Kamis, 25 Mei 2017

Asuhan Keperawatan pada Skabies


BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG
Skabies (scabies) suatu penyakit kulit yang banyak terdapat di negeri kita, terutama dikenal umum pada masa pendudukan tentara jepang. Sering disebut orang pada masa itu penyakit BPP, karena pada umumnya terkena pada orang BP (para pekerja indonesia yang dihimpun oleh tentara pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945). Juga di zaman “ Gestapu” (Gerakan September 30) yang disebut orang penyakit Gestapu.
      Penyakit ini disebabkan oleh parasit acarus scabiei. Yang betina melakukan kerusakan pada kulit penderita, pada saat parasit mencari tempat bersarang untuk bertelur, sedangkan yang jantan berada di permukaan kulit. Biasanya daerah yang dipilihnya mula-mula tempat di antara jari-jari tangan, dan pergelangan tangan, kaki dan tubuh. Rasa gatal sangat dirasakan, sehingga penderita mau tidak mau terpaksa menggaruk. Bila diikuti terus, mau rasanya menggaruk terus menerus sehingga kulit terinfeksi oleh kuman-kuman lainnya yang berada dipermukaan kulit, dan kulit pun bisa menjadi eksim. Pada kulit timbul bintik-bintik berisi cairan dan tampak sangat kotor.
Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh benomo pada 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama PD II.

I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Pengertian scabies ?
2.      Etiologi scabies ?
3.      Manifestasi klinis scabies ?
4.      Patofisiologi scabies ?
5.      Penatalaksanaan scabies ?
6.      Asuhan keperawatan dengan kasus scabies ?



I.3 TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      untuk memahami pengertian scabies ?
2.      untuk memahami apa etiologi dari scabies ?
3.      untuk memahami apa saja manifestasi klinis pada scabies ?
4.      untuk memahami patofisiologi pada scabies ?
5.      untuk memahami penatalaksanaan pada scabies ? 
6.      untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan pada kasus scabies ?

I.4 MANFAAT PENULISAN
Dengan adanya makalah seminar ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan scabies serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.



















BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Laporan Pendahuluan
A.    Definisi
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sesnsitisasi terhadap sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. (Prabu: 1996).
Penyakit infeksi kulit menular dengan menifestasi keluhan gatal pada lesi terutama pada waktu malam hari yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei var hominis.(Soedarto: 1996)
Pada pengkajian anamnese, penyakit ini sering didapatkan pada orang-orang miskin yang hidup dengan kondisi hiegien dibawah standar, walapun juga sering terdapat diantara orang-orang yang sangat bersih. Pada pengkajian riwayat bisa didapatkan dalam satu rumah/komunitas yang terkena lebih dari 1 pasien.
Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun demikaian, infestasi parasit ini tidak bergantung pada aktifitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkit jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau saling bergantian pakain dengannya dapat menjadi sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien skabies juga dapat terinfeksi.
Kutu betina yang dewasa akan menbuat terowongan pada lapisan superfisial kulit dan berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya dua hingga tiga butir setiap hari sampai selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur) menetas dalam waktu 3 sampai 4 hari dan berlanjut memasuki stadium larva, kemudian nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam tempo sekitar 10 hari.
Diperlukan waktu kurang lebih 4 minggu sejak terjadi kontak hingga timbul gejala pada pasien. Pasien akan mengeluhkan gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran fesesnya. Pada pemeriksaan, pasien ditanyakan dimana gatal-gatal tersebut terasa paling hebat. Terowongan yang dibuat oleh kutu skabies dapat berupa lesi yang multiple, lurus, atau gelombang, berwarna coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat terutama diantara jari jari tangan, serta pada pergelangan tangan.
Lokasi lainya adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinngir kaki, ujung-ujung sendi siku, daerah disekitar puting susu, lipatan aksila, dibawah payudarah yang menggantung, dan pada atau didekat lipat paha atau lipat gluteus, serta penis atau skrotum.

B.     Sinonim
The itch, gudik, budukan, gatal agogo

C.     Etiologi
1.   Sarcoptes scabiei
termasuk filum arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. kecuali itu terdapat S.scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150 -200 mkron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan lembut, sedangkan pada yang jantan pasangan jantan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut:
Setelah kopulasi atau perkawinan yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, terkadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina ynag telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.




D.    Epidemiologi
Ada dugaan pada setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic scabies. Banyak factor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain :
-          Sosial ekonomi yang rendah
-          hygiene yang buruk
-          hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas
-          kesalahan diagnosis
-          dan perkembangan demografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam PHS atau Penyakit akibat Hubungan Seksual.

E.     Gejala Klinis
Ada 4 tanda cardinal
1.      Prutitus nokturna
artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karenaaktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
2.      Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok
misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensititasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungkau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3.      Adanya terowongan (kunikulus)
Terlihat adanya terowongan pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemuka papul atau vasikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempet-tempatnya predileksi tersebut biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu : sela-sela jaritangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagiam luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia, eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapait menyerang telapak tangan dan trelapak kaki.


4.      Menemukan Tungka
 ini merupakan hal yang diagnosik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

F.      Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,ekskoriasi,krusta dan infeksi sekunder.
Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transier pada manusia, tetapi mereka bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan yang paling efesien adalah melalui kontak langsung dan lama dengan seseorang individu terinfeksi. Kutu skabies dapat bertahan hingga tiga hari pada kulit manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan sumber alternatif umtuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup kutu berlangsung 30 hari dan habiskan dalam epidermis manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total 60-90 telur. Telur yang menetas membutuhkan 10 hari untuk larva dan kutu dewasa. Kurang dari 10% dan telur yang dapat menghasilkan kutu dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak memulai lapisan atas kulit dengan mengeluarkan prosentase yang mendeglarasi stratum korneum. Scybala (kotoran) yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons imun skunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya adalah gannguan motorik akibat kerusakan saraf yang menyebabkan ketidakmampuan untuk menggaruk dalam menanggapi pruritis sehingga menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan kutu pada epidermis dan menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu.



PATHWAY :
-          Faktor utama: Sarcoples scabiei(tungau)
-          Faktor predisposisi :
·         Sosial ekonomi rendah
·         Hygine yang buruk
·         Hubungan seksuak yang promiskuitas
·         Gangguan imuno defisiensi
·          imun sekunder terhadap terapi obat dan gizi buruk
                                                                       
Menyerang melalui media penyerangan
                                                                                                                
Kontak langsung dengan                                                             Kontak tidak langsung
penderita dalam waktu lama                                            atau melalui benda :
(kontak kulit sama kulit)                                                  (pakaian, kasur)                                                                 
                             Siklus hidup kutu berlangsung 30 hari dan
dihabiskan dalam epidermis manusia setelah
 melakukan populasi
Kutu jantan akan mati dan kutu betina akan
membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan
total telur 60-90 telur
                             telur dapat menghasilkan kutu dewasa
                             kutu bergerak melalui lapisan atas kulit
                             Skabies meninggalkan kotoran saat melalui epidermis
                             Menciptakan kondisi klinis lesi berupa liang
                             Tungau membuat terowongan pada lapisan
superfisial kulit berupa lesi bentuk: multiple,
lurus, bergelombang atau berwarna coklat
                             atau hitam dan menyerupai benang.


                                    menyebabkan Infeksi pada kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukan
 

                              Papil                              vesikel                              Urtika
 


Aktivitas tungau yang lebih tinggi      Menyerang manusia                    Adanya kurikulus
pada suhu lembab dan panas              secara kelompok                            (terowongan)
Defisit pengetahuan  
pruritas nokturna                                 Hiposensilitas                             Ujung terowong
                                                                                                               ditemukan papil,
Gangguan Citra tubuh
                                  Rasa Gatal                                                            vesikel dan urtika.
Gangguan integritas kulit             
                                                                                                               muncul imobilisasi
Intoleransi aktifitas
                                                                                                               persendian: tangan                                                   garukan terus menerus                                   
Gangguan rasa nayaman (nyeri)
 

Gangguan istirahat-tidur
                                                 


G.    Pembantu Diagnosis
Cara menemukan tungau :
1.      Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung terlihat papul atau vasikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup  dengan kaca penutupdan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2.      Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3.      Dengan mebuat biopsy isrisan. Caranya : lesi dijepitdengan dua jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya
4.      Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H E.
       
H.    Diagnosa Banding
Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the greatimmitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnose banding ialah : prugio, pedikulosis korporis, dermatitis, dan lain-lain.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 kardinal tersebut:
-          Scabies Norwegia (scabies berkusta)
Bentuk scabies ini ditandai dengandermatosis berkusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik, dan skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat mnular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat besar. Penyakit terdapat pada penderita dengan retradasi mental, kelemahan fisik, gangguan imunologik, dan psikosis.

I.       Cara penularan
1.      Kontak langsung atau kontak kulit dengan kulit
misalnya bejabat tangan, tidur bersama danhubungan seksual.
2.      Kontak tak langsung atau melalui benda (misalnya: Pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain sebagainya).
Penularannya biasanya oleh sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var.animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.

J.       Pengobatan
Pada umumnya penyakit ini cukup di obati dengan salep belerang yang dioleskan di seluruh tubuh yang terkena, kecuali kepala. Pengolesan salep ini diulang lagi setelah 24 jam. Setelah pengobatan sebanyak tiga kali, maka disusul dengan pemandian tubuh. Kemudian semua pakaian, dan alas tidur diganti dengan alas yang bersih. Selain dengan salep belerang dapat juga dilakukan pengobatan dengan benzil benzoat atau dapat pula digunakan saleb scabex buatan pabrik obat Dupa yang mengandung pergramnya: Triklorokarbanilid 0,5 %, asam salsilat 2%, mentol 0,25%, gameksan 0,5%, ekstrak nikotin tobak 1%. Selain itu dapat pula digunakan salep Scabicid yang dibuat oleh pabrik obat kimia farma yang pergramnya mengandung bahan-bahan: Gameksan 1%, Asam usnik 1%, dioleskan di tubuh 1x sehari selama 3 hari berturut-turut, kemudian baru dimandikan sampai bersih.
Syarat obat yang ideal ialah :
1.      Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2.      Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3.      Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4.      Mudahg diperoleh dan harganya murah.
5.      Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati(termasuk penderita yang hiposensititasi).
Jenis obat topical
1.      Belerang endap (sulfur presipipatium) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau cream. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari tiga hari.
2.      Emulasi benzyl-benzoat (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering member iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3.      Gama Benzena Heksa Klorida (gemeksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terdapat semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memebri iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4.      Krotamiton 10% daolam krim atau losio juga merupkan obat pilihan, mempumyai dua efek sebagai anti gatal; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
Dalam penatalaksanaan harus diperhatikan beberapa hal diantaranya :
1.      Penurunan respons pruritus
Keluhan gatal-gatal dapat diberiantihistamin dengan setengah dosis biasanya. Infeksi skunder dapat diberi antibiotika. Preparat skabisida seperti salep yang mengandung asam salsilat dan sulfur selama 3-4 hari, kemudian dapat diulang setelah satu minggu. Pemberian salep yang mengandung benzoas benzilicus selama 3 malam kemudian dapat diulangi setelah satu minggu.
Pemberian malathios 0,5% dalam basis air berfungsi sebagai skabisid dioleskan pada kulit dalam 24 jam. Aplikasi kedua bisa diulang beberapa hari kemudian.



2.      Pemenuhan informasi
Semua baju serta pakaian harus dicuci dengan air yang sangat panas dan dikeringkan dengan alat pengering- panas karena kutu skabies ternyata dapat hidup sampai 36 jam pada linen. Jika linen tempat tidur atau pakaian pasien tidak dapat dicuci dalam air panas, disarankan agar barang-barang tersebut ducuci secara dry-cleaning.
Sesudah terapi skabies selesai dilakukan, pasien harus mengoleskan salep seperti kortikosteroid topika pada lesi kulit karena skabisida dapat mengiritasi kulit. Hipersensitivitas pasien tidak berhenti setelah kutu dihancukan. Rasa gatal dapat terus berlangsung selamabeberapa hari atau minggu sebagai manifestasi hipersensitivitas, kususnya pada orang-orang atopik. Keadaan ini bukan bukan merupakan suatu tanda dan gagalnya terapi. Pasien dianjurkan agar tidak mengoleskan lebih banyak skabisida dan tidak semakin sering mandi air panas.
Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat harus diobati secara bersamaan untuk menghilangkan kutu skabies. Jika skabies ditularkan lewat hubungan seks, pasien mungkin memerlukan pula terapi terhadap penyakit menular seksual yang juga didapat.
           
K.    Pencegahan
1.      Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk mencegah infestasi parasit
2.      Sebaiknya mandi dua kali sehari.
3.      Menghindari dari kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walau pun penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan kita sehari-hari.

L.     Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan factor predisposisi( antara lain higine), maka penyakit ini dapat diberantas dan dapat memberi prognosis yang baik.





II. 2 Asuhan Keperawatan
A.    Contoh kasus dengan Scabies
An M usia 12 tahun seorang pelajar kelas 6 SD datang dengan keluhan gatal pada sela-sela jari tanganya sejak 3 hari yng lalu. Rasa gatal lebih terasa ketika malam hari. Akibat rasa gatal tersebut klien tidak tahan sehingga sering menggaruk sela-sela jarinya. namun yang dirasakan klien, garukan tersebut bukan melegakan namun semakin terasa gatal dan memancing klien untuk terus menggaruk, sehingga luka tampak semakin memburuk dan terasa nyeri, skala nyeri 2 dengan gambaran: nyeri terasa gatal, nyut-nyut, dan terasa mengeliat seperti ada banyak hewan yang menggrogoti disela jarinya sehingga kadang terasa keram. Akibat nyeri karena gatalnya tersebut, klien sering mengalami kesulitan tidur, badan terasa panas dingin.   
Klien mengatakan awal sebelum munculnya lesi, klien sering berinteraksi dengan teman sejawatnya yang juga teman satu kamar dan satu tempat tidur di asrama pondoknya, kegiatan apapun mereka selalu bersama, disaat kondisi tersebut teman sejawatnya sedang mengalami gatal-gatal pada kulitnya kurang lebih 10 hari berlangsung, namun karena ketidaktahuan akan kondisi tersebut, klien berinteraksi enjoy dengan teman nya tanpa ada batasan. Sentuhan tangan, kadang pinjam meminjam pakaian masih mereka lakukan seperti biasa. Pernyataan klien, akibat luka pada jari tanganya, klien tampak minder ketika berinteraksi dengan teman-temanya, aktifitasnya juga terganggu untuk menulis pelajaran dan mengikuti kegiatan baik di sekolah maupun pondok.
Dari hasil pemeriksaan, inspeksi: pada lesi tampak tererosi, memerah, terdapat papula dan vesikel. Pada mata tampak membentuk kantong mata dan menghitam, mata tampak sayup, dan sering menguap, akral hangat, wajah memerah, tampak menggigil kedinginan. Ketika diajak wawancara klien tampak menundukkan kepala tidak menatap wajah lawan bicara dan seolah-olah lesi di jarinya di sembunyikan, tampak wajah yang sedih dan pernyataanya akibat klien tidak bisa mengikuti pelajaran secara maksimal, menulis pun tidak bisa, wajah tampak menyeringai. Mandi jarang kadang 1-2 x/hari, makan dengan gizi seimbang juga jarang. Pemeriksaan TTV: TD (90/70 mmHg), N(89 x/mnt), RR(20x/mnt), S(380C). Dx Medis: Scabies




B.     PENGKAJIAN
1.      Data Subyektif
a.    Identitas               
Nama         : An M
Umur         : 12 tahun
MRS          : 03 Oktober 2014
Pekerjaan   : Pelajar
Dx Medis  : Scabies
b.   Riwayat kesehatan
-       Keluhan utama
Pasien megeluh gatal pada sela-sela jari tanganya
-       Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 03 Oktober 2014 pasien datang dengan keluhan gatal pada sela-sela jari tanganya sejak 3 hari yang lalu. Klien mengatakan awal sebelum munculnya lesi, klien sering berinteraksi dengan teman sejawatnya yang juga teman satu kamar dan satu tempat tidur di asrama pondoknya, kegiatan apapun mereka selalu bersama, disaat kondisi tersebut teman sejawatnya sedang mengalami gatal-gatal pada kulitnya kurang lebih 10 hari berlangsung, namun karena ketidaktahuan akan kondisi tersebut, klien berinteraksi enjoy dengan teman nya tanpa ada batasan. Sentuhan tangan, kadang pinjam meminjam pakaian masih mereka lakukan seperti  Karena kondisi tersebut klien dibawa keluarga ke RSUD.NGIMBANG LAMONGAN.
-          Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
-          Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya

2.         Data Obyektif
-          Kondisi umum              : lemah
-          GCS                              : 3-4-5 (composmentis)
-          Observasi TTV             :
TD: 90/70 mmHg         RR: 30x mnt
N  : 80 x/mnt                S   : 38oC
a.       Pemeriksaan Fisik
1.      B1 (Breathing)
-          Inspeksi                  : dada simetris, tidak terlihat adanya retraksi dada, dan penggunaan oto bantu napas
-          Palpasi                    : vocal fremitus kanan dan kiri sama
-          Perkusi                    : sonor
-          Auskultasi               : tidak ada suara tambahna (vesicular)
2.      B2 ( Blood)
-          Inspeksi                  : ictus cordis tidak terlihat
-          Palpasi                    : PMI teraba
-          Perkusi                    : pekak
-          Auskultasi               : S1, S2 bunyi tunggal
3.      B3 ( Brain)
-          Kesadaran               :composmentis
-          Penglihatan             :baik
-          Pendengaran           :baik
-          Penciumsn              :baik
-          Perabaan                 :penurunan sensasi raba akibat adanya lesi pada epidermis jari tangan
4.      B4 (Bladder)
-          Produksi urin          : normal
-          Frekuensi                : lancer (3-4 x/hari)
-          Konsistensi             : cair jernih
-          Bau                         : aroma khas
-          Warna                     : kuning, jernih
5.      B5 ( Bowel)
-          Frekuensi BAB       : 1 x/hari
-          Konsistensi             : lembap, berbentuk
-          Bau                         : aromatik
-          Bissing usus            : normal (10x/mnt)
-          Tidak terdapat distensi abdomen




6.      B6 (Bone)
-          Kemampuan pergerakan sendi       :
sendi pada jari tangan mengalami keterbatasan gerak, tampak antara sela-sela jari melebar seperti tertarik dan  ruas sendi pada digit tangan paling atas sedikit menekuk.
-          Integritas kulit                                :
·         Pada epidermis tangan tampak terdapat lesi pada sela jari, lesi tampak tererosi, memerah, terdapat papula dan vesikel. 
·         Akral hangat, wajah memerah, tampak menggigil kedinginan
·         Mata tampak sayup, dan sering menguap

c.       ANALISA DATA
Symptom
Etiologi
Problem
DS:
-          Px mengatakan gatal celah jari tangan,  rasa gatal lebih terasa ketika malam hari, karena tidak tahan, klien sering menggaruknya
-          luka tampak semakin memburuk dan terasa nyeri, skala nyeri 2 dengan gambaran: nyeri terasa gatal, nyut-nyut, dan terasa mengeliat seperti ada banyak hewan yang menggrogoti disela jarinya sehingga kadang terasa keram

DO:
-          Skala nyeri 3 (nyeri ringan )
Nyeri terasa gatal, nyut-nyut, menggeliat, dan keram
-          Ekspresi wajah menyeringai
-          O: Nyeri dirasakan sejak 3 hari yang lalu

-          P: Nyeri sebab luka pada celah jari tangan akibat garukan
-          Q: Nyeri seperti menggeliat dikerubungi hewan, terasa gatal, nyut-nyut dan keram
-          R: Nyeri diarea celah jari-jari tangan
-          S: Intensitas nyeri 3 (nyeri ringan)
-          T: Nyeri yang dirasakan datangnya tiba-tiba, dan semakin terasa ketika malam hari.   
-          Sarcoples Scabies
-          Sosial ekonomi rendah
-          Hygineyg buruk
-          Gizi kurng
-          Imunodefisiensi
-          Hubungna seksual yang promiskuitas
 

Menyerang melalui media penularan

Tungu membuat terowongan pada epidermis kulit dan meninggalkan lesi

Infeksi pada kulit, ditemukan papil, vesikel, uertika
 

Timbulnya pruritus noktuknal (semakin terasa gatal pada malam hari, kondisilingkungan lembap namun panas) 
 

Akibat adanya perkembangbiakan hewan didalam lokasi lesi
 

Merangsang proses infeksi pada luka tersebut

Rubor, dolor, color tumor
 

Timbul sensasi nyeri, dan rasa gatal, akibatnya muncul keinginan untuk semakin menggaruk

Gangguan rasa nyaman ( nyeri)
Gangguan rasa nyaman ( nyeri)   
DS:
Px mengatakan badan terasa panas dingin.   

DO:
-          akral hangat
-          wajah memerah
-          tampak menggigil kedinginan.
-          S(380C)
                     
Sarcoples Scabies
 

Menyerang melalui media penularan

Infeksi pada kulit
 

perlawanan Ag dan AB, mekanisme autoregulasi terganggu  

pembuluh darah mengalami vasodilatasi. respon tubuh terhadap infeksi terjadi Color
 

Hipertermi
Hipertermi
DS :
Px mengatakan rasa gatal pada celah jari tangan

DO:
-          Pada epidermis tangan tampak terdapat lesi pada sela jari, lesi tampak tererosi, memerah, terdapat papula dan vesikel. 
-          Hasil wawancara:
Px mengatakan mandi jarang kadang 1-2 x/hari, makan dengan gizi seimbang juga jarang.
Sarcoples Scabies
 

Menyerang melalui media penularan

Tungu membuat terowongan pada epidermis kulit dan meninggalkan lesi

Infeksi pada kulit, ditemukan lesi berupa papil, vesikel, uertika
 

Timbulnya pruritus noktuknal
 

Gangguan integritaskulit
Gangguan integritas kulit
DS:
Px mengatakan aktifitasnya terganggu untuk menulis pelajaran dan mengikuti kegiatan baik di sekolah maupun pondok.

DO:
-          Dari hasil wawancara, pernyataan klien,  akibat klien tidak bisa mengikuti pelajaran secara maksimal, menulis pun tidak bisa.
-          Kemampuan pergerakan sendi:  
·         sendi pada jari tangan mengalami keterbatasan gerak

·         tampak antara sela-sela jari melebar seperti tertarik
·         ruas sendi pada digit tangan paling atas sedikit menekuk.
Sarcoples Scabies

Menyerang melalui media penularan

Infeksi pada kulit, ditemukan papil, vesikel, uertika
 

Timbulnya pruritus noktuknal

Merangsang proses infeksi pada luka tersebut

Luka yang semakin menyebar menganggu aktifitas persendian jari tangan, sehingga terjadi keterbatasan gerak jari tangan
 

Intoleransi aktifita
Intoleransi aktifits
DS:
Px mengatakan sering mengalami kesulitan tidur

DO:
-          Pada mata tampak membentuk kantong mata dan menghitam
-          mata tampak sayup
-          dan sering menguap


Sarcoples Scabies
 

Infeksi pada kulit, ditemukan papil, vesikel, uertika
 

Merangsang proses infeksi pada luka tersebut

Rubor, dolor, color tumor
 

nyeri, rasa gatalyang meningkat

gangguan istirahat-tidur
Gangguan istirahat tidur
DS:
Px mengatakan akibat luka pada jari tanganya, klien tampak minder ketika berinteraksi dengan teman-temanya,  

DO:
-          Ketika diajak wawancara klien tampak menundukkan kepala tidak menatap wajah lawan bicara
-          seolah-olah lesi di jarinya di sembunyikan
-          wajah yang sedih
Lesi pada jari tangan akibat infeksi oleh hewan saccoples scabies 

Akibat lesi yang menjalar sehingga terjadi keterbatasan gerak pada persendian jari
 

Penurunan rasa percaya diri untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar 
 

Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh
DS:
Klien mengatakan awal sebelum munculnya lesi, klien sering berinteraksi dengan teman sejawatnya yang sedang mengalami gatal-gatal pada kulitnya kurang lebih 10 hari berlangsun.
Namun karena ketidaktahuan akan kondisi tersebut, klien berinteraksi enjoy dengan teman nya tanpa ada batasan. Sentuhan tangan, kadang pinjam meminjam pakaian masih mereka lakukan seperti biasa.
Ketidaktahuan akan penyakit kulit yang dialami: baik pengertian, tanda gejala, cara penularan, dan pengobatan
 

Ketidaktahuan informasi tentang penyakit

Ketidaktahuan informasi tentang penyakit

d.      Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan lesi pada epidermis celah jari tangan   
2.       Hipertermi berhubungan dengan gangguan autoregulasi tubuh terhadap lesi scabies
3.       Gangguan integritas kulit berhubungna dengan inflamasi epidermal akibat scabies
4.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kemampuan sendi jari tangan
5.       Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya lesi pada epidermal celah jari tangan
6.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan akibat lesi scabies  pada celah jari tangan
7.       Ketidaktahuan informasi tentang penyakit berhubungan dengan rasa ingin tahu yang tinggi 



8.      Rencana Asuhan Keperawatan
Ø  Dx keperawatan 1
Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan lesi pada epidermis celah jari tangan  
Ø  Tujuan
Nyeri berkurang setelah dilakukan asuhan keperawatan selama1x24 jam
Ø  Kriteria Hasil:
-          Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri)
-          Ekspresi wajah tampak rileks
Intervensi
Rasional
1.      Bina hubungan saling percaya antara perawat, pasien, dan keluarga pasien
Tercipta saling percaya antara perawat, pasien dan keluarga pasien
2.      Observasi TTV (TD, N, S, RR)
Mengetahui perkembangan vital pasien
3.      Observasi sklaa nyeri:
Skala nyeri numerik:
-          0 (tidak nyeri)
-          1(terasa gatal, nyut)
-          2(terasa melilit/terpukul)
-          3(terasa keram)
-          4(terasa perih)
-          5(terasa tertekan)
-          6(terasa terbakar)
-          7-9(sangat nyeri, dapat terkontrol)
-          10(sangat nyeri, tidak terkontral)
*keterangan:
-          Skala ringan (1-3)
-          Skala sedang (4-8)
-          Skala berat (9-10)
Mengetahui perkembangan nyeri pasien
4.      Pemberian HE (Health Education):
-          Ajarkan teknik distraksi-relaksasi
Menurunkan tegangan otot, meringankan rasa nyeri
5.      Berikan obat sesuai yang diprogamkan:
-          Analgesic
-          Antibikotik

Meringankan rasa nyeri, meningkatkan imunitas tubuh terhadap invasi mikroorganisme

Ø  Daignosa keperawatan 2:
Hipertermi berhubungan dengan gangguan autoregulasi tubuh terhadap lesi scabies
Ø  Tujuan :
Panas menurun setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Ø  Kriteria Hasil :
-          Suhu normal (36-37,50C)
-          Bebas dari kedinginan
-          Wajah tidak memerah
Intervensi
Rasional
1.      Lakukan tindakan pendekatan dan komunikasi pada pasien dan keluarga pasien
Tercipta saling percaya antara peawat dan keluarga pasien

2.      Observasi tanda-tanda vita (TD, N, S, RR)
Mengetahui perkembangan vital pasien

3.      Pemberian HE:
-          Anjurkan keluarga membatasi aktifitas pasien
-          Beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axial, lipat paha, temporal
-          Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat: katun
Menstabilkan autoregulasi tubuh
4.      Berikan obat sesuai yang diprogamkan:
-          Paracetamol
-          Cairan RL
Menurunkan panas tubuh

Ø  Dx Keperawatan 3:
Gangguan integritas kulit berhubungna dengan inflamasi epidermal akibat scabies
Ø  Tujuan          :
Lesi pada kulit berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Ø  Kriteria Hasil:
-           Lesi berkurang
-          Menunjukkan regenerasi jaringan
-          Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka
Intervensi
Rasional
1.      Lakukan tindakan pendekatan dan komunikasi pada pasien dan keluarga pasien
Tercipta saling percaya antara peawat dan keluarga pasien.
2.      Observasi TTV(TD, N, S, RR)
Mengetahui perkembangan kondisi pasien

3.      Pemberian HE:
-          Cegah apapun yang menjadi penyebab scabies
-          personal hygine yang teratur
-          cegah kontak luka dengan orang lain ataupun benda disekitarnya 
-          rutin lakukan pemberian obat penghambat perkembangbiakan tungau
Mengurangi tingkat lecet pada kulit
4.      Berikan obat sesuai advis dokter:
-          Keluhan gatal-gatal dapat diberi antihistamin

Mengurangi reaksi hipersensitifitas




Ø  Dx keperawatan 4:
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kemampuan sendi jari tangan
Ø  Tujuan:
Mobilisasi sendi jari tangan bisa dilakukan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam
Ø  Kriteria Hasil :
-          pasien mampu melakukan aktivitas yang diinginkan
Intervensi
Rasional
1.      Anjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan.
Melatih klien agar dapat beradaptasi dan mentoleransi terhadap aktifitasnya.
2.      Bantu klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan kemampuan.
Melatih klien agar dapat tolerananterhadap aktifitas.
3.      Ajarkan latihan rentan gerak sendi
Meningkatkan kemampuan mobilisasi pasien secara optimal
4.      Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas
Mencegah kelelahan berkepanjangan

Ø  Dx Keperawatan 5:
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan adanya lesi pada epidermal celah jari tangan
Ø  Tujuan:
Istirahat tidur tidak terganggu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Ø  Kriteria hasil:
-           Lingkaran mata tidak mengitam
-          Mata tidak sayup
-          Frekuensi menguap tidak berulang-ulang
-          Kondisi tubuh yang segar

Intervensi
Rasional
1.      Anjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan.
Melatih klien agar dapat beradaptasi dan mentoleransi terhadap aktifitasnya.
2.      Pemberian HE (Health Education) :
-          Beri suasana lingkungan yang nyaman dan aman
-          Berusaha membuat kondisi fisik maupun psikis rileks dan tenang
-          Rutin mengobati luka yang menjadi penyebab utama gangguan tidur
Memenuhi pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan istirahat-tidur
3.      Pemberian obat sesuai advis dokter:
-          Obat tidur
Merangsang hipotalamus untuk merangsang keinginan untuk tidur

Ø  Diagnosa Keperawatan 6:
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan akibat lesi scabies  pada celah jari tangan   
Ø  Tujuan :
Pasien tidak minder dan rasa percaya dirinya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
Ø  Kriteia Hasil :
-          Tampak lebih percaya diri
-          Tidak menyembunyikan kekuranganya
-          Menghadap ketika diajak bicara
-          Wajah ceria, menyatakan penerimaan situasi diri
-          Interaksi dengan lingkungan sekitar
-          Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negativf.

Intervensi
Rasional
1.      Bina hubungan saling percaya


2.      Mengajak pasien untuk mereview kembali kehidupan relaita:
-          Ajak pasien bersadar diri bahwa diluar sana ada cobaan yang lebih berat dari pada yang dialami pasien saat ini.
-          Ajarkan kepada pasien untuk tetap berlapang dada dan bersyukur atas semua yang dia dapatkan saat ini
Menjalin keakraban antara pasien, keluarga dan perawat
Mengajak pasien berintropeksi diri guna meningkatkan rasa percaya diri pasien

Ø  Diagnosa keperawatan 7:
Ketidaktahuan informasi tentang penyakit berhubungan dengan rasa ingin tahu yang tinggi
Ø  Tujuan                                 
Pasien mengetahui masalah kesehatanya setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1X24 jam
Ø  Kriteria Hasil :
-          Pasien memahami masalah kesehatanya: baik pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penularan, pencegahan,dan engobatanya.
Intervensi
Rasional
1.      Bina hubungan saling percaya
2.      Berikan pemahaman kepada pasien tentang scabies dan penularanya, yang diataranya:
-          Kontak langsung atau kontak kulit dengan kulit misalnya bejabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual.

-          Kontak tak langsung atau melalui benda (misalnya: Pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain sebagainya).
3.      Pemberian HE (pencegahan):
-          Semua baju serta pakaian harus dicuci dengan air yang sangat panas dan dikeringkan dengan alat pengering- panas karena kutu skabies ternyata dapat hidup sampai 36 jam pada linen.
-          pasien harus mengoleskan salep seperti kortikosteroid topika pada lesi kulit karena skabisida dapat mengiritasi kulit.
-          Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat harus diobati secara bersamaan untuk menghilangkan kutu skabies. Jika skabies ditularkan lewat hubungan seks, pasien mungkin memerlukan pula terapi terhadap penyakit menular seksual yang juga didapat.
Terjalin hubungan teraupetik
Memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga perihal mengenai scabies khususnya cara penularanya 







Mencegah terjadinya kondisi yang lebih berbahaya 

9.      Implementasi
Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara actual, resiko, atau pdilakukan otensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.

10.  Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai criteria hasil. Sehingga dapat diputuskan apakah intervensi dapat dilanjutkan atau dihentikan atau diganti jika tindakan yang dilakukan tidak berhasil.


BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit penderita.  (Soedarto, 1992).
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini. Cara penularan (transmisi) penyakit ini ada dua macam, yaitu secara langsung dan tidak langsung :
-          Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan sekseual.
-          Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.
Manifestasi klinis:
-          Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan pada saat hospes dalam keadaan tenang atau tidak beraktvitas.
Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam sebuah keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama atau penjara.
.
III.2 SARAN
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah agar kita selalu menjaga kesehatan yaitu misanya dengan mandi minimal 2x sehari kemudian, selalu berhati-hati dengan orang yang menderita penyakit menular salah satunya adalah scabies, konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang,




DAFTAR PUSTAKA

1.      Djuanda Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI
2.      Muttaqin Arif, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika 
3.      Prabu. 1996. Penyakit-penyakit infeksi umum. Jakarta: Widya Medika
4.      Soedarto. 1996. Penyakit-penyakit infeksi di Indonesia. Jakarta: Widya Medika
5.      Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasanya. Jakarta: Erlangga 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar