnya
faktor intrinsik karena Antropi lambung.
Anemia persiosa yang
tidak diobti menyebabkan gangguan yang serius bahkan kematian. Prevalensi
anemia persiosa pada usia 40 tahun adalah 0.02 % dan antara usia 50 dan 60
tahun adalah 0,5%,
Terapi anemia
pernisiosa sederhana dan efektif. Vit B12 diberikan melalui suntikan, melewatkan
defek penyerapan sehingga hematopoiesis kembali dapat normal, vit B12 yang
disuntikkan memperbaiki gejala-gejala neurologi, tetapi untuk tidak
mempengaruhi asiditas lambung atau peningkatan kerentanan (sekitar 3 kali dari
pada normal) terjangkit karsinomalambung.
2. Anemia Hemolitik
Sel darah merah yang abnormal
ditandai dengan rapuhnya sel dan masa hidup yg pendek. Anemia hemolitik terjadi
akibat peninglatan hemolisis dari eritrosit. (biasanya ada faktor keturunan).
Anemia
hemolilitik disebabkan oleh pecahnya eritrosit yang bersirkulasi dalm jumlah
besar. Hemolisis atau pecahnya sel darah merah, terjadi karena sel bersifat
defektif, seperti pada anemia sel sabit, atau karena bekerjanya faktor-faktor
eksternal pada eritrosit.
Anemia
sel sabit adalah contoh terbaik diantara berbagai kelainan herediter sel darah
merah yang menyebabkan sel ini sangat rapuh. Bahkan saat usianya masih muda,
sel-sel berbentuk sabit yang defektif ini sangatlah rapuh dan mudah pecah
sewaktu melewati kapiler-kapiler limpa yang sempit. Walaupun terjadi
peningkatan eritropoiesis akibat kerusakan sel darah merah dalm jumlah besar,
produksi tersebut tidak mampu mengimbangi kecepatan destruksi sehingga timbul
anemia.
Dalam
keadaan normal, sel-sel yang telah terbentuk juga dapat mengalami hemolisis
secara prematur jika diserang oleh faktor-faktor eksternal. Suatu contoh adalah
malaria, yang disebabkan oleh parasit
protozoa yang masuk kedalam tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk. Parasit ini secara selektif menginvasi sel
darah merah dan berkembang biak sampai ke pada suatu saat, ketika massa
organisme malaria menyebabkan eritrosit pecah dan mengeluarkan ratusan parasit
aktif baru yang cepat menginvasi sel darah merah lain. Seiring dengan
berlanjutnya siklus ini dan semakin banyak eritrosit yang rusak, anemia yang
terjadi akan semakin memburuk.
Contoh :
a. Sferositosis,
sel
darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur bikonkaf yg elastis
(mudah sobek)
b. Anemia sel sabit
0,3-10
% orang hitam di Afrika Barat dan Amerika sel2nya mengandung tipe Hb
yg abnormal (HbS), bila terpapar dengan O2 kadar rendah maka Hb akan
mengendap menjadi kristal2 panjang di dalam sel darah merah..
sehingga sel darah merah menjadi lebih panjang dan berbentuk mirip seperti
bulan sabit. Endapan Hb merusak membran sel. Tekanan O2 jaringan yg
rendah menghasilkan bentuk sabit dan mudah sobek. Penurunan tekanan O2
lebih lanjut membentuk sel darah semakin sabit dan penghancuran sel darah merah
meningkat hebat.
c. Eritroblastosis Fetalis
Ibu
dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+). pada saat kehamilah pertama.. setelah
ibu terpapar darah janin.. maka ibu secara otomatis akan membentuk anti bodi
terhadap Rh(+), sehingga pada kehamilan yang ke dua anti Rh ibu akan
menghancurkan darah bayi, dan bayi akan mengalami anemia yg hebat hingga
meninggal.
d. Hemolisis karena malaria atau reaksi
dg obat-obatan.
3. Anemia sideropenia
Sideropenia
(defisiensi zat besi dalam tubuh atau darah) merupakan jenis anemia terbanyak
didunia, terutama pada Negara miskin dan berkembang.
Anemia
defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan hiprokromik (konsentrasi
hemoglobin kurang). Mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam
tubuh. Kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan hemoglobin sehingga
konsentrasinya dalam sel darah merah berkurang, hal ini akan mengakibatkan
tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Pada
keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa2-4 g besi, kira-kira 50 mg/kg BB
pada laki-laki dan 35mg/kg BB pada wanita (Lawrence
M Tierney, 2003) dan hamper 2/3 terdapat dalam hemoglobin.
Absorpsio
besi terjadi di lambung, duodenum, dan jejunum bagaian atas. Adanya erosive
esofagitis, gaster, ulser duodenum, kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi
absorpsi besi.
C.
ASUHAN
KEPERAWATAN ANEMIA
1.
Riwayat
Kesehatan
a. Riwayat
kesehatan
·
Riwayat penyakit DM
·
Riwayat penyakit ginjal
·
Riwayat penyakit jantung
·
Riwayat penyakit dara
·
Penyakit pencernaan
b. Pola
kebiasaan
·
Pola makan
·
Kebiasaan minuman the, kopi, alcohol,
merokok
c. Riwayat
sosial ekonomi
·
Pekerjaan kepala keluarga
·
Penghasilan
·
Tempat tinggal
·
Jumlah anggota keluarga
2.
Pemeriksaan
fisik
·
Exspresi wajah
·
Konjungtiva, sclera
·
Keadaan kuku, kulit
·
Tekanan darah dan nadi
·
Kardiovaskuler
·
Keadaan ginjal
·
Adakah stomatitis, glositis
3.
Pemeriksaan
Laboratorium
·
Hemoglobin
·
Hemotokrit
·
Serum besi
·
Serum asam folat
·
Serum vitamin B12
·
Hasil BMP
4.
Diagnosa
keperawatan
a. Diagnose
pertama
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat, ditandai dengan:
·
Menurunya nafsu makan
·
Pola makan yang tidak adekuat
·
BB menurun
·
Muka pucat, konjungtiva anemia, scela
ikterik
·
Tekanan darah rendah, nadi cepat
·
Diet tidak adekuat
·
HB kurang dari normal
·
Albumin kurang dari normal
b. Diagnose
kedua
Gangguan perfusi jaringan tubuh b.d
tidak adekuatnya sirkulasi darah, ditandai dengan:
·
Nyeri kepala
·
Tekanan darah menurun, nadi cepat
·
Ekstrimitas dingin
·
Muka pucat, kuku ikterik, pucat
·
Pernapasan lebih cepat
·
Cepat lelah dan letih
·
Capillary repel kurang dari 3 detik
c. Diagnose
ketiga
Intoleransi aktivitas b.d penurunan
kardiak output sekunder penurunan sirkulasi darah, ditandai dengan:
·
Pasien mengatakan mudah lelah dan letih
·
Sesak napas dan jantung berdebar saat
melakukan aktivitas
·
Keluar keringat dingin
·
Kelemahan ekstrimitas
·
Turgor kulit kurang, tonuis otot kurang
d. Diagnosa
keempat
kurangnya pengetahuan b.d kurangnya
informasi tentang penatalaksanaan anemia, ditandai dengan:
·
Pasien mengatakan tidak mengetahui kenapa
sering lelah, cepat mengantuk, jantung berdebar
·
Pasien kurang koo[eratif
5.
Intervensi
a. Diagnose
pertama dan intervensi
1) Diagnosa
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
2) Intervensi
a) Kaji
kebiasan makanan pasien
R: kebiasaan makan pasien menentukan
asupan makanan pasien
b) Berikan
makan yang hangat, bersih
R: meningkatkan nafsu makan
c) Observasi
TTV
R: tekanan darah yang rendah salah satu
indicator kekurangan nutrisi
d) Monitor
Hb, albumin dengan kolaborasi medis
R: menentukan perkembangan status pasien
e) Progam
pengobatan seperti: vitamin, antiemetic, obat peningkat nafsu makan
R: meningkatkan asu[an makan pasien
b. Diagnose
kedua dan intervensi
1) Diagnosa
Gangguan perfusi jaringan tubuh b.d
tidak adekuatnya sirkulasi darah
2) Intervensi
a) Observasi
keadaan kulit, suhu, turgor, kelembapan setiap hari
R: merupakan indikasi gangguan perfusi
jaringan
b) Observasi
TTV
R: gangguan perfusi biasanya didapatkan
penurunan tekanan darah, peningkatan pernapasan
c) Atur
posisi pasien dengan posisi semifowler
R: meningkatkan efektifitan pernapasan
d) Observasi
darah lengkap dan Hb
R: Hb berfunsi mengangkut oksigen keseluruh tubuh
e) Kolaborasi
dalam pemberian transfusi darah
R: meningkatkan kadar eritgrosit dan
Hb
c. Diagnosa
ketiga dan intervensi
1) Diagnosa
Intoleransi aktivitas b.d penurunan
kardiak output sekunder penurunan sirkulasi darah.
2) Intervensi
a) Kaji
kemampuan aktivitas pasien, lakukan istirahat secara berkala
R: istirahat mengurangi beban kerja
jantung
b) Observasi
TTV
R: memonitor komplikasi selama aktivitas
c) Monitor
Hb dan hemotokrit
R: salah satu indicator sirkulasi darah
d) Kolaborasi
dalam pemberian transfuse darah
R: meningkatkan Hb dan sirkulasi darah
d. Diagnosa
keempat dan intervensi
1) Diagnosa
kurangnya pengetahuan b.d kurangnya
informasi tentang penatalaksanaan anemia,
2) Intervensi
a) Kaji
ulang pengetahuan pasien tentang anemia
R: data dasar dalam perencanaan
b) Jelaskan
tentang anemia dan penatalaksaanya
R: meningkatkan pengetahuan pasien
tentang anemia
c) Berikan
kesempatan pada pasien tentang anemia
R: meningkatkan pemahaman pasien
d) Berikan
respon positif terhadap reaksi pasien
R: paien merasa dihargai
e) Berikan
pujian jika pasien merespon baik
R: meningkatkan harga diri pasien
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia
merupakan kejadian yang paling banyak, terutama terjadi pada negara-negara
berkembang dan Negara miskin, hal ini sangat berkaitan dengan tingkat konsumsi
gizi Msyarakatnya
B. SARAN
Makalah
ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pengajar dan teman – teman sesama
mahasiswa.Selain itu dalam masalah anemia kita harus deteksi sejak dini
terhadap kondisi tubuh kita, agar kesehatan kita terantisipasi sejak awal
sebelum sampai pada tingkat yang berbahaya.
Kita
sebagai tenaga kesehatan harus bijak dalam mengambil keputusan dan
mempertimbangkan setiap apapun ynang akan dilakukan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar