Kamis, 25 Mei 2017

MAKALAH TENTANG ANEMIA PERSIOSA


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Diantara gangguan darah, anemia merupakan kejadian yang paling banyak, terutama terjadi pada negara-negara berkembang dan Negara miskin, hal ini sangat berkaitan dengan tingkat konsumsi gizi Msyarakatnya.
 Sehubungan dengan beberapa hal diatas, penulis mengangkat judul  “Anemia”. Hal ini dimaksudkan agar pembaca mengetahui lebih luas tentang masalah anemia.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.   Apakah  pengertian Anemia ?
2.   Apa pengertian Anemia  Persiosa?
3.   Apa pengertian Anemia Hemolitik ?
4.   Apa pengertian Anemia Siderophenia ?
5.   Bagaimana asuhan keperawatan dengan masalah anemia ?  

C.    TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk memahami pengertian Anemia ?
2.      Untuk mengetahui pengertian Anemia  Persiosa ?
3.      Untuk memahami  pengertian Anemia Hemolitik?
4.      Untuk memahami pengertian Anemia Siderophenia?
5.      Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dengan kasus anemia ?



D.    MANFAAT PENULISAN
Sebagaimana mempunyai tujuan seperti yang tersebut diatas, penulis mempunyai manfaat sebagai berikut :
1.   Manfaat secara teoristis sangat diharapkan karya ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para khalayak.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi Pembaca
Sebagai bahan wacana yang dapat di gunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam mempelajari makalah tentang masalah anemia.
b.    Bagi Penulis
     Sebagai sarana untuk menambah pengalaman dalam penulisan karya tulis,serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Anemia.
c.    Bagi Penulis lain
     Dapat menjadi bahan yang dapat digunakan sebagai tambahan informasi,dan referensi apabila penulis lain melakukan penelitian serupa agar mampu membuat makalah yang lebih sempurna.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN ANEMIA
1.      Pengertian
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel drah merah dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan
2.      Kriteria Anemia
Penentuan anemia menurut WHO (1968) adalah:
·         Laki-laki                                     : Hemohlobin <13g/dl
·         Perempuan                                 : Hemoglobin <12g/dl
·         Wanita hamil                              : Hemoglobin <11g/dl
·         Anak umur 6-14 tahun   : Hemoglobin <12g/dl
·         Anak umur 6 bulan-6tahun        : Hemoglobin <11gr/dl
3.      Klasifikasi Anemia
Klasifikasi anemia berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu:
a.  Anemia karena hilangnya sel darah merah
Terjadi akibat perdarahan karena berbagai sebab seperti: perlukaan, perdarahan, pendarahan uterus, perdarahan akibat opersai.
b.      Anemia karena menurunya produksi sel darah merah
Disebabkan karena kekurangan unsure penyusun sel darah merah (asam folat, vitamin B12 dan zat besi), gangguan fungsi sumsum tulang(adanya tumor, toksin), tidak adekuatnya stimulasi karena berkurangnya eritropoietin (pada penyakit ginjal kronik)
c.       Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah
Dapat terjadi karena overaktifnya Reticuloendothelial System (RES).

B.     KLASIFIKASI ANEMIA BERDASARKAN PATOFISIOLOGI
1.      Anemia Persiosa
Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya intrinsik faktor (IF) yang  di produksi di sel parietal lambung, sehingga terjadi gangguan absorpsi vit B12.
Anemia pernisiosa disebabkan oleh ketidakmampuan saluran pencernaan menyerap vitamin B12 dalam jumlah adekuat. Seperti asam folat, vitamin B12 penting untuk pembentukan DNA serta peran terkaitnya dalam proliferasi dan pematangan eritrosit. Dengan demikian anemia pernisiosa juga ditandai oleh penurunan jumlah eritrosit yang berukuran lebih besar dan lebih rapuh daripada normal.
Pada anemia pernisiosa, masalahnya adalah defisiensi faktor intrinsik, suatu zat khusus yang dikeluarkan oleh dinding lambung. Vitamin B12 dapat diserap dari saluran usus oleh mekanisme transportasi khusus hanya jika berikatan dengan faktor intrinsik. Apabila terjadi defisiensi faktor intrinsik, vitamin B12 yang diserap juga berkurang. Akibatnya terjadi gangguan pembentukan dan pematangan sel darah merah yang menimbulkan anemia. Kelainan ini diterapi dengan menyuntikkan vitamin B12 untuk menghindari gangguan mekanisme penyerapan.
Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan dan pematangan sel. Faktor intrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport khusus absorbsi B12 dari usus. Anemia pernisiosa bukan karena kekurangan Intake B12 melainkan karena defisiensi faktor intrinsik yg mengakibatkan absorbsi B12 terganggu.Adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh defisiensi vitamin B12 akibat kurangnya faktor intrinsik karena Antropi lambung.
Anemia persiosa yang tidak diobti menyebabkan gangguan yang serius bahkan kematian. Prevalensi anemia persiosa pada usia 40 tahun adalah 0.02 % dan antara usia 50 dan 60 tahun adalah 0,5%,
Terapi anemia pernisiosa sederhana dan efektif. Vit B12 diberikan melalui suntikan, melewatkan defek penyerapan sehingga hematopoiesis kembali dapat normal, vit B12 yang disuntikkan memperbaiki gejala-gejala neurologi, tetapi untuk tidak mempengaruhi asiditas lambung atau peningkatan kerentanan (sekitar 3 kali dari pada normal) terjangkit karsinomalambung.




2.      Anemia Hemolitik
Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa hidup yg pendek. Anemia hemolitik terjadi akibat peninglatan hemolisis dari eritrosit. (biasanya ada faktor keturunan).
Anemia hemolilitik disebabkan oleh pecahnya eritrosit yang bersirkulasi dalm jumlah besar. Hemolisis atau pecahnya sel darah merah, terjadi karena sel bersifat defektif, seperti pada anemia sel sabit, atau karena bekerjanya faktor-faktor eksternal pada eritrosit.
Anemia sel sabit adalah contoh terbaik diantara berbagai kelainan herediter sel darah merah yang menyebabkan sel ini sangat rapuh. Bahkan saat usianya masih muda, sel-sel berbentuk sabit yang defektif ini sangatlah rapuh dan mudah pecah sewaktu melewati kapiler-kapiler limpa yang sempit. Walaupun terjadi peningkatan eritropoiesis akibat kerusakan sel darah merah dalm jumlah besar, produksi tersebut tidak mampu mengimbangi kecepatan destruksi sehingga timbul anemia.
Dalam keadaan normal, sel-sel yang telah terbentuk juga dapat mengalami hemolisis secara prematur jika diserang oleh faktor-faktor eksternal. Suatu contoh adalah malaria, yang disebabkan oleh parasit protozoa yang masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. Parasit ini secara selektif menginvasi sel darah merah dan berkembang biak sampai ke pada suatu saat, ketika massa organisme malaria menyebabkan eritrosit pecah dan mengeluarkan ratusan parasit aktif baru yang cepat menginvasi sel darah merah lain. Seiring dengan berlanjutnya siklus ini dan semakin banyak eritrosit yang rusak, anemia yang terjadi akan semakin memburuk.
Contoh :
a.       Sferositosis,
sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur bikonkaf yg elastis (mudah sobek)
b.      Anemia sel sabit
0,3-10 % orang hitam di Afrika Barat dan Amerika sel2nya mengandung tipe Hb yg abnormal (HbS), bila terpapar dengan O2 kadar rendah maka Hb akan mengendap menjadi kristal2 panjang di dalam sel darah merah.. sehingga sel darah merah menjadi lebih panjang dan berbentuk mirip seperti bulan sabit. Endapan Hb merusak membran sel. Tekanan O2 jaringan yg rendah menghasilkan bentuk sabit dan mudah sobek. Penurunan tekanan O2 lebih lanjut membentuk sel darah semakin sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat hebat.
c.       Eritroblastosis Fetalis
Ibu dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+). pada saat kehamilah pertama.. setelah ibu terpapar darah janin.. maka ibu secara otomatis akan membentuk anti bodi terhadap Rh(+), sehingga pada kehamilan yang ke dua anti Rh ibu akan menghancurkan darah bayi, dan bayi akan mengalami anemia yg hebat hingga meninggal.
d.      Hemolisis karena malaria atau reaksi dg obat-obatan.

3.      Anemia sideropenia
Sideropenia (defisiensi zat besi dalam tubuh atau darah) merupakan jenis anemia terbanyak didunia, terutama pada Negara miskin dan berkembang.
Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan hiprokromik (konsentrasi hemoglobin kurang). Mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh. Kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan hemoglobin sehingga konsentrasinya dalam sel darah merah berkurang, hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Pada keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa2-4 g besi, kira-kira 50 mg/kg BB pada laki-laki dan 35mg/kg BB pada wanita (Lawrence M Tierney, 2003) dan hamper 2/3 terdapat dalam hemoglobin.
Absorpsio besi terjadi di lambung, duodenum, dan jejunum bagaian atas. Adanya erosive esofagitis, gaster, ulser duodenum, kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi absorpsi besi.

C.    ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA
1.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat kesehatan
·         Riwayat penyakit DM
·         Riwayat penyakit ginjal
·         Riwayat penyakit jantung
·         Riwayat penyakit dara
·         Penyakit pencernaan
b.      Pola kebiasaan
·         Pola makan
·         Kebiasaan minuman the, kopi, alcohol, merokok
c.       Riwayat sosial ekonomi
·         Pekerjaan kepala keluarga
·         Penghasilan
·         Tempat tinggal
·         Jumlah anggota keluarga
2.      Pemeriksaan fisik
·         Exspresi wajah
·         Konjungtiva, sclera
·         Keadaan kuku, kulit
·         Tekanan darah dan nadi
·         Kardiovaskuler
·         Keadaan ginjal
·         Adakah stomatitis, glositis
3.      Pemeriksaan Laboratorium
·         Hemoglobin
·         Hemotokrit
·         Serum besi
·         Serum asam folat
·         Serum vitamin B12
·         Hasil BMP
4.      Diagnosa keperawatan
a.       Diagnose pertama
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat, ditandai dengan:
·         Menurunya nafsu makan
·         Pola makan yang tidak adekuat
·         BB menurun
·         Muka pucat, konjungtiva anemia, scela ikterik
·         Tekanan darah rendah, nadi cepat
·         Diet tidak adekuat
·         HB kurang dari normal
·         Albumin kurang dari normal
b.      Diagnose kedua
Gangguan perfusi jaringan tubuh b.d tidak adekuatnya sirkulasi darah, ditandai dengan:
·         Nyeri kepala
·         Tekanan darah menurun, nadi cepat
·         Ekstrimitas dingin
·         Muka pucat, kuku ikterik, pucat
·         Pernapasan lebih cepat
·         Cepat lelah dan letih
·         Capillary repel kurang dari 3 detik
c.       Diagnose ketiga
Intoleransi aktivitas b.d penurunan kardiak output sekunder penurunan sirkulasi darah, ditandai dengan:
·         Pasien mengatakan mudah lelah dan letih
·         Sesak napas dan jantung berdebar saat melakukan aktivitas
·         Keluar keringat dingin
·         Kelemahan ekstrimitas
·         Turgor kulit kurang, tonuis otot kurang
d.      Diagnosa keempat
kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penatalaksanaan anemia, ditandai dengan:
·         Pasien mengatakan tidak mengetahui kenapa sering lelah, cepat mengantuk, jantung berdebar
·         Pasien kurang koo[eratif
5.      Intervensi
a.       Diagnose pertama dan intervensi
1)      Diagnosa
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.


2)      Intervensi
a)      Kaji kebiasan makanan pasien
R: kebiasaan makan pasien menentukan asupan makanan pasien
b)      Berikan makan yang hangat, bersih
R: meningkatkan nafsu makan
c)      Observasi TTV
R: tekanan darah yang rendah salah satu indicator kekurangan nutrisi
d)     Monitor Hb, albumin dengan kolaborasi medis
R: menentukan perkembangan status pasien
e)      Progam pengobatan seperti: vitamin, antiemetic, obat peningkat nafsu makan
R: meningkatkan asu[an makan pasien 
b.      Diagnose kedua dan intervensi
1)      Diagnosa
Gangguan perfusi jaringan tubuh b.d tidak adekuatnya sirkulasi darah
2)      Intervensi
a)      Observasi keadaan kulit, suhu, turgor, kelembapan setiap hari
R: merupakan indikasi gangguan perfusi jaringan
b)      Observasi TTV
R: gangguan perfusi biasanya didapatkan penurunan tekanan darah, peningkatan pernapasan
c)      Atur posisi pasien dengan posisi semifowler
R: meningkatkan efektifitan pernapasan
d)     Observasi darah lengkap dan Hb
R:  Hb berfunsi mengangkut oksigen keseluruh tubuh
e)      Kolaborasi dalam pemberian transfusi darah
R: meningkatkan kadar eritgrosit dan Hb 
c.       Diagnosa ketiga dan intervensi
1)      Diagnosa
Intoleransi aktivitas b.d penurunan kardiak output sekunder penurunan sirkulasi darah.



2)      Intervensi
a)      Kaji kemampuan aktivitas pasien, lakukan istirahat secara berkala
R: istirahat mengurangi beban kerja jantung
b)      Observasi TTV
R: memonitor komplikasi selama aktivitas
c)      Monitor Hb dan hemotokrit
R: salah satu indicator sirkulasi darah
d)     Kolaborasi dalam pemberian transfuse darah
R: meningkatkan Hb dan sirkulasi darah
d.      Diagnosa keempat dan intervensi
1)      Diagnosa
kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penatalaksanaan anemia,
2)      Intervensi
a)      Kaji ulang pengetahuan pasien tentang anemia
R: data dasar dalam perencanaan
b)      Jelaskan tentang anemia dan penatalaksaanya
R: meningkatkan pengetahuan pasien tentang anemia
c)      Berikan kesempatan pada pasien tentang anemia
R: meningkatkan pemahaman pasien
d)     Berikan respon positif terhadap reaksi pasien
R: paien merasa dihargai
e)      Berikan pujian jika pasien merespon baik
R: meningkatkan harga diri pasien







BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Anemia merupakan kejadian yang paling banyak, terutama terjadi pada negara-negara berkembang dan Negara miskin, hal ini sangat berkaitan dengan tingkat konsumsi gizi Msyarakatnya
B.     SARAN
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pengajar dan teman – teman sesama mahasiswa.Selain itu dalam masalah anemia kita harus deteksi sejak dini terhadap kondisi tubuh kita, agar kesehatan kita terantisipasi sejak awal sebelum sampai pada tingkat yang berbahaya. 
Kita sebagai tenaga kesehatan harus bijak dalam mengambil keputusan dan mempertimbangkan setiap apapun ynang akan dilakukan.
.










DAFTAR PUSTAKA

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar