BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Skabies (scabies) suatu penyakit kulit
yang banyak terdapat di negeri kita, terutama dikenal umum pada masa pendudukan
tentara jepang. Sering disebut orang pada masa itu penyakit BPP, karena pada
umumnya terkena pada orang BP (para pekerja indonesia yang dihimpun oleh
tentara pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945). Juga di zaman “ Gestapu”
(Gerakan September 30) yang disebut orang penyakit Gestapu.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit
acarus scabiei. Yang betina melakukan kerusakan pada kulit penderita, pada saat
parasit mencari tempat bersarang untuk bertelur, sedangkan yang jantan berada
di permukaan kulit. Biasanya daerah yang dipilihnya mula-mula tempat di antara
jari-jari tangan, dan pergelangan tangan, kaki dan tubuh. Rasa gatal sangat
dirasakan, sehingga penderita mau tidak mau terpaksa menggaruk. Bila diikuti
terus, mau rasanya menggaruk terus menerus sehingga kulit terinfeksi oleh
kuman-kuman lainnya yang berada dipermukaan kulit, dan kulit pun bisa menjadi eksim.
Pada kulit timbul bintik-bintik berisi cairan dan tampak sangat kotor.
Pengetahuan dasar tentang penyakit ini
diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan
pertama kali oleh benomo pada 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan
induksi pada sukarelawan selama PD II.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian scabies ?
2.
Etiologi
scabies ?
3.
Manifestasi
klinis scabies ?
4.
Patofisiologi
scabies ?
5.
Penatalaksanaan
scabies ?
6.
Asuhan
keperawatan dengan kasus scabies ?
I.3 TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai
tujuan sebagai berikut:
1.
untuk
memahami pengertian scabies ?
2.
untuk
memahami apa etiologi dari scabies ?
3.
untuk
memahami apa saja manifestasi klinis pada scabies ?
4.
untuk
memahami patofisiologi pada scabies ?
5.
untuk
memahami penatalaksanaan pada scabies ?
6.
untuk
memahami bagaimana asuhan keperawatan pada kasus scabies ?
I.4 MANFAAT PENULISAN
Dengan adanya makalah seminar ini,
diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien
dengan scabies serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Laporan Pendahuluan
A.
Definisi
Scabies
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sesnsitisasi terhadap sarcoptes scabiei var, hominis dan
produknya. (Prabu: 1996).
Penyakit
infeksi kulit menular dengan menifestasi keluhan gatal pada lesi terutama pada
waktu malam hari yang disebabkan oleh sarcoptes
scabiei var hominis.(Soedarto: 1996)
Pada
pengkajian anamnese, penyakit ini sering didapatkan pada orang-orang miskin yang
hidup dengan kondisi hiegien dibawah standar, walapun juga sering terdapat
diantara orang-orang yang sangat bersih. Pada pengkajian riwayat bisa
didapatkan dalam satu rumah/komunitas yang terkena lebih dari 1 pasien.
Skabies
sering dijumpai pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun demikaian, infestasi
parasit ini tidak bergantung pada aktifitas seksual karena kutu tersebut sering
menjangkit jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi.
Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau saling
bergantian pakain dengannya dapat menjadi sumber infeksi. Petugas kesehatan
yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien skabies juga dapat
terinfeksi.
Kutu
betina yang dewasa akan menbuat terowongan pada lapisan superfisial kulit dan
berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari
persendian kaki depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan dan
mengeluarkan telurnya dua hingga tiga butir setiap hari sampai selama 2 bulan.
Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur) menetas dalam waktu 3 sampai 4
hari dan berlanjut memasuki stadium larva, kemudian nimfa menjadi bentuk kutu
dewasa dalam tempo sekitar 10 hari.
Diperlukan
waktu kurang lebih 4 minggu sejak terjadi kontak hingga timbul gejala pada
pasien. Pasien akan mengeluhkan gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi
tipe lambat terhadap kutu atau butiran fesesnya. Pada pemeriksaan, pasien
ditanyakan dimana gatal-gatal tersebut terasa paling hebat. Terowongan yang
dibuat oleh kutu skabies dapat berupa lesi yang multiple, lurus, atau
gelombang, berwarna coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat
terutama diantara jari jari tangan, serta pada pergelangan tangan.
Lokasi
lainya adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinngir kaki, ujung-ujung sendi
siku, daerah disekitar puting susu, lipatan aksila, dibawah payudarah yang
menggantung, dan pada atau didekat lipat paha atau lipat gluteus, serta penis
atau skrotum.
B. Sinonim
The itch, gudik, budukan,
gatal agogo
C. Etiologi
1. Sarcoptes scabiei
termasuk filum arthropoda,
kelas Arachnida, ordo Ackarima, super
family Sarcoptes. Pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei var.hominis. kecuali itu terdapat S.scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk
oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,
berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara
330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni
200-240 mikron x 150 -200 mkron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2
pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan lembut, sedangkan pada yang
jantan pasangan jantan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir
dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut:
Setelah kopulasi atau perkawinan yang terjadi di
atas kulit, yang jantan akan mati, terkadang masih dapat hidup beberapa hari
dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina ynag telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan2-3 milimeter sehari
dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40
atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai
bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
D. Epidemiologi
Ada dugaan pada setiap siklus 30 tahun terjadi
epidemic scabies. Banyak factor yang menunjang perkembangan penyakit ini,
antara lain :
-
Sosial ekonomi yang rendah
-
hygiene yang buruk
-
hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas
-
kesalahan diagnosis
-
dan perkembangan demografik serta
ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam PHS atau Penyakit akibat Hubungan
Seksual.
E. Gejala
Klinis
Ada 4 tanda cardinal
1. Prutitus
nokturna
artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karenaaktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
2. Penyakit
ini menyerang manusia secara kelompok
misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh
anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang
padat penduduknya sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh
tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensititasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungkau, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya
terowongan (kunikulus)
Terlihat adanya terowongan pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemuka papul atau
vasikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule,
ekskoriasi, dan lain-lain). Tempet-tempatnya predileksi tersebut biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu : sela-sela
jaritangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagiam luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia, eksterna
(pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapait menyerang telapak tangan dan
trelapak kaki.
4. Menemukan
Tungka
ini merupakan
hal yang diagnosik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
F. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan
tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat
garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan
eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada
saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi,ekskoriasi,krusta dan infeksi sekunder.
Kutu skabies dapat menyebabkan
gejala transier pada manusia, tetapi mereka bukan penyebab infestasi persisten.
Cara penularan yang paling efesien adalah melalui kontak langsung dan lama
dengan seseorang individu terinfeksi. Kutu skabies dapat bertahan hingga tiga
hari pada kulit manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian
merupakan sumber alternatif umtuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup kutu berlangsung 30
hari dan habiskan dalam epidermis manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu
jantan akan mati dan kutu betina akan membuat liang ke dalam lapisan kulit dan
meletakkan total 60-90 telur. Telur yang menetas membutuhkan 10 hari untuk
larva dan kutu dewasa. Kurang dari 10% dan telur yang dapat menghasilkan kutu
dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak
memulai lapisan atas kulit dengan mengeluarkan prosentase yang mendeglarasi
stratum korneum. Scybala (kotoran) yang tertinggal saat mereka melakukan
perjalanan melalui epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui
sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat
rentan terhadap penyakit skabies, termasuk pasien dengan gangguan
immunodefisiensi primer dan penurunan respons imun skunder terhadap terapi
obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya adalah gannguan motorik akibat kerusakan
saraf yang menyebabkan ketidakmampuan untuk menggaruk dalam menanggapi pruritis
sehingga menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan kutu pada
epidermis dan menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu.
PATHWAY :
-
Faktor utama: Sarcoples scabiei(tungau)
-
Faktor predisposisi :
·
Sosial ekonomi rendah
·
Hygine yang buruk
·
Hubungan seksuak yang promiskuitas
·
Gangguan imuno defisiensi
·
imun sekunder terhadap terapi obat dan gizi
buruk
Kontak
langsung dengan Kontak tidak langsung
penderita
dalam waktu lama atau
melalui benda :
Siklus hidup kutu
berlangsung 30 hari dan
dihabiskan
dalam epidermis manusia setelah
Kutu
jantan akan mati dan kutu betina akan
membuat
liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan
Tungau membuat
terowongan pada lapisan
superfisial
kulit berupa lesi bentuk: multiple,
lurus,
bergelombang atau berwarna coklat
atau hitam dan menyerupai
benang.
Defisit pengetahuan
|
Gangguan Citra tubuh
|
Gangguan integritas kulit
|
Intoleransi
aktifitas
|
Gangguan rasa nayaman (nyeri)
|
Gangguan istirahat-tidur
|
G. Pembantu
Diagnosis
Cara menemukan tungau :
1. Carilah
mula-mula terowongan, kemudian pada ujung terlihat papul atau vasikel dicongkel
dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup dengan kaca penutupdan dilihat dengan
mikroskop cahaya.
2. Dengan
cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan
dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan
mebuat biopsy isrisan. Caranya : lesi dijepitdengan dua jari kemudian dibuat
irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya
4. Dengan
biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H E.
H. Diagnosa
Banding
Ada pendapat yang mengatakan
penyakit skabies ini merupakan the greatimmitator karena dapat menyerupai
banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnose banding ialah :
prugio, pedikulosis korporis, dermatitis, dan lain-lain.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4
kardinal tersebut:
-
Scabies
Norwegia (scabies berkusta)
Bentuk scabies ini ditandai dengandermatosis
berkusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik, dan skuama yang
generalisata. Bentuk ini sangat mnular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit.
Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat besar. Penyakit terdapat pada
penderita dengan retradasi mental, kelemahan fisik, gangguan imunologik, dan
psikosis.
I. Cara
penularan
1. Kontak
langsung atau kontak kulit dengan kulit
misalnya bejabat tangan, tidur bersama danhubungan
seksual.
2. Kontak
tak langsung atau melalui benda (misalnya: Pakaian, handuk, sprei, bantal dan
lain sebagainya).
Penularannya biasanya
oleh sarcoptes scabiei betina yang
sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var.animalis yang
kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak
memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
J. Pengobatan
Pada umumnya penyakit ini cukup di
obati dengan salep belerang yang dioleskan di seluruh tubuh yang terkena,
kecuali kepala. Pengolesan salep ini diulang lagi setelah 24 jam. Setelah
pengobatan sebanyak tiga kali, maka disusul dengan pemandian tubuh. Kemudian
semua pakaian, dan alas tidur diganti dengan alas yang bersih. Selain dengan
salep belerang dapat juga dilakukan pengobatan dengan benzil benzoat atau dapat
pula digunakan saleb scabex buatan pabrik obat Dupa yang mengandung pergramnya:
Triklorokarbanilid 0,5 %, asam salsilat 2%, mentol 0,25%, gameksan 0,5%,
ekstrak nikotin tobak 1%. Selain itu dapat pula digunakan salep Scabicid yang
dibuat oleh pabrik obat kimia farma yang pergramnya mengandung bahan-bahan:
Gameksan 1%, Asam usnik 1%, dioleskan di tubuh 1x sehari selama 3 hari
berturut-turut, kemudian baru dimandikan sampai bersih.
Syarat obat yang ideal ialah :
1. Harus
efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus
tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak
berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudahg
diperoleh dan harganya murah.
5. Cara
pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati(termasuk penderita
yang hiposensititasi).
Jenis obat topical
1. Belerang endap (sulfur
presipipatium) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau cream. Preparat ini
karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh
kurang dari tiga hari.
2. Emulasi benzyl-benzoat (20-25%),
efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini
sulit diperoleh, sering member iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gemeksan
= gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena
efektif terdapat semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memebri iritasi.
Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil, karena
toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10%
daolam krim atau losio juga merupkan obat pilihan, mempumyai dua efek sebagai
anti gatal; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
Dalam penatalaksanaan
harus diperhatikan beberapa hal diantaranya :
1. Penurunan
respons pruritus
Keluhan
gatal-gatal dapat diberiantihistamin dengan setengah dosis biasanya. Infeksi
skunder dapat diberi antibiotika. Preparat skabisida seperti salep yang
mengandung asam salsilat dan sulfur selama 3-4 hari, kemudian dapat diulang
setelah satu minggu. Pemberian salep yang mengandung benzoas benzilicus selama
3 malam kemudian dapat diulangi setelah satu minggu.
Pemberian
malathios 0,5% dalam basis air berfungsi sebagai skabisid dioleskan pada kulit
dalam 24 jam. Aplikasi kedua bisa diulang beberapa hari kemudian.
2. Pemenuhan
informasi
Semua
baju serta pakaian harus dicuci dengan air yang sangat panas dan dikeringkan
dengan alat pengering- panas karena kutu skabies ternyata dapat hidup sampai 36
jam pada linen. Jika linen tempat tidur atau pakaian pasien tidak dapat dicuci
dalam air panas, disarankan agar barang-barang tersebut ducuci secara dry-cleaning.
Sesudah
terapi skabies selesai dilakukan, pasien harus mengoleskan salep seperti
kortikosteroid topika pada lesi kulit karena skabisida dapat mengiritasi kulit.
Hipersensitivitas pasien tidak berhenti setelah kutu dihancukan. Rasa gatal
dapat terus berlangsung selamabeberapa hari atau minggu sebagai manifestasi
hipersensitivitas, kususnya pada orang-orang atopik. Keadaan ini bukan bukan
merupakan suatu tanda dan gagalnya terapi. Pasien dianjurkan agar tidak mengoleskan
lebih banyak skabisida dan tidak semakin sering mandi air panas.
Semua
anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat harus diobati secara bersamaan
untuk menghilangkan kutu skabies. Jika skabies ditularkan lewat hubungan seks,
pasien mungkin memerlukan pula terapi terhadap penyakit menular seksual yang
juga didapat.
K. Pencegahan
1. Menjaga
kebersihan tubuh sangat penting untuk mencegah infestasi parasit
2. Sebaiknya
mandi dua kali sehari.
3. Menghindari
dari kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada
kulit. Walau pun penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun
penyakit ini sangat mengganggu kehidupan kita sehari-hari.
L. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan
cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan factor
predisposisi( antara lain higine), maka penyakit ini dapat diberantas dan dapat
memberi prognosis yang baik.
II.
2
Asuhan Keperawatan
A.
Contoh kasus dengan Scabies
An
M usia 12 tahun seorang pelajar kelas 6 SD datang dengan keluhan gatal pada
sela-sela jari tanganya sejak 3 hari yng lalu. Rasa gatal lebih terasa ketika
malam hari. Akibat rasa gatal tersebut klien tidak tahan sehingga sering
menggaruk sela-sela jarinya. namun yang dirasakan klien, garukan tersebut bukan
melegakan namun semakin terasa gatal dan memancing klien untuk terus menggaruk,
sehingga luka tampak semakin memburuk dan terasa nyeri, skala nyeri 2 dengan
gambaran: nyeri terasa gatal, nyut-nyut, dan terasa mengeliat seperti ada
banyak hewan yang menggrogoti disela jarinya sehingga kadang terasa keram.
Akibat nyeri karena gatalnya tersebut, klien sering mengalami kesulitan tidur,
badan terasa panas dingin.
Klien
mengatakan awal sebelum munculnya lesi, klien sering berinteraksi dengan teman
sejawatnya yang juga teman satu kamar dan satu tempat tidur di asrama
pondoknya, kegiatan apapun mereka selalu bersama, disaat kondisi tersebut teman
sejawatnya sedang mengalami gatal-gatal pada kulitnya kurang lebih 10 hari
berlangsung, namun karena ketidaktahuan akan kondisi tersebut, klien
berinteraksi enjoy dengan teman nya tanpa ada batasan. Sentuhan tangan, kadang
pinjam meminjam pakaian masih mereka lakukan seperti biasa. Pernyataan klien,
akibat luka pada jari tanganya, klien tampak minder ketika berinteraksi dengan
teman-temanya, aktifitasnya juga terganggu untuk menulis pelajaran dan
mengikuti kegiatan baik di sekolah maupun pondok.
Dari
hasil pemeriksaan, inspeksi: pada lesi tampak tererosi, memerah, terdapat
papula dan vesikel. Pada mata tampak membentuk kantong mata dan menghitam, mata
tampak sayup, dan sering menguap, akral hangat, wajah memerah, tampak menggigil
kedinginan. Ketika diajak wawancara klien tampak menundukkan kepala tidak
menatap wajah lawan bicara dan seolah-olah lesi di jarinya di sembunyikan,
tampak wajah yang sedih dan pernyataanya akibat klien tidak bisa mengikuti
pelajaran secara maksimal, menulis pun tidak bisa, wajah tampak menyeringai. Mandi
jarang kadang 1-2 x/hari, makan dengan gizi seimbang juga jarang. Pemeriksaan
TTV: TD (90/70 mmHg), N(89 x/mnt), RR(20x/mnt), S(380C). Dx Medis:
Scabies
B.
PENGKAJIAN
1.
Data Subyektif
a.
Identitas
Nama :
An M
Umur :
12 tahun
MRS :
03 Oktober 2014
Pekerjaan : Pelajar
Dx Medis :
Scabies
b.
Riwayat kesehatan
-
Keluhan utama
Pasien megeluh gatal
pada sela-sela jari tanganya
-
Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 03
Oktober 2014 pasien datang dengan keluhan gatal pada sela-sela
jari tanganya sejak 3 hari yang lalu. Klien mengatakan awal sebelum munculnya
lesi, klien sering berinteraksi dengan teman sejawatnya yang juga teman satu
kamar dan satu tempat tidur di asrama pondoknya, kegiatan apapun mereka selalu
bersama, disaat kondisi tersebut teman sejawatnya sedang mengalami gatal-gatal
pada kulitnya kurang lebih 10 hari berlangsung, namun karena ketidaktahuan akan
kondisi tersebut, klien berinteraksi enjoy dengan teman nya tanpa ada batasan.
Sentuhan tangan, kadang pinjam meminjam pakaian masih mereka lakukan seperti Karena kondisi tersebut klien dibawa keluarga
ke RSUD.NGIMBANG LAMONGAN.
-
Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami
penyakit seperti ini sebelumnya.
-
Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak
mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya
2.
Data Obyektif
-
Kondisi umum :
lemah
-
GCS : 3-4-5 (composmentis)
-
Observasi TTV :
TD: 90/70 mmHg RR: 30x mnt
N
: 80 x/mnt S : 38oC
a.
Pemeriksaan Fisik
1.
B1 (Breathing)
-
Inspeksi : dada simetris, tidak terlihat adanya retraksi
dada, dan penggunaan oto bantu napas
-
Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
-
Perkusi : sonor
-
Auskultasi : tidak ada suara
tambahna (vesicular)
2.
B2 ( Blood)
-
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
-
Palpasi : PMI teraba
-
Perkusi : pekak
-
Auskultasi : S1, S2 bunyi
tunggal
3.
B3 ( Brain)
-
Kesadaran :composmentis
-
Penglihatan :baik
-
Pendengaran :baik
-
Penciumsn :baik
-
Perabaan :penurunan
sensasi raba akibat adanya lesi pada epidermis jari tangan
4.
B4 (Bladder)
-
Produksi urin : normal
-
Frekuensi : lancer (3-4 x/hari)
-
Konsistensi : cair jernih
-
Bau :
aroma khas
-
Warna :
kuning, jernih
5.
B5 ( Bowel)
-
Frekuensi BAB : 1 x/hari
-
Konsistensi : lembap, berbentuk
-
Bau :
aromatik
-
Bissing usus : normal (10x/mnt)
-
Tidak terdapat distensi abdomen
6.
B6 (Bone)
-
Kemampuan pergerakan sendi :
sendi pada jari tangan mengalami
keterbatasan gerak, tampak antara sela-sela jari melebar seperti tertarik dan ruas sendi pada digit tangan paling atas
sedikit menekuk.
-
Integritas kulit :
·
Pada epidermis tangan tampak terdapat
lesi pada sela jari, lesi tampak tererosi, memerah, terdapat
papula dan vesikel.
·
Akral hangat, wajah memerah, tampak
menggigil kedinginan
·
Mata tampak sayup, dan sering menguap
c. ANALISA
DATA
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
DS:
-
Px mengatakan gatal celah jari tangan, rasa gatal lebih terasa ketika malam hari,
karena tidak tahan, klien sering menggaruknya
-
luka tampak semakin memburuk dan terasa nyeri, skala nyeri 2 dengan
gambaran: nyeri terasa gatal, nyut-nyut, dan terasa mengeliat seperti ada
banyak hewan yang menggrogoti disela jarinya sehingga kadang terasa keram
DO:
-
Skala nyeri 3 (nyeri ringan )
Nyeri terasa gatal,
nyut-nyut, menggeliat, dan keram
-
Ekspresi wajah menyeringai
-
O: Nyeri dirasakan sejak 3 hari
yang lalu
-
P: Nyeri sebab luka pada celah
jari tangan akibat garukan
-
Q: Nyeri seperti menggeliat
dikerubungi hewan, terasa gatal, nyut-nyut dan keram
-
R: Nyeri diarea celah jari-jari
tangan
-
S: Intensitas nyeri 3 (nyeri
ringan)
-
T: Nyeri yang dirasakan datangnya
tiba-tiba, dan semakin terasa ketika malam hari.
|
-
Sarcoples Scabies
-
Sosial ekonomi
rendah
-
Hygineyg buruk
-
Gizi kurng
-
Imunodefisiensi
-
Hubungna seksual
yang promiskuitas
Infeksi pada
kulit, ditemukan papil, vesikel, uertika
Timbulnya pruritus
noktuknal (semakin terasa gatal pada malam hari, kondisilingkungan lembap
namun panas)
Akibat adanya
perkembangbiakan hewan didalam lokasi lesi
Rubor, dolor,
color tumor
Gangguan rasa
nyaman ( nyeri)
|
Gangguan rasa nyaman
( nyeri)
|
DS:
Px
mengatakan badan terasa
panas dingin.
DO:
-
akral hangat
-
wajah memerah
-
tampak menggigil kedinginan.
-
S(380C)
|
Sarcoples Scabies
Infeksi pada kulit
pembuluh darah mengalami vasodilatasi. respon tubuh terhadap
infeksi terjadi Color
Hipertermi
|
Hipertermi
|
DS
:
Px
mengatakan rasa gatal pada celah jari tangan
DO:
-
Pada epidermis tangan tampak terdapat lesi pada sela jari, lesi tampak tererosi, memerah, terdapat papula dan
vesikel.
-
Hasil wawancara:
Px mengatakan mandi jarang kadang 1-2 x/hari, makan dengan gizi
seimbang juga jarang.
|
Sarcoples Scabies
Infeksi pada
kulit, ditemukan lesi berupa papil, vesikel, uertika
Timbulnya pruritus
noktuknal
Gangguan
integritaskulit
|
Gangguan integritas
kulit
|
DS:
Px
mengatakan aktifitasnya
terganggu untuk menulis pelajaran dan mengikuti kegiatan baik di sekolah
maupun pondok.
DO:
-
Dari hasil wawancara, pernyataan klien, akibat klien
tidak bisa mengikuti pelajaran secara maksimal, menulis pun tidak bisa.
-
Kemampuan pergerakan sendi:
·
sendi pada jari tangan mengalami keterbatasan gerak
·
tampak antara sela-sela jari melebar seperti tertarik
·
ruas sendi pada digit tangan paling atas sedikit menekuk.
|
Infeksi pada
kulit, ditemukan papil, vesikel, uertika
Luka yang semakin menyebar menganggu aktifitas
persendian jari tangan, sehingga terjadi keterbatasan gerak jari tangan
Intoleransi aktifita
|
Intoleransi
aktifits
|
DS:
Px mengatakan sering mengalami kesulitan tidur
DO:
-
Pada mata tampak membentuk kantong mata dan menghitam
-
mata tampak sayup
-
dan sering menguap
|
Sarcoples Scabies
Infeksi pada
kulit, ditemukan papil, vesikel, uertika
Rubor, dolor,
color tumor
gangguan
istirahat-tidur
|
Gangguan
istirahat tidur
|
DS:
Px mengatakan akibat luka pada jari tanganya, klien tampak minder
ketika berinteraksi dengan teman-temanya,
DO:
-
Ketika diajak wawancara klien tampak menundukkan kepala tidak menatap
wajah lawan bicara
-
seolah-olah lesi di jarinya di sembunyikan
-
wajah yang sedih
|
Akibat
lesi yang menjalar sehingga terjadi keterbatasan gerak pada persendian jari
Penurunan
rasa percaya diri untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Gangguan
citra tubuh
|
Gangguan
citra tubuh
|
DS:
Klien mengatakan awal sebelum munculnya lesi, klien
sering berinteraksi dengan teman sejawatnya yang sedang mengalami gatal-gatal pada kulitnya kurang lebih
10 hari berlangsun.
Namun karena ketidaktahuan akan kondisi tersebut, klien
berinteraksi enjoy dengan teman nya tanpa ada batasan. Sentuhan tangan,
kadang pinjam meminjam pakaian masih mereka lakukan seperti biasa.
|
Ketidaktahuan akan penyakit kulit yang dialami: baik
pengertian, tanda gejala, cara penularan, dan pengobatan
Ketidaktahuan informasi tentang penyakit
|
Ketidaktahuan
informasi tentang penyakit
|
d. Diagnosa
Keperawatan
1. Gangguan
rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan lesi pada epidermis celah jari tangan
2.
Hipertermi berhubungan dengan gangguan
autoregulasi tubuh terhadap lesi scabies
3.
Gangguan integritas kulit berhubungna
dengan inflamasi epidermal akibat scabies
4. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan penurunan kemampuan sendi jari tangan
5.
Gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan adanya lesi pada epidermal celah jari tangan
6. Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan akibat lesi
scabies pada celah jari tangan
7.
Ketidaktahuan informasi tentang penyakit
berhubungan dengan rasa ingin tahu yang tinggi
8. Rencana
Asuhan Keperawatan
Ø Dx
keperawatan 1
Gangguan rasa nyaman ( nyeri)
berhubungan dengan lesi pada epidermis celah jari tangan
Ø Tujuan
Nyeri berkurang setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama1x24 jam
Ø Kriteria
Hasil:
-
Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri)
-
Ekspresi wajah tampak rileks
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Bina hubungan saling percaya
antara perawat, pasien, dan keluarga pasien
|
Tercipta
saling percaya antara perawat, pasien dan keluarga pasien
|
2.
Observasi
TTV (TD, N, S, RR)
|
Mengetahui perkembangan vital pasien
|
3.
Observasi
sklaa nyeri:
Skala nyeri numerik:
-
0
(tidak nyeri)
-
1(terasa
gatal, nyut)
-
2(terasa
melilit/terpukul)
-
3(terasa
keram)
-
4(terasa
perih)
-
5(terasa
tertekan)
-
6(terasa
terbakar)
-
7-9(sangat
nyeri, dapat terkontrol)
-
10(sangat
nyeri, tidak terkontral)
*keterangan:
-
Skala
ringan (1-3)
-
Skala
sedang (4-8)
-
Skala
berat (9-10)
|
Mengetahui perkembangan nyeri pasien
|
4.
Pemberian HE (Health Education):
-
Ajarkan teknik
distraksi-relaksasi
|
Menurunkan tegangan otot, meringankan
rasa nyeri
|
5.
Berikan obat sesuai yang
diprogamkan:
-
Analgesic
-
Antibikotik
|
Meringankan
rasa nyeri, meningkatkan imunitas tubuh terhadap invasi mikroorganisme
|
Ø Daignosa
keperawatan 2:
Hipertermi berhubungan
dengan gangguan autoregulasi tubuh terhadap lesi scabies
Ø Tujuan
:
Panas menurun setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Ø Kriteria
Hasil :
-
Suhu normal (36-37,50C)
-
Bebas dari kedinginan
-
Wajah tidak memerah
Intervensi
|
Rasional
|
1. Lakukan
tindakan pendekatan dan komunikasi pada pasien dan keluarga pasien
|
Tercipta
saling percaya antara peawat dan keluarga pasien
|
2. Observasi
tanda-tanda vita (TD, N, S, RR)
|
Mengetahui
perkembangan vital pasien
|
3. Pemberian
HE:
-
Anjurkan keluarga membatasi
aktifitas pasien
-
Beri kompres dengan air dingin
(air biasa) pada daerah axial, lipat paha, temporal
-
Anjurkan keluarga untuk
memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat: katun
|
Menstabilkan
autoregulasi tubuh
|
4.
Berikan obat sesuai yang
diprogamkan:
-
Paracetamol
-
Cairan RL
|
Menurunkan
panas tubuh
|
Ø Dx
Keperawatan 3:
Gangguan integritas kulit
berhubungna dengan inflamasi epidermal akibat scabies
Ø Tujuan
:
Lesi pada kulit berkurang setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Ø Kriteria
Hasil:
-
Lesi
berkurang
-
Menunjukkan regenerasi jaringan
-
Mencapai penyembuhan tepat waktu pada
area luka
Intervensi
|
Rasional
|
1. Lakukan
tindakan pendekatan dan komunikasi pada pasien dan keluarga pasien
|
Tercipta
saling percaya antara peawat dan keluarga pasien.
|
2. Observasi
TTV(TD, N, S, RR)
|
Mengetahui
perkembangan kondisi pasien
|
3. Pemberian
HE:
-
Cegah apapun yang menjadi
penyebab scabies
-
personal hygine yang teratur
-
cegah kontak luka dengan orang
lain ataupun benda disekitarnya
-
rutin lakukan pemberian obat
penghambat perkembangbiakan tungau
|
Mengurangi
tingkat lecet pada kulit
|
4. Berikan
obat sesuai advis dokter:
-
Keluhan gatal-gatal dapat diberi antihistamin
|
Mengurangi
reaksi hipersensitifitas
|
Ø Dx
keperawatan 4:
Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan penurunan kemampuan sendi jari tangan
Ø Tujuan:
Mobilisasi sendi jari tangan bisa
dilakukan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam
Ø Kriteria
Hasil :
-
pasien
mampu melakukan aktivitas yang diinginkan
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Anjurkan
klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan.
|
Melatih klien agar dapat beradaptasi dan mentoleransi
terhadap aktifitasnya.
|
2.
Bantu
klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan kemampuan.
|
Melatih klien agar dapat tolerananterhadap aktifitas.
|
3.
Ajarkan
latihan rentan gerak sendi
|
Meningkatkan kemampuan
mobilisasi pasien secara optimal
|
4.
Berikan
periode istirahat setelah melakukan aktifitas
|
Mencegah kelelahan berkepanjangan
|
Ø Dx
Keperawatan 5:
Gangguan istirahat tidur
berhubungan dengan adanya lesi pada epidermal celah jari tangan
Ø Tujuan:
Istirahat tidur tidak terganggu
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Ø
Kriteria hasil:
-
Lingkaran
mata tidak mengitam
-
Mata tidak sayup
-
Frekuensi menguap tidak berulang-ulang
-
Kondisi tubuh yang segar
Intervensi
|
Rasional
|
1. Anjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas
yang ringan.
|
Melatih klien agar dapat beradaptasi dan mentoleransi
terhadap aktifitasnya.
|
2. Pemberian
HE (Health Education) :
-
Beri suasana lingkungan yang
nyaman dan aman
-
Berusaha membuat kondisi fisik
maupun psikis rileks dan tenang
-
Rutin mengobati luka yang menjadi
penyebab utama gangguan tidur
|
Memenuhi pemenuhan
kebutuhan dasar manusia akan istirahat-tidur
|
3.
Pemberian obat sesuai advis
dokter:
-
Obat tidur
|
Merangsang hipotalamus untuk
merangsang keinginan untuk tidur
|
Ø
Diagnosa Keperawatan 6:
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan dalam penampilan akibat lesi scabies pada celah jari tangan
Ø
Tujuan :
Pasien tidak minder dan rasa percaya
dirinya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Ø
Kriteia Hasil :
-
Tampak lebih percaya diri
-
Tidak menyembunyikan kekuranganya
-
Menghadap ketika diajak bicara
-
Wajah ceria, menyatakan penerimaan
situasi diri
-
Interaksi dengan lingkungan sekitar
-
Memasukkan perubahan dalam konsep diri
tanpa harga diri negativf.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Bina hubungan saling percaya
2.
Mengajak pasien untuk mereview kembali
kehidupan relaita:
-
Ajak pasien bersadar diri bahwa diluar
sana ada cobaan yang lebih berat dari pada yang dialami pasien saat ini.
-
Ajarkan kepada pasien untuk tetap
berlapang dada dan bersyukur atas semua yang dia dapatkan saat ini
|
Menjalin keakraban antara pasien, keluarga dan perawat
Mengajak pasien berintropeksi diri guna meningkatkan rasa percaya diri
pasien
|
Ø
Diagnosa keperawatan 7:
Ketidaktahuan informasi
tentang penyakit berhubungan dengan rasa ingin tahu yang tinggi
Ø
Tujuan
Pasien mengetahui
masalah kesehatanya setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1X24 jam
Ø
Kriteria Hasil :
-
Pasien memahami masalah kesehatanya:
baik pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penularan, pencegahan,dan
engobatanya.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
Berikan pemahaman kepada pasien
tentang scabies dan penularanya, yang diataranya:
-
Kontak langsung atau kontak kulit dengan kulit
misalnya bejabat tangan,
tidur bersama dan hubungan seksual.
-
Kontak tak langsung atau melalui benda (misalnya: Pakaian, handuk, sprei,
bantal dan lain sebagainya).
3.
-
Semua baju serta pakaian harus dicuci dengan air yang sangat panas dan
dikeringkan dengan alat pengering- panas karena kutu skabies ternyata dapat
hidup sampai 36 jam pada linen.
-
pasien harus mengoleskan salep seperti kortikosteroid topika pada lesi
kulit karena skabisida dapat mengiritasi kulit.
-
Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat harus diobati
secara bersamaan untuk menghilangkan kutu skabies. Jika skabies ditularkan
lewat hubungan seks, pasien mungkin memerlukan pula terapi terhadap penyakit
menular seksual yang juga didapat.
|
Terjalin hubungan teraupetik
Memberikan pemahaman kepada pasien dan
keluarga perihal mengenai scabies khususnya cara penularanya
Mencegah terjadinya kondisi yang lebih
berbahaya
|
9. Implementasi
Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara
actual, resiko, atau pdilakukan otensial. Kemudian dilakukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
10. Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana
keberhasilan mencapai criteria hasil. Sehingga dapat diputuskan apakah intervensi
dapat dilanjutkan atau dihentikan atau diganti jika tindakan yang dilakukan
tidak berhasil.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Scabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh sarcoptes scabiei
yang menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam
epidermis sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit penderita. (Soedarto, 1992).
Penyebab dari scabies adalah
sarcoptes scabiei var homini. Cara penularan (transmisi) penyakit ini ada dua
macam, yaitu secara langsung dan tidak langsung :
-
Kontak
langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan sekseual.
-
Kontak
tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.
Manifestasi klinis:
-
Pruritus
nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena aktivitas tungau
lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan pada saat hospes dalam
keadaan tenang atau tidak beraktvitas.
Penyakit ini menyerang manusia
secara berkelompok. Misalnya, dalam sebuah keluarga, biasanya seluruh anggota
keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang
padat penduduknya, misalnya asrama atau penjara.
.
III.2 SARAN
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah
ini adalah agar kita selalu menjaga kesehatan yaitu misanya dengan mandi
minimal 2x sehari kemudian, selalu berhati-hati dengan orang yang menderita
penyakit menular salah satunya adalah scabies, konsumsi makanan dengan gizi
yang seimbang,
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda
Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: FKUI
2. Muttaqin
Arif, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika
3. Prabu.
1996. Penyakit-penyakit infeksi umum.
Jakarta: Widya Medika
4. Soedarto.
1996. Penyakit-penyakit infeksi di
Indonesia. Jakarta: Widya Medika
5. Widoyono.
2008. Penyakit Tropis Epidemiologi,
Penularan, Pencegahan dan Pemberantasanya. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar