Kamis, 25 Mei 2017

Asuhan Keperawatan pada Kelaianan Kelenjar Tyroid


BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh hormon biasanya merupakan perubahan yang memerlukan waktu panjang. Contohnya pertumbuhan dan pemasakan seksual.

I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Laporan pendahuluan pada kelainan kelenjar tyroid ?
2.      Asuhan Keperawatan pada kelainan kelenjar tyroid  ?

I.3 TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      untuk memahami laporan pendahuluan pada kelainan kelenjar tyroid ?
2.      untuk memahami asuhan keperawatan pada kasus kelainan kelenjar tyroid  ?

I.4 MANFAAT PENULISAN
Dengan adanya makalah seminar ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan kelainan kelenjar tyroid serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.





BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Laporan Pendahuluan
A.    Definisi kelenjar tyroid
Tiroid (Kelenjar Gondok) merupakan kelenjar yang berbentuk cuping kembar dan di antara keduanya dapat daerah yang menggenting. Kelenjar ini terdapat di bawah jakun di depan trakea. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin yang mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu tubuh. Tiroksin mengandung banyak iodium.
Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan garam iodium di dalam makanan.

B.     Hipoparatiroidisme  
1.      Definisi
Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormone tiroid yang bersirkulasi. Hipotiroidisme ditandai dengan miksedema, edema nonpitting dan boggy yang terjadi di sekitar mata, kaki, tangan, dan juga menginfiltrasi jaringan lain. hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Kondidi klinis yang ditandai dengan penurunan kadar hormone tyroid dalam sirkulasi atau resistensi untuk membebaskan hormone tyroid (Tyroid Hormon, TH), dikelompokan menjadi primer atau sekunder, hypotiroidisme yang berat disebut MIKSEDEMA. (Kluwer Woltes, 2012). 
2.      Perkembanagn Hipotiroidime
a.       Perkembangan pediatrik
Hipotyroidisme pada bayi tampak sampai bayi berumur beberapa bulan. Bayi yang lahir tanpa kelenjar tiroid atau dengan defek sintesis TH akan mengalami hipotiroidisme congenital, suatu penyakit yang kadang-kadang disebut sebagai kreatinisme.
TH bersifat permisif (penting) untuk menjalankan fungsi semua sel tubuh, termasuk sel system saraf pusat (SSP). Perkembangan SSP terjadi sekitar satu tahun setelah kelahiran. Karena bayi yang mengalami hipotiroidisme congenital terpajan dengan TH maternal in utero, ia akan lahir tanpa kelainan neurologis. Apabila kondisi tersebut tidak diidentifikasi setelah lahir dan TH tidak diganti secara farmakologis, perkembangan SSP bayi lebih lanjut akan terganggu dan terjadi retardasi mental berat. Pertumbuhan akan terhambat dan terjadi deformitas skelet. Banyak Negara Bagian mengharuskan pengukuran kadar TH pada saat bayi lahir. Dengan penggantian tiroksin, kerusakan SSP dapat dihindari.
Hipotiroidisme pada saat lahir juga dapat terjadi jika antibody antitiroid maternal menyerang tiroid janin selama kehamilan. Demikian pula, jika ibu hamil sangat kekurangan iodida, bayinya juga mengalami hipotiroidisme setelah lahir. Prognosis neurologis jangka panjang untuk salah satu kondisi tersebut bergantung pada luas defisit tiroid.
Pada dewasa gejala dini yaitu cepat lelah, letargi, merasa lemah sehingga tidak dapat melakukan aktifitas. Pada wanita menstruasi tidak teratur, menoregia dan infertilitas. Pada pria dan wanita hilangnya libido. Hipotyroidisme yang tidak ditangani akan berakhir pada koma miksedema. Miksidema adalah hipotyroidisme yang tidak diobati. Faktor pencetusnya adlah sedatif, narkotik, cuaca dingin, infeksi dan trauma.
b.      Perkembangan geriatrik
Koma miksedema biasanya dijumpai pada lansia yang mengalami hipotiroidisme dan tidak mendapat pengobatanyang adekuat. Koma miksedema lebih sering terjadi pada wanita lansia yang mengalami tiroiditis otoimun. Koma miksedema juga dapat terjadi setelah penyakit akut pada populasi ini. Pajanan yang lama terhadap cuaca dingin pada individu lansia dapat menimbulkan gangguan ini.

3.      Macam-macam penyakit hipotyroidisme
a.       Penyakit hashimoto
yang juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat destruksi autoantibodi jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan TH, disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negative yang minimal. Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, namun tampak terdapat kecenderungan genetic untuk terjadinya penyakit ini.
b.      Goiter endemic
adalah hipoyiroidisme akibat defisiensi iodide dalam makanan. Goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid. Goiter terjadi pada defisiensi iodida karena sel tiroid menjadi over aktif berlebihan dan hipertrofik (membesar) dalam usaha untuk memisahkan semua iodida yang mungkin ada dari aliran darah. Kadar TH yang rendah disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena umpan balik negative minimal.
c.       Karsinoma tiroid
dapat menyebabkan hipotiroidisme atau hipertiroidisme. Terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini adalah tiroidektomi, obat supresi TSH, atau terapi iodine radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Semua terapi ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan terhadap radiasi, terutama selama masa kanak-kanak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodine juga dapat meningkatkan risiko perkembangan kanker karena defisiensi iodine menstimulasi proliferasi dan hyperplasia sel tiroid.

4.      Etiologi
1)      penurunan kadar hormone tiroid yang bersirkulasi.
2)      malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus
-          Apabila hipotiroidisme disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, kadar TH yang rendah disertai oleh kadar TSH dan TRH yang tinggi karena tidak adanya umpan balik negative oleh TH pada hipofisis dan hipotalamus
-          Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, kadar TH yang rendah disebabkan oleh kadar TSH yang rendah. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negative pada pelepasannya oleh TSH atau TH.
-          Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus menyebabkan kadar TH, TSH, dan TRH yang rendah.
3)      akibat pengobatan
dapat terjadi setelah terapi atau pembedahan tiroid sebelumnya, terapi radioiodine, atau obat-obatan seperti sitokin, amiodaron, dan litium.


4)      Hilangnya atau atrofi jaringan tiroid
Pembedahan tiroidektomi total, obat tirotoksik, terapi radiasi pada kepala atau leher yang mengalami makignasi, tiroiditis autoimun
5)      Faktor lingkungan: defisiensi yodium
Berdasarkan (Kluwer Wolters, 2012), etiologi hipotyroidisme adalah :
1)      Tyroiditis autoimun (penyakit Hashimoto) merupakan penyebab yang paling umum
2)      Pembedahan kelenjar tyroid
3)      Terapi iodine radioaktif
4)      Kondisi inflamasi
5)      Defisiensi iodine yang endemic
6)      Obat anti tyroid
7)      Defec congenital
8)      Amiloidosis
9)      Sarkoidosis
10)  Radiasi eksterna pada leher
11)  Obat, seperti : iodide dan litium
12)  Kegagalan hipofisis menghasilkan TSH
13)  Kegagalan kelenjar hipofisis untuk menghasilkan hormone pelepas tyrotropin
14)  Nekrosis hipofisis pasca partum
15)  Tumor hipofisis
16)  Idiopatik

5.      Fungsi, patofisiologi dan manifestasi hipotyroidisme
Fungsi
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Mengatur kecepatan metabolik dan Kalori Genesis Konsumsi oksigen







-          Pengurangan kecepatan metabolik, produksi panas, konsumsi oksigen, dan kebutuhan nutrisi.
-          Fungsi kelenjar sebasea dan keringat menurun.
-          Miksidema
-          Penurusan suhu tubuh, intoleransi terhadap cuaca dingin, rambut sedikit kering dan anoreksia.
-          Kulit tampak kering, tebal, dingin, pucat dan bersisik
-          Muka : miksedema dan lidah membesar ada edema periver
Mengatur metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
-          Perubahan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
-          Pengurangan sintesis protein, glukoneogenesis dan penyimpanan glikogen.
-          Peningkatan cairan interstisial
-          Pengurangan absorbsi glukosa dan ambilan selular
-          Pengurangan metabolisme lipid
-          Pengurangan produksi eritropoietin
-          Hiperkarotenemia
-          Metabolik : anoreksia, berat badan bertambah karena edema, dan luka lambat sembuh
-          Miksedema jaringan pada lidah dan pita suara
-          Hipoalbuminemia dan penurunan glukosa darah
-          Peningkatan trigliserida serum dan kolesterol
-          Anemia : kulit pucat dan kuning (bukan ikterik)
Membuat sel peka terhadap katekolamin
-          Perubahan fungsi kardiovaskular
-          Penurunan curah jantung, kontraktilitas dan kecepatan,
-          Peningkatan cairan interstisial dan cairan ruang ketiga

-          Bradikardia
-          jantung membesar
-          efusi perikardial dan
-          hiponatremia


Mengatur kecepatan fungsi selular interaksi multipel dari hormon tiroid terhadap hormon yang lain dan sistem tubuh
-          Perubahan fungsi SSP
-          Perubahan fungsi reproduksi
-          SSP : apatis, bicara tidak jelas, letargi, somnolen, koma, parastesia dan refleks tendon lambat
-          Reproduksi : penurunan libido, ereksi, infertilitas, anovulasi dan oligosprermia (kurang sperma)

-          Patofisiologi
-          Malfungsi kel tyroid, hipofisis,
hipotalamus
-          Pengobatan
kadar hormon toroid dalam sirkulasi
kecepatn metabolisme               kel. Sebaseae, keringat                  produksi eritrosit       ssp     
            lemak, karbohidrat      kulit  kering, dingin, bersisik        Anemia       sulitkonsentrasi                     
Gangguan perfusi jaringan
protein     trigliserida     glukosa darah   
Gangguan perfusi jaringan
hipoalbuminemia             energy                                                                                             CO
HDR
Nutrisi kurang dari keb tubuh
Intoleransi aktifitas
                         BB         anoreksia   kelemahan                                                          bradikardi

6.      Tanda dan gejala
-          Kelambanan, berfikir lambat, dan gerakan yang canggung dan lambat.
-          Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan jurah jantung.
-          Pembengkakan dan edema kulit, terutama dibawah mata dan dipergelangan kaki.
-          Intoleransi terhadap suhu dingin.
-          Penurunan laju metabolism, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan absorbsi zat gizi yang melewati usus.
-          Konstipasi
-          Perubahan fungsi reproduksi
-          Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan rapuh.
Berdasarkan (Kluwer Wolters, 2012), diantaranya:
-                  Keterlambatan mental/retardasimental
-                  Lidah tebal dan kering
-                  Suara serak: bicara lambat dan tidak jelas
-          Kulit kering, mengelupas, dan tidak elastic
-          Wajah, tangan, tungkai membengkak
-          edema periorbital: kelopak mata atas turun
-          rambut kering dan tipis, kadang disertai dengan rambut rontok
-          sepertiga alis mata ;luar mengalami kerontokan
-          kuku tebal dan rapuh disertai dengan lekukan yang melintang dan membujur
-          ataksia, tremor yang tidak beraturan, nistagmus
-          kulit kenyal yang terasa dingin, nadi lemah dan bradikardi
-          kelamahan otot, edema sacrum/perifer
-          keterlambatan waktu relaksaasi reflek, kemungkinan goiter
-          tidak ada/penurunan bissing usus
-          hipotensi, bunyi jantung gallop/teraba jauh, suara napas tambahan, asites/distensi abdomen
7.      Penatalaksanaan
a.       Uji Diagnostik
Pemeriksaan dilakukan terhadap T4 dan T3 serum dan TSH assay. Penurunan T4 dan T3 serta peningkatan TSH dapat menunjukkan adanya hiposekresi tiroid primer. Apabila dicurigai adanya penyakit hashimoto, dokter  bisa meminta pemeriksaan uji antibodi tiroid dan biopsi jarum halus untuk mengesampigkan malignansi.
b.      Medikasi (Terapi suli hormon)
Hipotiroidisme ditangani dengan pemberian hormon tiroid. Obat pilihannya adalah Sodium Levo-Thyroxine. Dosis pertama tidak boleh melebihi 12,5-25 µg. Dosis ditingkatkan secara bertahap, 25-50µg. Setiap 2-4minggu hingga kecepatan metabolisme yang diinginkan tercapai. Dosis rumatan yang optimal bisa ditentukan oleh keadaan klinis pasien. Pasien memerlukan dosis rumatan ini selama hidupnya respon klinis yang paling sering adalah diuresis, yang menyebabkan berat badan menurun dn mengurangi edema. Selain itu, kecepatan nadi akan bertambah, nafsu makan pulih, konstipasi hiolang, serta kegiatan fisik dan mental meninggkat.
c.       Supresi goitter
fokus tindakan medis ini adalah menyingkirkan stimulus yang menyebabkan tiroid membesar. Supresi peningkatan TSH perlu dilakukan untuk menghentikan pembesaran tiroid. Ada faktor-faktor ekstrinsik yang perlu dihindari, misalnya obat goitrogenik atau makanan tertentu. Apabila terdapat defisit iodin, iodin yang kurang perlu diganti. Pembedahan dapat dilaksanakan apabila pengobatan tidak berhasil.
d.      Pembedahan
Pembedahan dilakukan jika terdapat tumor hipofisis.
e.       Tyroidektomi
dilaksanakan apabila goitternya besar dan menekan jaringan sekitar. Tekanan pada trakea dan esofagus dapat mengakibatkan inspirasitidor dan disfagia. Tekanan pada laring dapat mengakibatkan suara serak.
f.       Diet
Makan yang seimbang dianjurkan.  Diet rendah lemak, rendah kolesrterol, tinggi serat dan rendah natrium. Asupan kalori disesuaikan apabila berat badan perlu dikurangi. Apabila pasien mengalami letargi dan defisit perawatan diri, perawtan perlu memantua asupan cairan .
g.      Aktivitas
Klelahan akan menyebabkan pasien tidak bisa melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan kegiatan lainnya. Kegiatan dan istirahat perlu diatur agar pasien tidak menjadi sangat lelah.

8.      Perangkat Diagnostik
-          Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis hipotiroidisme.
-          Pemeriksaan darah yang mengukur kadar TH (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memungkinkan diagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat system saraf pusat atau kelenjar tiroid
-           

9.      Komplikasi
-          Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang menyebabkan koma.
-          Kematian dapat terjadi tanpa penggantian TH dan stabilisasi gejala.
-          Ada juga risiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Risiko ini mencakup penggantian hormone yang berlebihan, ansietas, atrofi otot, osteoporosis, dan fibrilasi atrium.
Berdasarkan (Kluwer Wolters, 2012), diantaranya:
1)      Komplikasi kardiovaskuler
-       Hiperkolestrolemia
-       Arteriosklerosis
-       Penyakit jantung iskemik
-       Penyakit vaskuler perifer
-       Kardiomegali
-       Gagal jantung
-       Efusi pleura
-       Pericardium
2)      Komplikasi gastrointestinal :
-          Akloridria
-          Anemia
-          Kolon dinamik
-          Megakolon
-          Obstruksi intestinal
-          Cenderung mengalami perdarahan
3)      Komplikasi lain :
-          Tuli konduktif atau sensori neural
-          Gangguan sikatrik
-          Syndrome karpal tunner
-          Hipertensi intracranial benigna
-          Gangguan vertilitas (miksedema)


C.     Hipertiroiditisme
1.      Definisi Hipertyroiditisme
Hipertiroiditisme merupakan suatu ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi berlebihan hormon tiroid. Hipertiroidisme (Hipersekresi hormon tyroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.
Goiter nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormone tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormone tiroid akan terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi. Misalnya, pubertas atau kehamilan. Dalam kasus ini, peningkatan TH disebabkan oleh aktivasi hipotalamus yang didorong oleh proses metabolism sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH. Apabila kebutuhan akan hormon tiroid berkurang, ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali ke ukuran sebelumnya. Kadang-kadang terjadi perubahan yang ireversibel dan kelenjar tidak mengalami regresi. Tiroid yang membesar dapat terus memproduksi TH dalam jumlah berlebihan. Apabila individu dapat mengalami hipertiroid, pada hal ini disebut goiter nodular toksik. Adenoma hipofisis pada sel-sel penghasil TSH atau penyakit hipotalamus jarang terjadi.
Tirotoksikosis adalah sindrom klinis yang diakibatkan oleh peningkatan tiroksin (T4) atau triodotironin (T3). Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hipertiroidisme, tetapi ada dua yang paling lazim ditemukan, yaitu penyakit Grave dan goiter multi noduler toksik.
Penyakit graves penyebab tersering hipertiroidisme, adalah gangguan otoimun yang biasanya ditandai dengan produksi autoantibody yang mirip kerja TSH pada kelenjar tiroid. Autoantibody IgG ini, yang disebut tiroid stimulating immunoglobulin, menstimulasi produksi TH yang meningkat. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya dihambat karena kadar TH yang tinggi. Penyebab penyakit graves tidak diketahui akan tetapi, tampak terdapat predisposisi genetic pada penyakit otoimun. Wanita yang berusia 20 an dan 30 an paling sering terdiagnosis penyakit ini walaupun penyakit ini mulai terjadi selama usia belasan tahun.
Pada penyakit Grave, oftalmopati dapat menyertai hipertiroidisme. Pada oftalmopati, ada pembesaran jaringan ikat retrobulber dan otot ekstraokuler disebabkan oleh retensi gejala  cairan, volume jaringan dan otot yang meningkat mendorong bola mata ke depan (eksoftalmus), edema periorbital dan kelopak mata. Tanda, gejala, dan komplikasi oftalmopati:
Tanda
-          Bright-eyed stare, yang terjadi akibat retraksi kelopak mata atas
-          Lid lag, bila melihat ke bawah, kelopak mata atas lambat mengikuti bola mata
-          Mata setengah terbuka ketika tidur
-          Edema periorbital
Gejala
-          Ada iritasi pada mata dan mengeluarkan banyak air
-          Merasa ada tekanan pada bagian belakang mata
-          Penglihatan kabur, penglihatan ganda, mata merasa cepat lelah
Komplikasi
-          Ulserasi korne (ulkus korne)
-          Neuropati optik
-          Miopati otot ekstraokuler
-           
2.      Fungsi, patofisiologi dan manifestasi klinis hipertyroidisme

Fungsi normal
Hipertiroidisme
Manifestasi klinis
Mengatur kecepatan metabolisme, kalaorigenesis,dan konsumsi O2




-          Peningkatan kecepatan metabolisme dan konsumsi O2, vasodilatasi perifer
-          peningkatan kebutuhan nutrisi
-          Umum, suhu tubuh meningkat dan intoleransi terhadap panas.
-          Kulit : hangat dan basah
-          Rambut: sangat halus dan rapuh.
-          Nafsu makan meningkat, tetapi beratbadan menurun
Mengatur metabolisme lemak, protein, karbohidrat






-          Ganguan metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat
-          Peningkatan sintesis protein, glikogenesis, dan lipolisis
-          Peningkatanabsorpsi glukosa dan degradasi protein
-          Peningkatan absorbsi glukosa dan degradasi protein
-          Peningkatan metabolisme lipid degradasi lipid
-          Peningkatan motilitas usus
-          Penurunan BB, otot lemah dan jalan cepat
-          Peningkatan glukosa darah pada pasien dengan diabetes mellitus
-          Penurunan trigliserida dan kolesterol
-          Sering bung air


Membuat sel peka terhadap katekolamin


-          Gangguan fungsi kardiovaskuler
-          Peningkatan konsumsi O2 oleh miokardium
-          Peningkatan curah jantung
-          Takikardi, palpitasi, TD meningkat
-          Dyspnea
-          angina, fibrilasi atrial, gagal jantng kongestif
Mengatur resorbsi kalsium dan fosfor oleh tulang

-          Peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor serta demineralisasi tulang
-          Hiperkalsemia, osteoporosis ringan, fraktur
-          kelemahan dan pengecilan otot proximal
Mengatur sistem reproduksi



-          Gangguan fungsi sistem reproduksi
-          sekresi dan metabolisme, gonadotropin serta steroid gonad
-          Prepubertas dan perkembanagn seksual terlambat
-          Pasca pubertas: libido meningkat, menstruasi terganggu, dan infertilitas

-          Patofisiologi
-          Penyakit graves (autoimun)
-          Goiter nodular (hipertrofi)
-          Intake yodium
-          Stress, obat-obatn
    
Produksi hormon tyroid dalam sirkulasi
 

metabolisme          Suhu tubuh       hiperkalsemia     sirkulasi Cardio             system reproduksi
Hipertermi

            lemak                                   atropi otot,osteoporosis takikardi, TD            GH
Intoleransi aktifitas
glukosa    trigliserida                                                                                       seksual terhambat
 nafsu makan        BB                                                                                           kebutuhan O2
Gangguan pola napas
Nutrisi kurang dari kebutuhan Tubuh
                                                                                                                                    dyspnea                                  
                                   
3.      Etiologin
-          Peningkatan residen kehamilan kembar monozigot, yang menunjukan adanya faktor herediter, kemungkinan gen autoson resensif
-          Koeksistensi yang terjadi kadang-kadang bersama kelainan endokrin lain
-          Defek pada fungsi limfosit-T supresor, yang memungkinkan produksi autoantibody
-          Tirotoksikosis klinis di picu oleh asupan yodium berlebihan dari makanan atau mungkin pula stress
-          Obat-obatatan
-          Tumor
Berdasarkan (Kluwer Wolters, 2012), diantaranya:
-          Goiter multi noduler toksik
-          Kanker tyroid
-          Peningkatan sekresi TSH
-          Faktor genetic dan imulogi
-          Penyakit graves
Paling sering terjadi antara usia 30 dan 60 tahun, lebih sering terjadipada wanita dibandingkan dengan pria
Penyakit graves dikenal juga dengan goiter difus toksik, yaitu penyakit autoimun yang merupakan jenis hipertyroidisme yang paling sering terjadi. Pada penyakit graves antibody penstimulasi tyroid saling berikatan dan menstimulasi reseptor TSH dikelenjar tyroid. Pemicu penyakit autoimun ini masih belum jelas namun penyakit graves dikaitkan dengan produksi autoantibody yang kemungkinan disebabkan oleh defec fungsi limfosit T suppressor yang memungkinkan pembentukan autoantibody ini, 
Factor presipitasi:
-          Asupan iodine yang berlebihan
-          Stress, pembedahan, infeksi toksemia dalam kehamilan ketoasidosis diabetic.

5        Gambaran Klinis
-          Peningkatan frekuensi jantung.
-          Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan sensitivitas terhadap katekolamin
-          Peningkatan laju metabolism basal dan produksi panas, intoleransi terhadap panas, keringat berlebihan
-          Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar
-          Melotot
-          Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan bola mata)
-          Peningkatan frekuensi buang air besar.
-          Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid


 Berdasarkan (Kluwer Wolters, 2012), diantaranya:
-          Gelisah, tremor, tidak toleransi terhadap panas
-          Penurunan berat badab mesikpun nafsu makan meningkat
-          Berkeringat, sering deikasi
-          Palpitasi, konsentrasi buruk
-          ketidakstabilan emosi atau mood berubah-ubah, kurus, kuku rapuh
-          ada pembesaran tyroid
-          rambut halus dan tipis
-          miksedema pretibia, penuaan dini, peningkatan kerontoka rambut, kulit menebal
-          takikardi saat istirahat, denyut nadi besar, dyspneau, hepatomegali
-          bissing usus hiperaktif, atrofi
-          paralisis umum, ginekomasti
-          penurunan libido
-          mual,muntah
-          diplopia, oligomenore

7.      Komplikasi
-          Aritmia biasa terjadi pada pasien yang mengalami hipertiroidisme dan merupakan    gejalah yang terjadi pada gangguan tersebut
-          krisis tirotoksi ( badai tiroid )
Komplikasi hipertiroidisme yang mengancam jiwa yang dapat terjadi secara spontan pada pasien hipertiroidisme yang menjalani terapi atau selama pembedahan kelenjar tiroid, atau dapat terjadi pada pasien yang tidak terdiagnosis hipertiroidisme, akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia dan apabila tidak diobati,terjadi kematian
-          Muscle wasting, atrofil otot, dan paralisis, osteoporosis
-          Kehilangan penglihatan
-          Gagal jantung, aritmia. Gagal hati atau ginjal
-          Hipoparatiroidisme sesudah operasi pengangkatan tiroid
-          Hipotiroidisme sesudah terapi radioidoin, penurunan libido, ginekomasti
-          Vitiligo, hiperpigmentasi kulit, ulkus pada kornea
8.      Diagnosis
Penegakan diagnosis ini tergantung pada hasil anamnesis riwayat klinik dan pemeriksaan yang harus dilakukan dengan cermat, tingakat kecurigaan yang tinggi serta pengukuran hormon secara rutin. Tes berikut ini memastikan gangguan tersebut :
-          Radioimmunoassay yang memperlihatkan peningkatan kadar T3 dan T4 serum
-          Kadar TSH yang rendah
-          Pemeriksaan scan tiroid menunjukan peningkatan ambilan radioaktif yodium pada penyakit Graves dan biasanya pada penyakit goiter multinoduler yang toksik serta adenoma toksik tiroid; ambilan radioaktif yodium yang rendah terlihat pada tiroiditis dan faktisia tiroktosik
-          USG yang memastikan oftalmopati subklinis

9.      Uji Diagnostik
-          Tiroksin serum (T4) yang meningkat pada hipertiroidisme
-          T3 serum
-          TSH, rendah pada hipertiroidisme
-          Ambilan radiokatif iodin (absorbsi) meningkat pada semua penyebab hipertiroidisme. Pemeriksaan ini tidak akurat apabila pasien menerima iodin dalam beberapa hari sebelum pemeriksaan

10.  Penatalaksanaan
a.       Manajemen kolaboratif
Tujuan terapi adalah mengurangi pengeluaran hormon tiroid. Ada tiga macam terapi yang bis dipakai yakni :
-          obat antitiroid
-          radioaktif iodin 131
-          pembedahan
Pembedahan dan radioaktif mempunyai efek samping, yaitu hipotiroidisme. Biasanya, terlebih dahulu pasien diberi obat terapi untuk mencapai keadaan eutiroid (fungsi tiroid menjadi normal dulu), kemudian dilaksanakan pembedahan.

b.      Medikasi
Ada tiga macam obat:
1)      antitiroid/thiomides
Antitiroid atau tiroistatik adalah zat yang berkhasiat menekan produksi hormon-hormon tiroid dan digunakan pada keadaan-keadaan hiperfungsi tiroid (hipertirosis)
yang bisa menekan sintesis hormon tiroid, iodides untuk menghindari keluarnya hormon tiroid, dan antagonis tiroid yang merupakan penyekat beta-adrenergik kalsium yang menghalangi efek hormon tiroid dalam sel tubuh. Secara kimia dapat dibagi dalam beberapa kelompok :
-          Derivat-derivat tioamida
yang terdiri dari derivat-tiourea (metil- & propiltiourasil) serta derivat-tioimidazol (karbimazol & tiamazol)
-          Iodida (NaI & KI)
yg merintangi pembebasan hormon ke dlm da-rah; mulai kerjanya cepat tanpa masa latensi sebagai tioamida, juga tidak mengakibatkan hiperplasia, pertumbuhan berlebihan dari tiroid; berhubung kurang efektif, kini tak banyak digunakan
-          Kalium perkelorat (KClO4)
yang merintangi penangkapan iodida dan pemadatannya oleh tiroid; meskipun kerjanya efektif, jarang digunakan berhubung efek sampingnya (agranulositosis).
c.       Terapi iodin radioaktif
Terapi iodin radioaktif 131 sering dipakai karena dapat diberikan pada pasien yang berobat jalan. Perbaikan fungsi tioid lebih cepat tampak dibandingkan dengan antitiroid.
RAI dibeikan secara oral dalam dosis tunggal, setelah RAI dimakan, RAI akan dieliminasi dalam tubuh dalam dua hari melalui urine, feses, keringat dan saliva.
d.      Pembedahan
Pembedahan atau pengobatan dengan obat antitiroid dipakai untuk ibu hamil dengan hipertiroidisme. Terapi RAI tidak dipakai untuk ibu hamil. Pembedaha adalah pengobatan pilihan untuk pasien dengan kanker tiroid.  Termasuk adalam prosedur bedah adalah pengngkatan satu lobus tiroid (75-80 kelenjar tiroid) yang disebut tireidektomi.
Berdasarkan pengobatan (medikasi) (Kluwer Wolters, 2012), diantaranya:
a.       Terapi dengan dosis oral tunggal, yaitu terapi pilihan untuk wanita yang sudah melewati usia produktif atau pria dan wanita yang tidak berencana memilik anak
b.      Antagonis hormone tyroid, seperti: metimazol dan prophil tiourasil (PTU)
c.       Penghhambat beta adrenergic, seperti: atenolol dan metoprolol
d.      Kortikosterol
e.       Sedative, seperti: diazepam dan lora sepam.

II. 2 Asuhan Keperawatan
A.    Contoh kasus dengan Hipertiroid
Ny E adalah seorang pekerja pabrik di PT. Ajinomoto ia berumur 36  tahun masuk di rumah sakit pada tanggal 24 Maret 2014 dengan keluhan nyeri di daerah leher anterior sejak 5 hari yang lalu. Klien mangatakan 1 tahun yang lalu klien pernah mengalami gejala yang sama seperti ini sampai klien dirawat inap. Suami klien mengaku kalau Ny E seringkali mengamuk dan emosinya tidak terkontrol kadang sampai klien mengalami penurunan kesadaran, mudah lemah ketika beraktifitas. Badannya kurus, suhu tubuh terasa panas, namun nafsu makannya banyak, dan sering muncul sesak kalu sedang aktifitas. Ny E mengaku suka yang namanya asin. Apabila dia makan makanan yang terasa kurang asin, lidahnya terasa hambar.  Ia juga seringkali mengalami menstruasi yang tidak teratur, mudah lelah dan penurunan berat badan yang mencolok, klien mengatakan sering buang air besar 4xhari dengan konsistensi ampas, minum hanya 700cc/hari
Hasil pemeriksaan ( TTV ) TD : 140/80 mmhg, N : 110x/mnt, RR  : 30x/mnt, Suhu : 40oC. Hasil  inspeksi: tampak lemas, terdapat gondok pada kelenjar tyroid, klien selalu berkeringat, kulit tampak semakin lembap dan hangat serta kemerahan kalau terpapar dengan panas, mata terlihat menonjol seperti orang terkejut (exopthalmos) dan cowong, BB : 44 kg Tb :164 cm.
Hasil pemeriksaan laboratorium: HB: 20 mmHg, peningakatan serum T3 (0,8 mg/dl ) dan T4 (20 mg/dl ). Dx Medis : Hipertyroid.

B.     PENGKAJIAN
1.      Data Subyektif
a.       Identitas                   
Nama             : Ny. E
Umur             : 36 tahun
MRS              : 24 maret 2014
Pekerjaan       : pekerja pabrik PT. Ajinomoto
Dx Medis       : Hipertyroid
b.      Riwayat kesehatan
-          Keluhan utama
Pasien megeluh nyeri di daerah leher
-          Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 24 Maret 2014 pasien datang dengan keluhan nyeri di daerah leher anterior, badannya terlihat kurus, namun nafsu makannya banyak, suhu tubuh terasa panas, karena kondisi tersebut keluarga membawa pasien ke RS.
-          Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan satu tahun yang lalu pernah mempunyai riwayat penyakit seperti ini  dengan gejala yang sama
-          Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya
2.         Data Obyektif
a.       Kondisi umum        : lemah
b.      GCS                        : 3-4-5 (composmentis)
c.       Observasi TTV       :
TD: 140/80 mmhg              RR: 30x mnt
N  : 110x/mnt                    S   : 38o






d.      Pemeriksaan Fisik
-          Sistem kardiovaskuler
Peningkatan kerja jantung (Takikardi, palpitasi, TD meningkat)
-          Sistem respirasi
Dyspnea, Terdapat retraksi dada, penggunaan otot bantu napas , suara wheezing
-          Sistem Eliminasi
Pasien sering buang air besar 4x/hari, konsistensi: ampas  
-          Sistem musculoskeletal
kelemahan dan pengecilan otot.
-          Sistem reproduksi
Mengalami menstruassi yang tidak teratur (aminore)
-          Psikologi
Seringkali mengamuk, emosinya tidak terkontrol, dan mengalami penurunan konsentrasi
e.       Pemeriksaan Penunjang
-          Hasil pemeriksaan laboratorium: HB: 20 mmHg
-          peningakatan serum T3 (0,8 mg/dl ) dan T4 (20 mg/dl ).

c.       ANALISA DATA
Symptom
Etiologi
Problem
DS:  
Pasien mengatakan serig sesak saat aktifitas

DO:
-          RR   (30x/mnt)
-          Sesak
-          Terdapat retraksi dada
-          penggunaan otot bantu napas
-          suara wheezing
Peningkatan produksi TSH

Peningkatan laju metabolisme
 

Peningkatan kebutuhan O2

Dyspnea

Gangguan pola napas
Gangguan pola napas
DS:
Paseien mengatakan sejak sakit frekuensi BAB lebih sering,  BAB 4x hari, bentuk tinja ampas, sering keluar keringat, minum hanya 700 cc/hari.
  
DO:
-          Pasien terlihat lemas
-          Turgor kulit lembap (diaphoresis)
-          Mata cowong
-          N  : 110x/mnt , TD: 140/80 mmhg, S   : 38o
                     
Laju metabolisme
 
 Nafsu makan
 
 Kebutuhan ATP,   proses untuk output makanan,
mekanisme autoregulasi terganggu

   Frekuensi BAB, evaporasi

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
DS:
Pasien mengeluh nyeri di daerah leher anterior dan terjadi inflamasi pada kelenjar tiroid

DO:
-          TD:140/80mmhg
-          N:110x/mnt
-          Skala nyeri 5
P :
nyeri muncul sejak 5 hari yang lalu
Q:
Nyeri seperti tertekan
R:
Nyeri diarea anterior leher (kelenjar tyroid)
S:
Intensitas nyeri 5 (nyeri sedang)
-          T :
Nyeri terasa hebat saat dipakai menelan
Peningkatan produksi TSH

Goiter nodular

peningkatan kebutuhan akan hormone tiroid

Pembesaran kelenjar tiroid
 

Kompresi pada organ sekitarnya
 

     nyeri

gangguan rasa nyaman



Gangguan rasa nyaman (nyeri )
DS:
pasien mengatakan tubuhnya panas, sering berkeringat lebih, tidak tahan apabila terpapar dengan panas.
DO :
-          turgor kulit kemerahan dan taraba panas
-          S : 40 °C
peningkatan laju metabolism

kebutuhan ATP yang lebih
 

mekanisme autoregulasi terganggu
 

pembuluh darah terus mengalami vasodilatasi
 

 hipertermi
Hipertermi
DS:
Pasien mengatakan nafsu makan bertambah, namun berat badan menurun dan sering buang air besar 4x/hari  
DO:
-          BB: 44kg
-          HB: 20 mmHg
Peningkatan metabolism

Penurunan glukosa, peningkatan TG

Penurunan nafsu makan, peningkatan BB
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DS:
Pasien mengatakan mudah lemah dan lelah saat beraktifitas maupun tak beraktifitas 
DO:
-          Klien terlihat lemas
-          dyspnea
-          Mudah letih saat aktifitas
-          RR : 30 x/mnt
-          N   : 110 x/mnt
  Hiperkalsemia

  Atropi otot

  Kelemahan

  Intoleransi aktifitas
Intoleransi aktifitas

D.    Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan pola napas berhubungan dengan penurunan exspansi paru
2.      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan laju metabolism tubuh
3.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhungan dengan kompresi mekanik pada organ sekitarnya
4.      Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
5.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan peningkatan laju metabolisme
6.      Intoleransi aktifitas  berhungan dengan kelemahan otot

E.     Rencana Asuhan Keperawatan
1.      Dx keperawatan
Gangguan pola napas b.d penurunan ekspansi paru
Ø  Tujuan
Sesak berkurang setelah dilakukan asuhan keperawatan selama1x24 jam
Ø  Kriteria Hail :
-          RR normal (16-20x.mnt)
-          Tidak ada sesak
-          Tidak ada pnggunaan otot bantu napas
-          Tidak sianosis
-          tidak ada suara wheezing
Intervensi
Rasional
1.      Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang teknik napas dalam
pasien dan keluarga mengerti cara meningkatkan pola nafas.

2.      Berikan posisi semifowler

Membuka kepatenan jalan nafas
3.      Observasi TTV:
TD, N, RR
Deteksi dini mengetahui perkembangan pasien
4.      Kolaborasi dengan team medis pemberian:
-          Oksigenasi
-          Bronkodilator

Mempertahnakan kebutuhan o2 dalam tubuh secara adekuat, dan memepertahankan kepatenan jalan napas

2.      Daignosa keperawatan
Ketidakseimbangan cairan elektrolit b.d peningkatan laju metabolism tubuh
Ø  Tujuan :
Kebutuhan Cairan dan elektrolit terpenuhi dengan baik setelah dilakukan tindakan keperatawan selama 1x24 jam  
Ø  Kriteria Hasil :
-          Turgor kulit normal
-          Mata tidak cowong
-          Nadi normal (60-80x/mnt)
Intervensi
Rasional
1.      Anjurkan konsumsi makanan tinggi serat
2.      Minum banyak air minimal
8 gelas/hari (1-2lt/hari)
Memenuhi kebutuhan metabolic nutrisi dan cairan secara adekuat

3.      Observasi TTV : TD, N, S, RR



Mengetahui perkembangan pasien
4.      Kolaborasi dengan team medis pemberian obat :
-          Infuse RL
-          Oralit

Mempertahankan keseimbnagan cairan dan elektrolit

3.      Dx Keperawatan: 
Nyeri berhubungan dengan kompresi mekanik pada organ sekitarnya
Ø  Tujuan
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  1x24 jam



Ø  Kriteria Hasil:
-          Observasi TTV (dalam batas normal):
TD:120 mmHg  
N: 60-80 x/mnt   
S: 36,5OC
-          Skala nyeri 1 (nyeri ringan )
Intervensi
Rasional
1.      Bina hubungan saling percaya

.Membinahubungankepercayaan untukmempermudahmemberikanpelayanansecaramaximal

2.      Ajarkanteknikdistraksi- relaksassi:
-          Mendengarkan music
-          Nafasdalam

Menurunkan rasa nyeripasien






3.      Observasi TTV: Td, N, S


mengetahui perkembangan kondisi pasien

4.      Observasiskalanyeri
-          1-3 nyeriringan
-          4-6 nyerisedang
-          7-9 nyeriberat
-          10 sangatnyeri

mencegah perkembangan tingkat nyeri pasien





5.      Pemberian obat sesuai advis dokter:
- Antibiotic
- analgesic  

meringankan peradangan dan nyeri leher (kelenjar tyroid)




4.      Dx keperawatan :
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan laju metabolisme
Ø  Tujuan:
Nutrisi seimbang setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4x24 jam  
Ø  Kriteria hasil:
-          BB meningkat
-          nafsu makan  seimbang
-          suhu : 36,50C
-          HB normal (11,4 – 15 g/dl )
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Berikan penjelasan kepada klien tentang diit yang benar sesuai dengan penyajian
-    Anjurkan makan sedikit tapi sering
Mengatur pola makan pasien lebih baik lagi dan teratur




2.      Ciptakan suasana makan yang rileks
-    Sajikan makanan dalam keadaan hangat

Membantu pencernaan pasien dan meningkatkan nafsu makan



3.      Observasi TTV: TD, N, S,
4.      Ukur kadar HB secara berkala, timbang BB

Mengetahui perkembnagan pasien


5.      Kolaborasi ahli gizi/para medis untuk menentuknan diit yang tepat dan pemberian vitamin antiemetic.
Terapi diit diantaranya:
-          Makan dengan gizi yang seimbang, Tinggi serat
-          Rendah lemak
-          Rendah kolesterol

Mempertahankan keseimbangan nutrisi pasien  

5.      Dx Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Ø  Tujuan:
Suhu tubuh menurun setelah di lakuakan tindakan keperawatan selama 1x24jam
Ø  Kriteria hasil
-          Suhu kembali normal (36,5°C)
-          Turgor kulit normal, akral dingin
-          Tidak kemerahan dan
-          tidak berkeringat lebih
Intervensi
Rasional
1.    Pemberian HE:
-          Anjurkan untuk kompres hangat
-          Gunakan pakaian yang bisa meresap keringat
Untuk mengurangi evaporasi berlebih



2.    Observasi TTV: (S,N)

Untuk memantau keadaan/kondisi pasien

3.      Kolaborasi team medis pemberian obat:
-          Paracetamol
-          Antibiotic
Suhu tubuh dalam kondisi normal








6.      Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan otot
Ø  Tujuan :
Pasien dapat melakukan aktivitas yang diinginkan setelah diberikan asuhan keperawatan  selama 3x24 jam
Ø  Kriteia Hasil :
pasien mampu melakukan aktivitas yang diinginkan
Intervensi
Rasional
1.      Anjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan.


Melatih klien agar dapat beradaptasi dan mentoleransi terhadap aktifitasnya.
2.      Bantu klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan kemampuan.
Melatih klien agar dapat tolerananterhadap aktifitas.
3.      Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas
Mencegah kelelahan berkepanjangan


F.      Implementasi
Didasarkan pada diagnose yang muncul baik secara actual, resiko, atau pdilakukan otensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.
G.    Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai criteria hasil. Sehingga dapat diputuskan apakah intervensi dapat dilanjutkan atau dihentikan atau diganti jika tindakan yang dilakukan tidak berhasil.




BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Hipertiroiditisme merupakan suatu ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi berlebihan hormon tiroid. Hipertiroidisme (Hipersekresi hormon tyroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Tirotoksikosis adalah sindrom klinis yang diakibatkan oleh peningkatan tiroksin (T4) atau triodotironin (T3). Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hipertiroidisme, tetapi ada dua yang paling lazim ditemukan, yaitu penyakit Grave dan goiter multinoduler toksik.
Hipertiroiditisme merupakan suatu ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi berlebihan hormon tiroid

III.2 SARAN
Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan yang cemerlang.


















DAFTAR PUSTAKA

1.      Baradero Mary. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC
2.      Gleadle J, 2003. At A Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: EMS  
3.      Kluwers Wolters. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC
4.      Rumahorbo Hotma. 1997. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jkarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar